Sepuluh

113 14 0
                                    

Bagian Sepuluh : Bergerak!

***

Pagi itu terasa hambar di kediaman Park. Karena kejadian tadi malam keduanya terus diam tanpa berniat membuka suara. Jiae sibuk memasak, sedangkan Jisung masih bersiap di kamarnya.

Beberapa menit kemudian mereka bertemu di meja makan.

Suasana di dapur begitu canggung untuk pertama kalinya. Jisung yang terbiasa makan dengan ditemani Jiae kini harus menelan kekecewaan karena istrinya itu menyibukkan diri di pantry. Pria itu menghela nafas berat.

Ia pikir, tidak seharusnya mereka seperti ini hanya karena Sehun datang tiba tiba pada malam hari. Lagipula keduanya tidak melakukan apa apa.

"Akh! Jariku terpotong, Ji! -" Jiae memekik tertahan begitu mengingat situasi.

Dengan segera Jisung menghampiri gadis itu, meraih jari yang mengeluarkan darah kemudian dikulumnya. Dapat ia rasakan cairan anyir itu masuk ke rongga mulutnya yang lekas ia telan.

Ia menatap kedua mata Jiae sambil terus menghisap darah segarnya hingga alirannya berhenti.

"Sudah sembuh, kau harus lebih berhati hati. "

Jisung berlalu mengambil air minum di lemari pendingin untuk kemudian ia minum dalam beberapa tegukan.

Ia kembali menghampiri Jiae, memposisikan kedua telapak tangannya pada sisi wajah gadis itu.

"Jaga dirimu baik baik. Jangan pergi kemanapun tanpa seizinku. Kau harus selalu berhati hati. Kau tahu aku sangat sangat mencintaimu. Jadi jaga dirimu untukku. Aku berangkat, Jiae. " ucapnya pelan kemudian mengecup kening gadis itu lama, penuh kelembutan dan kasih sayang.

"Ingat, jangan kemana mana, istriku. " lanjutnya seraya mengecup hidung gadisnya.

"Aku.." Ia mulai mengikis jarak, kembali membuka suara tepat di atas bibir gadis itu, "..mencintaimu. " yang ia raup dalam satu sentuhan.

Kedua matanya menutup perlahan seiring bibirnya bergerak lembut di atas bibir gadisnya. Dadanya bergemuruh ketika bibir itu turut bergerak mengikuti alur perasaan mereka yang mengalir perlahan.

Wajahnya menjauh setelah memberi dua kecupan penutup.

Kedua sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman yang begitu indah.

"Aku berangkat sekarang. " Sebelah tangannya turun meraih tangan Jiae untuk ia genggam erat, menuntunnya berjalan ke pintu utama.

"Aku pergi. Jangan kemana mana, aku akan segera pulang. " ucapnya seraya merengkuh tubuh kecil itu dalam pelukan hangat.

Semenit kemudian ia segera berlalu dan masuk mobil setelah memberi senyuman manis.

Begitu mobil itu semakin jauh, Jiae merasa firasat buruk itu semakin jelas. Ia segera masuk rumah walau hatinya tak tenang.

Perlakuannya tadi membuatku ingin menangis. Ia seolah ingin jauh meninggalkanku. Ia terus memberi nasehat yang berulang ulang.
Kau akan baik baik saja, kan? Kau akan selalu ada untukku, kan?

Aku suka Noona! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang