Chapter 12 : Sakura House

2.5K 167 263
                                    


Sasuke's POV

Sepertinya aku akan berhenti menulis hari setiap kali aku bercerita. Karna hal itu terasa sangat menyusahkan sekarang. Oke kumulai.

Punggungku terasa sangat sakit ketika aku bangun dari tidurku tadi. Salahku sendiri tidak pernah meletakkan sofa di dalam kamar. Jadi kemarin malam aku tidur dilantai. Tepatnya ketiduran.

Malam tadi aku juga bermimpi. Tentang masa-masa indahku bersama Sakura. Ngomong-ngomong tentang Sakura. Apa dia sudah bangun?

Aku segera bangkit untuk duduk dan ketika aku menoleh ke arah kanan. Sesuatu berwarna merah muda memenuhi pandanganku. Dan itu seperti sesuatu yang berbau stroberi atau mungkin cherry ah entahlah.

Ck, kenapa aku bisa tertidur? Seandainya aku tidak tidur aku bisa menghabiskan malamku dengan memandangi bidadari yang indah ini.

Aku berdiri kemudian duduk di tepi ranjang. Uuuhh, Sakura, kenapa dia sangat cantik? Aku tidak bisa menahan untuk tidak menyentuh wajahnya. Aku menggigit bibirku. Apa boleh aku melakukan sesuatu yang pernah kulakukan di chapter enam? Kurasa iya. Ah tidak. Tapi iya mungkin tidak masalah. Tapi kurasa tidak, lebih baik karena sama sekali tidak masalah.

Tapi aku ingin.

Sudahlah tidak usah. Aku sudah bilang, kalau tidak pernah mencium gadis ketika sedang tidak sadar. Tidak akan pernah.

Tapi Sakura sangat manis.

Tanpa sadar aku mendekatkan wajahku kewajahnya. Aku tidak bermaksud menciumnya oke? Aku hanya ingin melihat Sakura dari dekat. Jauh lebih dekat. Tangan kiriku tergerak untuk menyeka rambut di dahinya. Dan ketika iris teduhnya mulai terbuka, aku merasa melayang.

Ini bukan terpana. Bukan juga terpesona dengan indahnya tatapan matanya. Tapi aku benar-benar melayang kemudian menubruk lantai. Kau mengertikan? Dia mendorongku hingga aku terlempar. Dan kurasa tulang punggungku patah.

Yang selanjutnya terjadi Sakura merasa kalau ini kamarnya tapi kemudian ia sedikit terkejut setelah mengingat semuanya. Kemudian ia menuduhku. Menuduhku melakukan sesuatu yang tidak senonoh padanya. Tapi kemudian akibat dari, aku tidak tau, tadi dia mendorong atau menendangku atau keduanya, tapi karena perbuatannya luka bodohku kembali terbuka. Dan darahnya kembali keluar.

Aku tidak merasakan sakit apapun. Sekarang luka ini sama sekali tak berasa. Punggungku jauh lebih mengenaskan. Benar-benar nyeri. Tapi demi kelihatan keren didepan Sakura. Aku tidak boleh meringis. Apalagi mengaduh.

Ketika melihat luka bodohku Sakura menarikku ke ranjang. Dia ingin mengobati lukaku, bukan ingin macam-macam. Tapi, jika dia ingin macam-macam aku sama sekali tidak menolak.

Melihat ekspresi khawatir diwajahnya aku tersenyum sumringah. Apalagi tadi malam ia tidur dipelukanku. Aku benar-benar senang. Sangat senang. Aku sadar senyumku sangat aneh dan itu terbukti ketika Sakura menusuk pipiku dengan telunjuknya. Setelahnya aku mengucapkan terima kasih dan kemudian hening.

Dan ketika aku bertanya padanya apa dia ingin mandi. Dia marah dan mengatakan aku mengusirnya, kemudian pergi.

Ternyata Sakura masih ketus. Kukira dia sudah memaafkanku ternyata belum. Dan itu membuatku sedih.

Aku berdiri, menghentakkan kakiku dengan kesal, kemudian duduk dengan kaki terbuka seperti balita. Aku mulai menangis meraung-raung seperti bayi yang masih memakai popok. Aku mengusap air mataku keras, sambil menendang-nendang dengan asal. Dan terus meneriaki nama Sakura yang terus melangkah meninggalkanku.

Oke, itu tidak benar.

Itu sama sekali bukan gayaku.

Aku bangkit dari tempat tidur dan mandi secepat mcqueen.

Real Love💞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang