"Hhhp!"
"Ap−, apa yang terjadi??"
***
Bruk!
Ku hempaskan tubuhku untuk mundur dengan cepat dan ku sembunyikan tubuhku di balik tembok, tak terlalu sakit karena ranselku melindungi punggungku dari hantaman tembok.
"Apa yang terjadi?? Apa yang mereka-ributkan-, di sekolah??"
Aku sempat bingung, kutinggalkan saja atau kukukuhkan badanku disini sambil menunggu hingga debat mereka selesai,
Ingat!
Aku membawa amanat penting dari Yoonji untuk Seungyoo−flashdisk yang berisi file power point yang akan digunakan sebagai bahan presentasi pelajaran biologi besok. Parahnya lagi,
Pelajaran pertama yang akan menyapa kami besok pagi adalah,
Biologi.
Atas berbagai pertimbangan, akhirnya kuputuskan untuk tinggal. Tinggal di balik tembok ini. Aku pasrah tentang segala risiko yang akan menimpaku nantinya karena aku tidak tuli, pasti aku akan mendengar pertengkaran mereka.
Memang, aku bisa saja mengambil posisi sedikit jauh dari tempat kejadian perkara, namun masih bisa mengetahui kalau nantinya Seungyoo sudah keluar. Tapi, sekali lagi. Situasiku bukan sesederhana yang kalian bayangkan. Aku kaget, panik, bingung, namun mau tak mau harus berusaha menutupi itu semua. Pikiranku kalut untuk sesaat, entah siapa yang berani mengutak-atiknya sehingga tidak berfungsi selayaknya.
Menyelonong masuk dan melerai mereka??
N.O.
A.N.D.W.A.E
Tidak akan pernah. Aku bukan orang yang seberani itu. Yang ada aku nanti selalu diawasi oleh mereka berdua karena aku tanpa sengaja mengetahui konflik mereka. Beda cerita kalau Seungyoo adalah Yoonji atau Yeonhee, maka aku akan melakukan sebaliknya.
Seungyoo, hanyalah teman sekelasku yang baru kukenal, ya semenjak menginjak kelas I SMA ini. Bahkan belum sampai satu tahun genap. Lagi, dia bukanlah classmate yang dekat denganku. Ya.. sewajarnya teman sekelas. Belum pernah bertengkar, dan justru itulah salah satu tanda bahwa kami tidak begitu dekat.
Jadi, aku hanya bisa terpaku di posisi dan tempat yang sama.
"Aku bukan Tuhan yang tahu segala hal yang akan terjadi, bahkan sedetik yang akan datang! Aku hanya anak gadis yang penasaran mengapa ayahku berbincang sangat lama dengan kekasihku dan ibunya! Hanya itu! Apa aku salah?!"
"Iya! Kau salah! Salah kau kenapa tak bisa mempercayaiku!"
"Karena firasatku benar bahwa kau memang bukan orang yang bisa dipercaya!"
Jungkook−Jeon Jungkook,
Iya, Jungkook sunbae,
Ia terdiam, terpaku, tak berkutik sedikitpun setelah menerima bentakan bak semprotan air pemadam kebakaran dari pemilik flashdisk yang kupegang ini.
Ya, yang membuat otakku tak bekerja dengan baik saat ini, salah satunya adalah itu.
Kenyataan bahwa lawan adu mulut Baek Seungyoo, yang tadi sempat membentaknya, adalah sosok yang kukenal sebagai pribadi yang lembut, humoris, ramah dan murah senyum−Jeon Jungkook
Oh, mungkin aku terlalu dini untuk mengatakan aku dekat dengannya. Karena kenyataannya tidak demikian.
Setelah beberapa detik berlalu dengan tangan hampa, Seungyoo kembali bersuara, kali ini ia lebih lirih dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just One Thing
FanfictionYa, Aku rela menyisir rambut kasar dan panjangmu itu dengan sabar. Aku akan membuat rambutmu jauh lebih baik dari sebelumnya. Tetapi, adakalanya kau akan merasa sakit karena terjambak, dan akhirnya mengeluh padaku. Ayolah, kau hanya merasakan sakit...