Dua belas

90 14 3
                                    

Gak jadi privat, he.

***

Bagian Dua belas : Terungkap!

***

Seorang gadis dengan rambut sebahu tengah duduk di kursinya, berkutat dengan deretan angka dan grafik. Ia memeriksa laporan dengan teliti dan penuh kehati hatian. Jiae, sekarang sudah bekerja di kafe milik Sehun yang baru dibangun lima bulan. Tepat sehari setelah pemakaman Jisung, suaminya.

"Noona.. "

Wajahnya sontak terangkat mendengar alunan suara familiar itu. Seorang pria berdiri di hadapannya dengan senyuman yang begitu ia rindukan.

Tubuhnya beringsut berdiri, membiarkan laporan laporan itu berserakan di atas meja. Jiae tersenyum bahagia menatap sosok suaminya itu.

Perlahan tangannya terangkat hendak menggapai sisi wajah tampan itu dan seketika sosoknya menghilang begitu saja seperti angin.

Tangannya mengepal kuat menyadari halusinasi kembali menyerbu benaknya. Sudah lima bulan bayangan itu selalu hadir. Dan kemudian hilang begitu ia mencoba meraihnya.

Hatinya selalu berdenyut sakit mengingat keadaan yang sudah berubah. Ia tak punya lagi sosok Jisung di sisinya. Sosok itu sudah pergi sangat jauh ke tempat antah berantah meninggalkannya.

Jiae mengusap kasar airmatanya begitu mendengar dering ponsel yang menandakan panggilan dari nomor tak dikenal.

"Yeo-"

"Temui aku di restoran Haru jam empat, kursi nomor 104. Aku menunggu disana. Kau tak punya pilihan selain datang. "

Bip!

Sambungan telepon itu diputus secara sepihak.

Jiae mengerutkan alis mencoba berfikir siapa kiranya yang barusan menelepon.

***

Jiae melangkah santai menuju ruangan Sehun. Ia mengetuk pintu berbahan kayu itu beberapa kali sebelum akhirnya suara dari dalam menyuruhnya masuk.

Sehun tersenyum senang melihat Jiae. Pria itu berjalan menghampiri untuk memberi pelukan. Lengannya melingkar di sekitar bahu gadis itu dan menenggelamkan kepalanya di ceruk leher sang gadis, sibuk menghirup aroma wangi tubuhnya.

"Ada apa, Jiae? " Sehun melepas pelukan sepihaknya dan menatap wajah cantik gadis di hadapannya itu.

"Aku izin pulang lebih dulu. Boleh? " Jiae menatap dengan raut memelas membuat pria itu terkekeh sembari mengusak pelan surai sebahunya.

"Apapun untukmu. Kembalilah esok pagi untuk melanjutkan tugasmu. Pulanglah. " ucapnya kemudian mengecup dahi gadis itu dengan lembut.

"Jaga dirimu baik baik. Aku sangat mencintaimu.. "

Jiae menatap Sehun lekat. "Sehuna. "

"Hm? "

"Errr.. Terimakasih banyak. Kau sudah membantuku selama ini. Kau membantuku menata kembali hidupku yang hancur. Apa yang bisa kuberikan untuk membalas semua kebaikanmu? "

Sehun tersenyum manis. "Kau. "

"Menikahlah denganku. " lanjutnya. Tangannya bergerak menyisir rambut Jiae dengan jemarinya.

Aku suka Noona! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang