The Sixth

8 0 0
                                    


"J-Jadi, kau mengenalnya?!"

***

"Aaahh.. mianhae.. kubilang padanya bahwa kau takkan mengenalnya... aku terlalu sok tahu.."

Aku tersenyum singkat, "Tak apa, dimana dia sekarang?"

"Di gerbang dekat pos satpam. Tunggu! Kau akan menemuinya sekarang? Sepuluh menit lagi bel masuk!"

"Hmm... ini tidak akan memakan waktu lama. Jam pertama Han-seonsaeng bukan? Pasti kita hanya akan diberi tugas oleh guru Bahasa Korea lain karena Han seonsaeng sedang cuti. "

Yoonji terlihat tak yakin dengan keyakinanku, "Kau yakin? Kim seonsaeng juga guru Bahasa Korea, kau lupa bagaimana ia mengabsen muridnya satu persatu dan memelototi mereka hingga hampir kencing di celana?"

Aku berkacak pinggang,"Dan apakah kau lupa bahwa guru Bahasa Korea selain beliau jauh lebih banyak dibanding ikan di laut? Sudah, aku pergi dulu. "

Aku melantur meninggalkan Yoonji yang masih memikul tasnya, tanpa menunggu jawaban darinya lagi. "Dasar anak batu!" umpatnya padaku. Rupanya ia punya sebutan baru untukku yang keras kepala.

"Lekaslah kembali!"

***

Jungkook's POV

Karena 15 menit lagi bel berbunyi, tentu kelas yang hanya diam sepanjang waktu ini terisi oleh keramaian yang timbul dari mulut-mulut penghuni kelas ini. Semakin siang, semakin ramai. Selalu begitu, entah sampai kapan.

Aku, termasuk penyumbang polusi suara di kelas ini bersama teman-teman sekelasku di sini. Karena aku laki-laki, jadi aku tidak terlalu menspesifikkan pertemananku hanya dengan beberapa teman saja. Aku berteman dengan siapa saja. Berbeda dengan perempuan yang.. yaa..kalian tahu sendirilah, di mana-mana kuyakin sama saja.

"Eeiii.. kau ini ada-ada saja. Mana mungkin tim sana bisa menandingi SMA Hansung? Separah-parahnya pemain basket SMA Hansung, mereka tetap seimbang dengan tim provinsi!"

"Apa ya, rahasia mereka?"

"Wae? Kau ingin mencuri rahasia latihan mereka seperti Plankton yang mencuri resep rahasia tuan Crab?"

"Ya.. kalau aku mampu, aku akan begitu. Tapi apa daya, mereka bahkan lebih kolot dari permen karet! Dan lebih sombong daripada nahkoda kapal Titanic, mentang-mentang mereka hebat, mereka bahkan pernah menyebut grup basket senior kita dengan sebutan 'pemain bola bekel' dulu,. Sepertinya mereka memancing hajaran para atlet taekwondo dan judo di sini,"

Sementara beberapa temanku asyik berbincang tentang grup basket SMA Hansung, aku yang notabene adalah salah satu yang akan menantang mereka di pertandingan satu bulan lagi hanya menyimak teman-temanku. Tak bisa dielak bahwa siswa disini sedikit banyak menaruh dendam pada klub bola basket SMA Hansung.

Bukan, kami bukan iri.

Karena iri tanda tak mampu, jadi kami tak bisa disebut iri karena kami mampu.

Kami menaruh dendam pada mereka karena, seperti yang diceritakan oleh Kim Taehyung−teman sekelasku tadi adalah benar adanya. Sekolah ini mungkin selalu menyapu bersih kejuaraan taekwondo dan judo tingkat nasional tiap tahunnya, namun tidak dengan bidang basket.

Entah kenapa, klub basket sekolah kami dari tahun ke tahun hanya dapat berdiri di podium sebagai juara harapan, paling mentok juara 3. Bagaimanapun juga, aku patut bersyukur karena data statistik menunjukkan bahwa prestasi sekolah ini dalam bidang basket terus merangkak naik, walau masih ngos-ngosan.

Just One ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang