"Jam setengah enam, boys!"
Suara Mama Ganang hanya angin lalu bagi kelima cowok yang masih berada di alam mimpi. Melihat kelima cowok yang sepertinya benar-benar terpejam tanpa berniat bangun, ia menggelengkan kepalanya lalu meninggalkan mereka begitu saja.
Setengah jam kemudian. Mama Ganang kembali lagi ke kamar anaknya. Lantas ia menemukan kelima cowok masih dalam kondisi yang sama.
Kali ini dengan suara yang lebih keras, ia berseru, "Jam enam, anak-anak! Kalian mau latihan atau enggak?!"
Cuma Bayu yang tergelonjak kaget mendengar suara wanita itu masuk ke dalam mimpinya. Ia langsung duduk sambil mengumpulkan seluruh nyawanya.
"Hah? Udah jam enam, Tan??!" tanyanya sambil memandang Mama Ganang yang berdiri berkacak pinggang di pintu.
"Iyalah. Tante bangunin dari tadi, kalian nggak ada yang sadar-sadar."
"Ah, ya udah, makasih udah dibangunin, Tan. Mereka biar saya yang urus," kata Bayu. Mama Ganang tersenyum, mengangguk mengiyakan, lalu meninggalkan kamar anaknya.
Bayu mengedarkan pandangannya ke sepenjuru kamar, mulai dari Aldo di sebelahnya sampai Ganang yang masih tidur dengan posisi yang 180 derajat udah berbeda dengan posisi awal tidur.
Dia berdecak kesal lalu mulai membangunkan teman-temannya satu per satu. Cara gampang bangunin orang menurut Bayu: jepit hidungnya aja, cukup, kalo tuh orang nggak bangun-bangun berarti dasar emang kebo.
Bayu berhasil membangunkan semuanya meski mereka masih setengah sadar.
"Bangun, woi!" Bayu berseru lagi, sudah berdiri di depan ambang pintu kamar mandi yang terletak di dalam kamar Ganang. "Ini udah jam 6! Kita harus udah kumpul tengah tujuh! Gue nggak bertanggungjawab kalo lo-lo pada dapet 'porsi sarapan' banyak! Ini kasian gue, mau jemput Naya dulu!"
Ucapan Bayu berhasil membangunkan keempat cowok itu, terutama Ganang. Ganang langsung bangkit dan menyerobot masuk ke dalam kamar mandi tanpa peduli Bayu yang berseru kesal.
Jam enam lebih dua puluh, mereka semua udah selesai membersihkan diri. Maksudnya bukan mandi, tapi sekadar cuci muka dan gosok gigi. Sayangnya, kebanyakan dari mereka belum selesai menyiapkan peralatan latihan hari ini. Yang mana artinya, positif mereka bakal terlambat.
"Gue duluan, ya? Jemput Naya dulu soalnya," kata Bayu, "dia pasti nungguin nih. Mana gue belom ngasih tau gue telat."
"Kok lo? Kan kita?" Ganang berucap.
"Hah? Apanya?" Bayu menatap penuh tanya ke arah Ganang.
Ganang senyum nggak jelas, lalu bicara, "Nggak. Nggak apa-apa."
Setelah itu, Bayu membuka ponselnya, memberi kabar pada Naya bahwa ia datang terlambat.
Bayu: Nay, saya terlambat jemput kamu. Ini baru mau jalan. Maaf ya
Tak lama, balasan dari Naya datang.
Naya: Nggak pa-pa, Kak Bayu. Saya tunggu kok
Bayu langsung memasukkan ponselnya ke tas setelah mendapat jawaban Naya. Udah nggak sempat lagi sama yang namanya mainan hape kalo suasananya udah genting begini.
"Nang! Sarapan dulu!" Mama Ganang berteriak dari lantai bawah.
"Iya, Ma!!" Ganang tak mau kalah, balas berseru.
"Telat nggak pa-pa, ya, Capt?" Tegar berkata, "Laper...."
Bayu mendelik, tapi tak ayal mengangguk. "Ya udah, kabarin di grup klub aja atau siapa gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, Capt!
Teen FictionBayu adalah kapten klub sepak bola sekolah yang kadar bagusnya jangan dipertanyakan lagi. Bagi Bayu, menjebol gawang lawan bukanlah hal yang susah. Alasannya, kelas karena menjebol hati Naya ternyata jauh lebih susah. Naya sendiri yaitu cewek bi...