Seven

20 1 0
                                    


Alex POV

Hari ini rencana nya aku akan mengajak Vanka jalan.Tapi Vanka sepertinya ada acara.

Hari ini juga dia tidak seceria biasanya.Dia diam dan tidak banyak bicara, banyak melamun.

Bahkan saat pelajaran berlangsung dia seperti tidak fokus.Dia hanya mencoret coret kertas yang ada didepan nya.

Aku ingin bertanya tapi ku urungkan saat melihat satu nama yang ditulis Vanka.
'Adylan Aditya Pradiatma'.

Sepertinya orang itulah penyebab Vanka murung.

'Apa dia dan Vanka adalah kekasih?Apa Adylan adalah orang yang spesial untuk Vanka?'

Banyak pertanyaan di benak ku yang tidak kutemukan jawaban nya.

Bel istirahat berbunyi

Aku lihat ke 5 teman Vanka menghampiri Vanka.

"Yuk kita ke Kantin" kata Retha.

"Yuk, Van" kata Alice.

"Gue disini aja" saut Vanka.

"Lo gak laper Van?" Tanya Ana

"Gak gue gak laper, kalian ke kantin aja"

"Terus lo disini sendirian?Gue temenin deh Van" saut Jane akhirnya.

"Gak, gue cuma butuh waktu sendiri" bentak Vanka

"Kenapa lagi sih Van?Dylan lagi, hah?" Tanya Evelyn sewot.

Dylan?Maksudnya 'Adylan Aditya Pradiatma' Lelaki yang namanya ditulis tadi oleh Vanka.Sepertinya begitu.
Jangan salahkan aku yang menguping mereka saja yang bicaranya tidak bisa di kontrol.

Vanka langsung berdiri ketika mendengar gertakan Evelyn

"Kalau iya kenapa? Apa masalahnya buat lo?" Tanya Vanka berteriak.

Ke 4 teman nya hanya diam mendengarkan.

Tepukan di pundak ku menyadarkan ku.Kubalikkan badanku ternyata ke 5 temanku menatapku penuh tanda tanya, aku hanya menggeleng pertanda tidak tau apa apa.

"Lo masih tanya kenapa?Back to reality Van, Gue gak pengen sahabat gue tersiksa masa lalu" jawab Evelyn.

"Gue gak pernah tersiksa masa lalu, gue bahagia dengan masa lalu gue" Jawab Vanka.

"Terus lo bahagia dengan hidup lo yang selalu berbayang bayang?BAHAGIA?Tersiksa yang ada"

"Vanka, Evelyn kita masih di kelas" ingat Jane.

"Gue cuma inget dia aja" jawab Vanka lirih.

"Dia siapa?Dylan?Dia itu udah nyakitin lo Van, Sadar Van" jawab Evelyn.

"Dia gak pernah nyakitin gue Lyn, sekalipun" jawab Vanka sambil berlari meninggalkan mereka.

Ke 5 temanya hanya diam memperhatikan.

Aku langsung berlari mengejar Vanka.Vanka terlihat menuju rooftop sekolah ini.Aku hanya diam memperhatikan dan mengikutinya.

Vanka duduk di kursi yang ada disana.

Author POV

"Dylan" teriak Vanka dari rooftop.

"Gue kangen sama lo" lirih nya.

Air mata yang sejak tadi ditahanya jatuh begitu saja.

"Gue gak bisa hidup tanpa lo"

"Lala jemput gue, biarin gue ikut sama lo" lirih nya.

Vanka tidak sadar jika sudah menangis di depan Alex.Alex dari tadi menyaksikan betapa rapuh nya seorang Vanka tanpa ada Dylan.

'Emang Dylan kemana ya?Apa dia pernah nyakitin Vanka sampai Evelyn bilang gitu?Apa bener Dylan udah meninggal?' tanya ku.

Alex langsung menghampiri Vanka dan menarik gadis itu ke dalam pelukan nya.

Vanka makin terisak saat orang itu memeluk nya.Dia sudah tidak peduli lagi siapa orang itu yang dia butuhkan adalah pelukan kehangatan yang pernah diberikan Dylan untuknya.Dia ingin merasakan nya lagi.

"Gue emang gak ngerti persis lo kenapa yang pasti gue rasa lo butuh pelukan gue, Van"

"Thanks Lex" jawab Vanka.Pelukan Alex membuatnya tenang dan melupakan segala masalah nya.

"Mau menenangkan diri Nona?" Tawar Alex.

"Let's go" jawab Vanka denan senyum sumringah.Berbeda dengan Vanka 30 menit yang lalu.

"Yuk kita pergi jalan jalan, Mau?" Tawar Alex sekali lagi.

"Mau" jawab Vanka sambil tertawa.

Mereka berjalan beriringan sambil sesekali tertawa.Lebih tepatnya Vanka menertawakan Alex yang bercerita masa kecilnya minus masalah utamanya.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Under The Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang