Chapter 2 : Dia Memang Nyata

40 2 0
                                    

Agustus 2016

Tak terasa, ternyata diri ini semakin lama semakin menua. Sudah saatnya untuk serius dalam banyak hal. Bukan saatnya untuk bermain-main layaknya mereka yang ada di taman kanak-kanak. Ingat! Dirimu kini siswa SMA. Kamu tengah berada dalam masa-masa yang amat berpengaruh kepada masa depanmu kelak.

Apalagi, saat ini kamu berada di tempat yang benar-benar kamu tak pernah tahu, apakah kamu menginginkannya ataukah tidak. Tapi, nyatanya kamu bahagia-bahagia saja, kan, berada di tempat ini? Sungguh melegakan, sekolah seistimewa ini mau menerimamu sebagai salah satu penghuninya. Cukup sebanding memang jika direlasikan dengan usahamu yang sudah cukup keras untuk bisa masuk ke salah satu sekolah favorit di jagad propinsi ini.

Kenalkan, namaku Wirda. Seorang remaja 16 tahun yang beruntung sekali bisa berada di sekolah yang kata mereka luar biasa. Dan kenyataannya, memang ia sangat luar biasa. SMA Islam Global namanya. Terletak di Kota Malang. Meskipun bukan sekolah negeri, namun sekolahku yang baru ini benar-benar bergengsi dan dapat bersaing dengan sekolah negeri lain di propinsi Jawa Timur, bahkan di Indonesia.

Sebelumnya aku sudah tahu jika aku berada di jurusan IPA melalui pengumuman yang diposting pihak sekolah melalui website. Tapi, aku masih belum tahu di kelas manakah nantinya aku akan belajar. Harapanku, aku berada di kelas yang isinya adalah standar saja. Maksudnya tak semuanya pandai-pandai ataupun sebaliknya. Mauku aku berada di dalam kelas dengan manusia yang beragam karakternya, biar lebih berwarna dan tidak monoton juga sih. Bayangin aja deh kalau harus sekelas sama orang-orang yang pinter semua. Duh, rasanya itu bakal ngebosenin banget deh hari-hariku nantinya.

Hari ini aku berangkat lebih awal karena aku tak mau berdesakan saat melihat pengumuman pembagian kelas. Begitu sampai di gerbang sekolah, benar saja, sekolah ini masih cukup sepi. Hanya ada 4 sampai 5 orang anak yang tertangkap mataku, serta satpam penjaga gerbang yang selalu melontarkan senyum hangatnya kepada siapapun yang melewati wilayah kekuasaanya. Kesan pertama yang indah sekali saat pertama kali aku melangkahkan kaki memulai lembaran kisahku yang baru. Tak salah aku memilih sekolah ini.

"Pagi, neng. Kok rajin banget jam segini udah sampai di sekolah?" sapa pak Djarwo, salah satu satpam yang menjaga di gerbang utama.

"Pagi, pak. Iya nih, males desak-desakan, pak, liat pembagian kelasnya. Kalau boleh tahu, pengumuman pembagian kelasnya ada di mana ya, pak?"

"Oh, itu neng. Neng nanti dari sini lurus aja ya sampai lapangan futsal. Di kanan lapangan kan ada koridor tuh neng, nah nanti neng ambil yang ke arah utara. Nanti sekitar 20 meter-an lah ada papan pengumuman gede banget. Nah, biasanya pengumumannya ditempel di situ, neng."

"Makasih ya, pak"

Aku bergegas menuju ke tempat yang dituturkan pak satpam tadi.

Satu kata yang bisa aku ucapkan saat melihat papan pengumuman itu. Wow. Sungguh indah desain dan ornamen-ornamen yang melekat pada papan itu. Pantas saja, jika sekolah ini memiliki reputasi tinggi dan beberapa memenangi lomba adiwiyata tingkat propinsi.

Tanpa lama-lama, langsung ku cari kertas yang bertuliskan IPA diujung atas sebelah kirinya. Cukup banyak ternyata yang menjadi siswa jurusan IPA, ada 8 kelas. Dan benar, namaku ada dalam salah satu kertas yang tertempel di papan pengumuman ini. X-IPA 3. Bersama 35 siswa lainnya yang nantinya akan menjadi teman sekelasku.

Aku langsung mencari denah di mana kelasku berada. Beruntung sekali, karena kelasku ternyata tak jauh dari papan pengumuman ini. Cukup berjalan 50 meter ke timur, begitulah yang disebutkan oleh denah.

Aku tak sabar ingin mengetahui bagaimana keadaan kelasku. Sedikit kupercepat langkahku menuju kelas karena rasa penasaran yang mulai memuncak ini.

You (Ku tak pernah paham siapakah dirimu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang