Sasarannya Nando?

12.2K 447 48
                                    

Aku mencintaimu.

Akan selalu mencintaimu.

Walau mungkin begitu banyak rintangan yang selalu menghalangi jalanku untuk mencintai dan melindungimu dengan segenap jiwa raga ku.

-Leonando Ananta Kim-

Kau begitu sempurna
Di mataku kau begitu indah
Kau membuat diriku akan selalu memujamu

Di setiap langkahku ku kan
selalu memikirkan dirimu
Tak bisa ku bayangkan
Hidupku tanpa cintamu

Bridge:
Janganlah kau tinggalkan diriku
tak kan mampu menghadapi semua
Hanya bersamamu ku akan bisa

Coda:
Kau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adlah hidup ku lengkapi diriku oh sayang engkau begitu sempurna .. sempurna


Kau genggam tanganku saat diriku lemah dan terjatuhk au bisikkan dan hapus semua sesalku

Bridge:
Janganlah kau tinggalkan diriku
tak kan mampu menghadapi semua
Hanya bersamamu ku akan bisa

Reff:
Kau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adalah hidup ku lengkapi diriku oh sayang engkau begitu sempurna .. sempurna

Kau genggam tanganku saat diriku lemah dan terjatuhk au bisikkan dan hapus semua sesalku

Bridge:
Janganlah kau tinggalkan diriku
tak kan mampu menghadapi semua
Hanya bersamamu ku akan bisa

Coda:
Kau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adlah hidup ku lengkapi diriku oh sayang engkau begitu sempurna .. sempurna

 

(Andra n’ the Backbone – Sempurna)

Miki berjalan pelan menyusuri koridor menuju taman tempat Nando menunggu. Dari kejauhan dapat di lihatnya, Nando serius mendengarkan music. Dari tempat Miki berdiri dapat di lihatnya ada orang yang mendekati Nando dan .

 
“KIIIMMMMM AAAWWWAASSS.” Kejadian itu berlangsung cepat, secepat itu pula Nando ambruk dengan darah segar mengalir di pelipisnya. Tak lama kemudian para mahasiswa bergerombol mendekati Nando yang kini tengah berada di pangkuan Miki.

“tolong bantuin gue bawa dia ke mobil.”

Tangan Miki gemetar. Telapak tangannya masih ada bekas noda darah. Matanya memerah dan air matanya tak henti mengalir.

“Miki bagaimana keadaan Nando sayang, kejadiannya bagaimana?” Tanya Annastasya yang baru datang bersama Andrew.

“nggak tau, Miki nggak bisa liat muka pelakunya. Semua berlangsung cepet banget. Kim lagi di tangani dokter di dalam.” Jawab Miki sambil sesunggukan, Annastasya langsung merengkuh Miki dalam pelukannya dan menenangkannya. Walaupun hatinya juga cemas memikirkan keadaan anaknya.

Pintu ruang UGD terbuka. Dokter keluar dari sana bersamaan dengan kedatangan Abrio dan Kinan dengan napas terengah-engah, karena mungkin berlari dari parkiran.

Dokter Rizal yang merupakan dokter keluarga Ananta itu melepas sarung tangan lates-nya, “tenang saja. Luka di kepala Nando tidak serius, tidak sampai menyebabkan geger otak. Untung juga pertolongan pertama yang di lakukan Miki cepat dan tepat, jadi Nando tidak sampai kehilangan banyak darah. Dia sekarang lagi tertidur karena pengaruh obat bius, kalian bisa menjenguknya kalau sudah di pindahkan di ruang rawat inap.” Penjelasan dokter Rizal membuat semuanya bernapas lega.

*****

“ihhh nggak mau bunda, rasanya hambar. Lagian emangnya aku bayi makan bubur. Nggak, nggak.” Tolak Nando untuk yang kesekian kalinya. Di dalam ruangan itu, dia hanya berdua saja dengan bundanya yang ssedari tadi tidak henti-hentinya menyuruhnya makan. Namun Nando hanya mengambil buah apel terus-terusan tanpa mau menyentuh sedikitpun bubur, membua Annastasya geram dan memilih menelpon Miki tanpa sepengetahuan Nando.

“sayang, katanya kamu nggak mau makan yah?” Tanya Miki yang baru datang dengan menenteng rantang makanan.

“ihh pasti bunda yang ngasih tahu kamu? Nggak enak baby makanan rumah sakit, aku maunya masakan kamu aja dan disuapi sama kamu.” Nando memasang tampang cemberut dan membuang wajahnya.

“ya ampun manja banget sih.” Cibir Miki sambil membuka rantang yang di bawanya. “ kalau gitu aku suapin tapi makannya tetap bubur yah? Aku bawa dari rumah kok.” Wajah Nando langsung cerah, dengan segera dia memperbaiki posisinya.

“aku kapan bisa pulang Milk? Capek tidur terus, mana baunya nggak enak. Bikin mual tau nggak.” Miki menghela napas keras mendengar rengekan Nando untuk yang kesekian kalinya.

“ entar aku tanyain ke dokter Keenan yah. Siapa tahu kam..”

“nggak usah kamu yang nanya ke dokter Keenan. Biar ayah aja atau bunda. Aku nggak suka kamu deket-deket sama dia, aku ngerasa punya saingan.” Ucap Nando sambil mencebikkan bibirnya, Miki tertawa.

“Ya ampun. Sayang. Dokter Keenan itu udah punya istri kali, sedang hamil pula. Dia itu cuman dokter pembimbing skripsi aku semester depan. Lagian aku juga kenal banget sama kak Kesya, istrinya dokter Keenan. Aku udah anggap dia seperti kakak aku sendiri, Kim.” Tutur Miki menjelaskan. Tak lama kemudian sosok dokter yang mereka bicarakan akhirnya muncul untuk memeriksakan kondisi kepala Nando.

“selamat pagi Nando. Gimana kepala kamu, apa masih sakit?” Tanya dokter Keenan sambil memeriksa tensi darah Nando.

“iya, udah membaik kok. Ada yang perhatiin sih, hehehe.” Kata Nando menampilkan senyum enam jarinya yang membuat Miki mendengus sedangkan dokter Keenan tertawa.

                                          

Tanpa mereka sadari ada seseorang yang berdiri di luar kamar rawat Nando dan mendengar pembicaraan mereka. Tangannya mengepal geram, dia sungguh tidak habis pikir, mengapa Nando masih hidup padahal dia memukul tepat di otak bagian belakangnya. Hatinya cukup sakit mengdengar kebahagian yang didapatkan oleh orang yang ada di dalam ruangan itu.

“tunggu pembalasan gue selanjutnya. Gue nggak akan berhenti sampai loe mati.” Ucapnya lalu bergegas pergi, namun sayangnya dia tidak mengetahui ada seseorang lagi yang mengetahui keberadaannya dan cukup jelas mendengar ucapannya maupun juga cukup jelas meliha wajahnya.

“ jadi wajah sebenarnya dia seperti itu. Hemm sepertinya menarik. I got you.” Seriangai menakutkan tampak pada wajahnya yang tanpa cela.

Ananta Story : Lovely MilkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang