The Fifth

10 0 0
                                    


Aku menemukan sepasang sepatu nike hitam merah yang,

Menghadap padaku?

"O?"

***

Jooyeon's POV

Pemakai sepatu itu tersenyum melihatku terkejut melihatnya.

"Ini apel, bukan bola kasti, nak"

Ia mengacak acak puncak kepalaku dengan gembiranya. Sedangkan aku hanya terkekeh mendengarnya menasihatiku tentang hal yang sudah pasti aku mengerti. Dan, apel merah merona yang sedari tadi kucari sekarang telah terperangkap tak berdaya digenggamannya.

"Ne... algesseumnida.." aku berlagak berbicara formal padanya yang kini duduk di sebelahku.

"Boleh kumakan?"

"Kau punya dua kan?"

"Ya, makan saja, aku sedang tidak lapar. "

"Gomawo, tapi, siapa yang memberimu buah apel ditengah hujan seperti ini? Konyol sekali "

Ia sedikit tertawa dan mulai menggigit apelnya.

"Memang, namanya juga anak kelas 2 sekolah dasar," Aku ikut terkekeh

"Aaahhh.. keponakanmu? Pantas.. hahaha"

Untuk kedua kalinya dia menggigit apel pemberianku dengan lahap. Rupanya ia lapar.

"Seharusnya hujan-hujan begini bukan memberi apel, tapi hot chocolate.." ia sedikit bergumam, tapi suaranya terlalu keras untuk ukuran bergumam.

Hmmm

rupanya dia memnta lebih.

Tadi saja aku tak menawarkan apelku padanya,

Namun hanya karena dia memegang apelku ia langsung merebutnya,

Tapi, kalau aku memiliki apel namun hanya kubuat mainan,

Tidak ada yang berani bersumpah bahwa aku tidak ingin memakannya bukan?

Tapi, aku sudahlah. Toh banyak apel yang masih menganggur juga di meja makanku. Aku juga tidak lapar. Toh juga, ini sama sekali tidak sebanding dengan segala bantuan yang pernah seniorku ini berikan padaku dengan sukarela

Walau tak selamanya sukarela.

Aku memicingkan mata, memandang padanya hingga ia sadar dan menghentikan kunyahannya yang lumayan penuh. Pantas, kulirik sebentar ke arah apelnya, sudah terukir keoroakan besar di sana, lebih besar dari icon gadget Apple.

"Whwae?" (khenaphwa?), ia menatapku tanpa dosa, masih dengan gerakan giginya yang mengunyah kasar daging buah apel yang tak bersalah.

"Dan seharusnya yang lebih tualah yang memberi. Bukan menerima. " kutekankan dua kata terakhir yang kukatakan sebelum ia menghentikan kunyahannya.

Ia sempat menahan tawanya, hingga ia tak tahan dan meluapkannya.

Tawanya menggelegar hingga aku khawatir tawanya bisa membuat mayat hidup lagi

"Sunbae jigyeowo!! Telan dulu kunyahanmu!" (senior, itu menjijikkan!)

"Ahahaha arasseo arasseo. Kau peka sekali ya, terlalu peka malahan. "

Ia lalu selesai menelan kunyahannya. "Baiklah.. aku juga akan menjadi peka. Gaja, kau belum dijemput kan?" (ayo pergi)

Ia tiba tiba beranjak dari tempat duduknya "eodigalkkeoeyo?" (kemana kita akan pergi?) Jujur, aku lumayan mendongak melihat wajahnya karena tingginya yang hampir 180 cm. Ditambah dengan posisinya yang berdiri sedangkan aku masih duduk.

Just One ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang