Chapter 3 : Boom

28 2 0
                                    

Kamu, sesosok yang selalu kurindu
Sering kali membuat hati merasa syahdu
Hingga akhirnya, 'ku kan tahu
Dirimu takkan mungkin bersanding denganku

______________________________________
Plakk
"Aduh, sakit dodol." Andi mengusap keningnya yang baru saja kusentil.
"

Salah sendiri bengong mulu dari tadi." Elakku. "Lagi mikirin apaan sih? Mikirin cewek tadi ya?"
"Yee, asal nyablak aja deh."
"Siapa yang ngasal, noh liat pak, di jidat lo tertulis dengan jelas namanya Wirda. Mau ngeles gimana lagi coba?"
Keliatan banget kalau Andi dari tadi mikirin anak perempuan tadi, Wirda. Cewek yang nggak sengaja kutabrak gara-gara si taik yang satu ini.
"Eh, kok bisa pas gitu sih, Ta? Persis banget gitu tebakan lo." Sahutnya. "Pantes nggak dia sama gue?"
"Ngapain nanya ke gua coba?"
"Duh, telmi banget deh nih anak. Ya, lo sahabat gue, sayang."
"Ih najis deh ya punya sahabat kek lo, sejak kapan kita berikrar jadi sahabat coba? Pake sayang-sayangan pula. Kek apa banget deh gua." Ejekku.
"Elah, nih anak gak bisa diajak bercanda dikit sih." Mimik muka Andi tiba-tiba berubah muram. "Terserah deh, tapi gimana, cocok nggak misal gue sama dia?" Andi masih saja penasaran dengan jawabanku.
"Lo, mau gue jawab jujur apa bo'ong?"
"Yang jujur lah. Please deh, beb."
Aku pun juga masih penasaran. Mengapa, anak semacam Andi ini antusias sekali menanyakan kecocokannya dengan seorang perempuan yang bahkan baru saling bertatap muka tak sampai 5 menit lamanya.
"Oke." Aku menghela napas panjang, sekaligus mencari oksigen sebanyak mungkin untuk segera mencaci maki anak yang satu ini.
"Elo tuh nggak pantes sama dia, Ndi. Diliat dari manapun nggak akan pernah pantes."
"Lah, kok gitu sih?"
"Salah lo sendiri, kan, yang minta jawaban jujur dari gua." Intonasi ku dalam berbicara mulai meningkat.
"Bu-bukan gitu, maksud gue alasannya apa kok lo bisa-bisanya ngasih statement kaya gitu. Apa jangan-jangan lo juga naksir dia ya?"
"Cih, nggak jelas banget ya naksir sama orang yang baru ketemu sekilas doang. Gua bukan orang yang segampang itu ye." Belaku.
"Ya terus, apa deh alasannya, sayang?" Gak ada kapoknya Andi terus merayuku agar memberikan jawaban.
"Fak, nih anak, jijik banget denger lo ngomong gitu sumpah," bentakku. "Denger ya, Ndi, mana ada cewek seperfect Wirda mau sama manusia macem lo gini? Dia tuh, pinter, rajin, baik-baik, nggak neko-neko, kalem, sedangkan lo, duh, anehnya nggak karuhan. Gua kasihan aja sama Wirda nya entar bakal jadi apaan kalo sama lo." Ledekku pada Andi, yang sebenarnya memang begitulah sifat seorang Wirda.
"Lah, padahal baru ketemu sebentar, kok bisa tau detail banget gitu gimana Wirda orangnya."
"Yah, kan gua bisa.." oops, hampir saja aku keceplosan.
"Bisa apa, Ta?" Rasa penasaran Andi makin meningkat.
"Bukan apa-apa. Hwek." Aku mengejeknya lalu berlari meninggalkannya.
"Eh dasar, ditanyain malah kabur. Tungguin woy, kepo bat nih gue." Tak patah arang, Andi pun mengejarku.

Sebenarnya, ada satu hal yang nggak ada satu orang pun tahu mengenaiku. Mungkin hanya aku dan Tuhan yang mengetahui ini. Dan seperti, kalian akan mengetahui fakta mengenai diriku bahwa aku...................
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kalian kepo yaa, kaya kepo nya Andi yang nggak karuan itu? Vote + Comment dulu dong, nanti kalian bakal tahu, siapa sih sosok Ananta ini sebenarnya.
See ya..

You (Ku tak pernah paham siapakah dirimu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang