3. Kesekian kalinya [Terlambat]

21 1 0
                                    

"Makasih pak" ucap Meysha begitu dia turun dari taksi.
Dia melangkahkan kakinya cepat melintasi gerbang sekolah yang masih terbuka
Gak biasanya nih gerbang kebuka kalo udah jam segini selalunya udah ditutup ama pak Gina, satpam di sekolah Meysha.

Dia semakin mempercepat langkahnya menyusuri koridor,
Berharap guru Killer itu belum masuk ke kelas.
Disekelilingnya sudah tampak sepi, karna ini sudah jam pelajaran.

Begitu sampai di depan pintu kelasnya, tiba-tiba saja kakinya menjadi kaku dan juga berat untuk melangkah saat melihat Bu Susan sedang menjelaskan mata pelajarannya didalam kelas.

Meysha menelan ludahnya susah payah, jantungnya kini berdetak cepat.
Seseorang melambaikan tangannya dari dalam kelas.
Meysha melihatnya dan dia adalah sahabatnya, Adsila Claretta Jasmeen yang akrab disapa 'Sila'.
Dia cewek yang tengil, genit dan juga pecicilan, tiap kali ada cowok cakep aja yang diliatnya, ehhh langsung disosor gitu aja, kalo gak cuma kenalan atau minta ID line, dia juga biasanya minta di gombalin atau digodain ama cowok.

Cckkk....
Gada malunya amat nih anak!
urat malunya udah putus kali ya?

Balik ke Meysha....

Adsila bergumam tanpa suara sambil menggerakkan tangannya memberi kode pada Meysha agar masuk.
Meysha melongo melihat Adsila yang menyuruhnya untuk melakukan ide gilanya itu.

"Tapi" balas Meysha tanpa suara.
"Udah gak pa-pa, masuk aja" pinta Adsila.

Meysha mengalihkan pandangannya pada bu Susan,
Dia menarik nafas panjang dan menghembuskan secara perlahan sebelum melangkahkan kakinya masuk kelas, dia menggigit bibir bawahnya,
Dengan ragu-ragu dia mencoba untuk masuk ke kelas dengan mengendap-endap, kakinya sedikit berjinjit agar suara langkah kakinya tidak terdengar.
Dia menahan nafasnya, sesekali melirik kearah guru killer itu memastikan kalau situasinya aman.
Tujuan utamanya adalah bangku kesayangannya.

Dia tidak memperdulikan
Semua tatapan-tatapan yang tertuju padanya, yang terpenting adalah bagaimana caranya dia bisa sampai di bangkunya tanpa sepengetahuan bu Susan.

Alih-alih tenang, Meysha yang masih mengendap-endap tiba-tiba berhenti sebelum sampai di tempat tujuannya, matanya terbelalak saat terdengar gebrakan meja disampingnya begitu juga dengan Adsila dan Vio sahabatnya, sontak seluruh penghuni kelas melirik kearah sumber suara terutama bu Susan.

Ya Allah, siapa sih tuh pake acara gebrak meja sgala

Matanya melirik kesamping kanan memastikan siapa sang pelaku yang menggebrak meja itu.

Dhani, murid teladan di sekolah dan terbaik di kelasnya, cowok yang berkacamata, cerdas, elegan, dan juga dingin itu yang menggebrak meja.
Cowok itu menatap lurus ke depan seakan tak terjadi apa-apa, Meysha termangu memandangnya hingga beberapa detik kemudian tersadar saat bu Susan bertanya padanya.

"Meysha sedang apa kau berdiri disana?" tanya bu Susan.

Degg, jantungnya berdebar makin kencang, ujung matanya berdenyut,
Matanya melirik kekanan dan kekiri menandakan dia sangat panik, jantungnya serasa berhenti berdetak.
dia membalikkan tubuhnya menatap bu Susan di hadapannya.
Dia menyengir memperlihatkan deretan giginya.

"Kamu terlambat lagi" tanya bu Susan lagi dengan nada naik beberapa oktaf.
Meysha kembali melirik Dhani, cowok itu menoleh dan menengadah menatap Meysha, keningnya mengernyit lalu tersenyum sinis, mata Meysha menyipit tajam melihat cowok yang sok-sok-an itu, dia menarik nafas dan kembali menatap guru di depannya itu.

"Eh..em, i-iya bu" ucapnya gugup, bu Susan menggeleng.
"Ibu minta sekarang kamu keluar dari kelas dan berdiri di depan tiang bendera sampai jam istirahat" kata bu Susan sedikit berteriak.
"Tapi bu....." elaknya
"Gak ada tapi-tapian, sekarang kamu keluar" matanya kini melotot tajam.
Meysha menghela nafas sebelum meninggalkan kelas.

STARLikeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang