Who?

25 0 0
                                    

Keberuntungan macam apa ini? 
Rasanya aku semacam mendapatkan berkah berlimpah dari tadi siang. Pertama, aku memasuki taksi yang ternyata didalamnya ada orang indonesia yang baik hati. Kedua, kakak baik hati itu ternyata satu tujuan denganku. Ketiga, berkat si kakak aku bisa dapat foto bareng member exo sekaligus album besertan tanda tangan oppa"ku , ini berkah terdahsyat. Keempat, si kaka ngasih aku makan gratiss hihihi dan sekarang aku bisa tidur nyenyak di hotel nyaman ini berkat si kakak hehehe.

"Apa kau sebahagia itu?" suara itu membuyarkan khayalanku.

"Neh. Aku sangat bahagia. Semua scheduleku terlaksana walaupun tidak sesuai dengan rencana dan aku sangat bahagia karena bisa tidur dengan nyaman di kasur empuk ini. Aku pikir aku akan menggembel malam ini hehehe" celotehku panjang lebar.

"Kamu yakin bisa tidur nyaman? Bagaimana jika aku menyerangmu saat kamu tertidur?" ucapnya dengan nada seperti mengancam. Dia pikir aku akan takut? Aku turun dari ranjang nyamanku dan berjalan menuju sofa yang terletak tidak jauh dari tempat tidurku.

"Wah aku akan senang hati menunggunya loh kak! Kalau orang setampan kaka yang nyerang mah adek rela kok kak, ikhlas lahir batin" ucapku sambil duduk jongkok di disamping sofa. Aku tersenyum lebar sambil menyangga daguku dengan kedua tangan.

"Ka-kamu!" kak rio langsung bangun dari posisinya "jangan dekat-dekat! Aku peringatkan!"

"Ahahahaha" aku tidak tahan melihat reaksinya. Lucu sekali. Kak rio bertingkah seperti anak perawan yang akan direbut keperawanannya dengan paksa. Astagaaa. Hey aku cuma bercanda. Lagian dia duluan yang mulai tadi. Dasar stranger labil.

"Kak rio ahahaha kakak lucu sekali hahaha" 
***
Apa yang ada dipikirannya? Apa dia tidak merasa takut sedikitpun? Bisa-bisanya dia percaya pada orang yang baru dikenalnya begitu saja.

"Kak kasur kak rio untuk ku ya? Kakak di sofa okey"

See! Dia tidak takut sama sekali. Dia bertingkah seolah kami kenal dekat. Lebih baik aku biarkan saja. Aku terlalu capek untuk menanggapinya.
"Ya ya ya terserah kamu. Sekarang diamlah, Matikan lampunya aku ingin istirahat"

Jadwalku sebenarnya besok sampai siang kosong. Tapi karena acara hari ini aku sangat lelah dan ingin cepat istirahat. Dua hari kedepan aku harus menghandle shooting pembuatan iklan yang dibintsngi oleh grup boyband itu. Hah memikirkannya saja sudah membuatku kelelahan. Sangat melelahkan berurusan dengan para lelaki itu. Fans mereka terlalu banyak dan telingaku tidak tahan dengan teriakan mereka.

"Apa kau sebahagia itu?" gadis ini sangat berisik. Aku tidak bisa istirahat karena tawa anehnya. Kenapa dia bisa tetap ceria dan bahagia seperti itu? Kenapa dia tidak takut sedikitpun berada satu ruangan dengan orang yang tidak dikenalnya. Sepertinya aku harus memberi sedikit ancaman padanya. Aku harap dia bisa diam dan lebih berhati-hati dengan ini.

"Wah aku akan senang hati menunggunya loh kak! Kalau orang setampan kaka yang nyerang mah adek rela kok kak, ikhlas lahir batin"

Heh? Terlalu dekat. Ini terlalu dekat. Astagaaa gadis ini benar-benar gila. Kenapa dia malah jadi semakin sinting setelah aku peringatkan seperti itu.  Lama-lama satu ruangan dengan gadis ini bisa membuatku mati muda karena ulahnya.
Bukannya takut dia malah tertawa. Ingin rasanya aku menyerangnya sekarang juga supaya dia diam dan paham dengan perkataanku tadi. Apa dia tidak tau laki-laki dewasa itu sangat mengerikan?

"Kembali ketempatmu atau keluar dari ruangan ini sekarang juga!" ucapku tegas. Aku tidak ingin sesuatu yang iya iya terjadi. Aku bisa mati dibunuh olehNYA jika terjadi sesuatu pada gadis ini.
Dia kembali berjalan menuju kasurnya dengan tawa kemenangannya.

***
Kruyukk~
Kruyukk~
Aku lapar sekali. Kenapa aku selalu kelaparan saat bangun tidur.
"Loh dimana ini?" aku dimana? Perasaan kamarku warna biru langit deh tapi ini kok putih? Apa aku masih bermimpi? Aku menelusuri setiap sudut ruangan dan perabotan yang ada. Semuanya tampak asing.

"Kamu sudah bangun."
Eh siapa?
Oh iya aku kan lagi dijepang. Dasar pelupa.
Aku mengangguk dan memberikan senyuman terbaikku. Melihat cogan pagi-pagi gini bikin hati nyaman dan tentram. 
"Cuci wajahmu setelah itu turun kebawah. Kita sarapan"

"Siap kapten!" cihuyyy makan makan. Kak rio emang the best. Tau aja kalau aku lagi lapar. Tanpa babibu aku langsung lari ke kamar mandi. Tidak butuh waktu lama aku menyelesaikan ritual pagiku. Saat aku keluar dari kamar mandi aku tidak melihat kak rio dimanapun. Di kasur ada secarik kertas dan kantong apa ini? Aku membukanya dan menemukan baju onepiece selutut dan seperangkat pakaian dalam wanita di dalamnya. Wajahku rasanya memanas saat melihatnya. Apa kak rio yang menyiapkannya? Aku mengambil secarik kertas yang ada disamping kantong itu.
"Jangan berfikiran aneh-aneh. Pegawai hotel yang membelikannya. Cepat turun atau jatah makananmu aku habiskan."

"Ahaha tentu saja. Tidak mungkin kak rio yang membelinya" baju yang dibelikannya bagus aku suka. Tanpa menunggu lama aku mengganti bajuku dengan baju baru itu. Ukurannya pas. Dandan dikit dah siappp. Tapi rasanya kok ada yang janggal ya?
"Hmm apa ya? Oh iya gimana kak rio bisa tau size-ku?" gimana dia bisa tau? Kebetulan?
"Ahaha ya pasti cuma kebetulan. Iya kan?"
Wajahku rasanya panas lagi. Argghhh bodo amatlah. Aku lapar.
Setelah memasang sepatu aku turun menuju restoran hotel tempat kak rio berada.

"Meja no.9... Ah itu dia"

Kak rio sedang berbicara dengan seseorang. Siapa? Aku berjalan perlahan menuju kak rio.
"Kak" sapaku sesampainya disana. "Lagi bicara sama si-"

"Nona. Anda sudah disini"
ini becandakan? Apa aku masih mimpi?

"I-ii-i-ichiyo-san?" alah bego. Kenapa aku jadi latah gini. "Ke-kenapa paman bisa ada di-disini?"

"Tuan menyuruh saya untuk segera menjemput nona dan kembali ke indonesia"

"Tu-tunggu. Tunggu sebentar. Biarkan aku duduk dulu" apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa ichiyo bisa menemukanku? Aku sudah mematikan ponselku dan aku sudah memastikan tidak ada alat pelacak di tas ataupun dimanapun jadi mereka tidak mungkin melacakku. Tapi kenapa ichiyo bisa menemukannku? Bagaimana caranya?
Kak rio duduk dengan tenang di kursinya. Dia tidak tampak kaget atau apapun. Dia seperti sudah mengetahuinya dari awal.

"Kakak kenal ichiyo?" tersenyum? Kenapa dia tersenyum.

"Aigooo anak ini. Kamu masih belum bisa mengenaliku?" ucap kak rio dan mengacak-acak rambutku.

"Eh?" apa kak rio mengenalku? Aku kenal kak rio? Siapa? Perasaan aku baru kali ini bertemu kak rio. Situasi macam apa ini? Sessorang harus menjelaskannya padaku. Aku kebingungan. Aku menatap ichiyo dan kak rio bergantian tapi sepertinya mereka tidak ada niatan untuk menjelaskannya padaku.

"Sebaiknya kamu pulang dan tanya sendiri penjelasannya pada om julian" ucap kak rio. Bukannya menjawab pertanyaanku dia malah menyuruhku bertanya pada daddy.
Apa-apaan ini? Apa kak rio benar-benar mengenalku? Kenapa dia bisa tau nama daddy?

"Nona?"

"Ah ya ada apa?"

"Kita harus segera berangkat. Tuan sudah menunggu nona"

Mungkin karena kebingungan aku mengikuti ichiyo tanpa perlawanan. Sesampainya di mobil dan saat mobil sudah melaju kesadaranku kembali.
"Ichiyo, handphone" ucapku.

Aku harus mengkonfirmasi sesuatu pada daddy. Aku tidak mau menunggu sampai aku di indonesia. Lagian aku belum bisa pulang. Oppaku masih ada disini masa aku sudah pulang. Sia-sia dong pelarianku kesini.
"Pinggirkan mobil. Aku ingin bicara dengan daddy"
Aku mendial nomor daddy. Tidak menunggu lama. Dad mengangkatnya. Wajah daddy yang menyebalkan langsung terlihat dilayar. Aku melakukan videocall.

"Kenapa dengan wajahmu swetie? Kamu seperti ingin memakan daddy."

"Gak usah panggil-panggil swetie. Aku lagi kesal sama dad."

"Hahaha kenapa swetie? Kamu kesal kenapa? Apa rio melakukan sesuatu?"

"Daddy berhutang penjelasan padaku. Rio Dirgantara, siapa dia?"

TBC~
__________________

princessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang