Sinar matahari siang yang menembus jendela mobil tak lantas membuat Praew ingin membuka mata. Dua jam perjalanan sudah ia duduk bersisisan dengan tumpukan kardus. Perjalanan yang melelahkan plus suasana yang tidak nyaman membuat Praew tak ingin melakukan aktivitas lain selain (mencoba untuk) tidur.
"ADUH!"
Baru saat mobil yang tengah ditumpanginya berguncang akibat melewati sebuah polisi tidur, Praew terbangun. Lebih karena sebuah kardus yang tahu-tahu jatuh menimpa kepalanya alih-alih guncangan. Terdengar suara tawa dari arah kursi pengemudi.
"Lo gak apa-apa?" Tor melirik kaca spion. Mendapati adiknya tengah memijat kening dengan satu tangan.
"Ya menurut lo?" seru Praew kesal seraya merapikan barang-barang yang kini berserakan di pangkuannya. Koleksi piringan hitam milik Tor yang tadinya berada dalam kardus yang tumpah di kepala Praew.
"Sorry. Gak ngeliat ada polisi tidur" Tor memutar kemudi ke arah kanan.
"Ini udah yang ketiga kalinya, ya. Dan ini semua gara-gara dari awal lo lebih milih buat duduk sama Vanda daripada sama gue" Praew menendang jok yang diduduki Kakaknya dari belakang. Tendangan itu lumayan terasa di punggung Tor.
"Kasihan, Vanda. Jok belakang kan gak ada sabuk pengamannya. Lo kan enak masih bisa gerak gak di dalem kandang. Tapi Vanda kan enggak. Nanti kalau dia jatoh, gimana? Ya Vanda ya" Tor melirik manja pada kucing persia yang berada di sebelahnya. Kucing betina yang posisinya dipertahankan oleh sabuk pengaman itu hanya mendengkur singkat.
Praew mendesah malas, kemudian bersandar sambil melipat tangan di atas perut. "Kapan sampainya sih?" katanya tak sabar.
"Sebentar lagi"
"Lo juga bilang gitu setengah jam yang lalu"
"Kali ini beneran"
"Lo juga selalu bilang begitu setelahnya"
"Kali ini gue ada bukti. Tuh, liat, di depan sana ada apa?" Tor menunjuk sebuah area di sebelah kanan mereka yang sepertinya terletak agak jauh di depan.
Praew mencondongkan badan ke dekat Kakaknya. Memicingkan mata untuk dapat menangkap objek yang dimaksud Tor. Ketika mendapati apa yang ia cari, Praew tak henti memandanginya sampai pada akhirnya avanza tua yang ia tempati melewati area tersebut. Setelah itu, perlahan, Praew kembali ke tempat duduknya. Termenung selama sekian detik.
Tor memperhatikan adiknya diam-diam melalui kaca spion. Ekspresi gadis berambut panjang itu kalut. "Ingat gak, Praew?" tanya Tor hati-hati.
Praew menggeleng pelan. Kecewa dengan dirinya sendiri.
"Enggak" jawabannya menyusul setelah itu.
Tor tersenyum tipis. Perhatiannya kembali kepada jalanan lengang di depannya. "Take it slow, sist. One step at a time"
Praew tidak ingin menanggapi. Ia kembali memejamkan mata sambil bersandar di jok belakang. Ternyata, kembali ke tempat dimana semuanya bermula tidak menjamin ingatannya kembali dengan mudah.

YOU ARE READING
Forgotten
FanficPraew dan Kakaknya kembali ke kota tua tempat mereka menghabiskan masa kecil setelah 5 tahun lamanya. Sesuatu yang datang dari masa lalu menyambut Praew di sana. Mencoba genre baru. Doakan ide mengalir terus (yolo) update whenever I want