ma

57 7 0
                                    

11.00 pm

"Assalamualaikum"

"Waalaikumussalam, sudah pulang pak?" Bibi Wati menjawab salam dari papa.

"Sudah bi, saya banyak kerja tadi di kantor makanya pulang agak larut dan ga sempat jemput Ala, Ala sudah pulang belum bi?" Tanya papa kepada bi Wati. Tak semua yang di katakan papa Ala itu benar, setelah pulang dari kantor tadi sore papa mencari Gilang, kakak Ala ke seluruh penjuru kota Jakarta.

flashback on

09.00 pm

Papa Ala, Bapak Rendra Almahendra lebih tepat nya. Masih terus mencari putra sulung nya dari sore hingga malam, tanpa kenal lelah demi menebus kesalahan masa lalu yang terus menghantui dan untuk mempersatukan kembali anggota keluarga nya yang tersisa.

"GILANG!!" Pak Rendra berlari kecil ke arah seorang remaja lelaki berbadan tinggi, berkulit kuning langsat, dan terlihat lebih kurus dari terakhir kali dia melihat putra sulung nya itu.

"GILANGGG!!" Panggil papa nya lagi.

Gilang menoleh ke kanan dan ke kiri, mencari siapa yang memanggil nama nya.

Dan akhirnya Gilang mendapati sesosok lelaki yang tak asing lagi dalam hidup nya tengah berlari ke arah tepat dimana ia berdiri. Namun lelaki itu adalah bagian dari masa lalu nya, masa-masa bahagia nya dahulu. Gilang tak mau lagi membawa orang orang dari masa lalu nya menerobos masuk ke dalam masa-masa nya sekarang.

"Gilang, ini papa" Ucap Rendra tak tahan membendung rasa bahagia dan rindu yang bercampur menjadi satu di dalam dada.

Sudah genap dua tahun Rendra tidak melihat wajah putra sulung nya itu.

"Anda siapa?" Gilang mengeluarkan kata.

"Ini papa, kamu Gilang Nindyo Baskoro kan? ga mungkin papa salah orang" tanya Rendra memastikan.

"Iya itu nama saya, tapi maaf saya ga punya papa"

"Nak--.."Rendra meneteskan air mata penyesalan nya dihadapan Gilang.

"Maafin papa, mungkin dulu papa ga perduli sama kamu, Arumi juga Alainn semenjak mama meninggal. Tapi izinin papa kali ini untuk memperbaiki semua nya" Rendra bersimpuh di depan putra sulung nya, menyesali semua kejadian di masa lalu ketika dia tega mendua dan mencurangi istri nya (ralat) 'Almarhumah istri nya'

"Apa perlu saya ulangi perkataan saya tadi, bahwa saya tidak memiliki seorang papa?" ucap Gilang sarkas. "Saya hidup di jalanan sendiri, tidak mempunyai seorang saudara maupun keluarga" Jelas nya lagi.

"Gilang, papa mohon kamu pulang ke rumah nak" Rendra memohon

"Jalanan adalah rumah saya." Gilang berjalan pergi meninggalkan papa nya yang masih bersimpuh meratapi kesalahan masa lalu.

flashback off

"Sudah dari tadi sore pak" tutur sopan bi Wati

"Ala pulang naik apa bi?"

"Naik mobil tadi pak, ga tau tadi di anterin sama siapa tapi yang jelas cowok pak" Jawab bi Wati sambil mengingat kejadian tadi sore

"Ohiya bi, siapin sup ayam ya saya laper" Perintah papa kepada bi Wati

"Siap pak"

☘☘☘

Hari ini Ala pergi ke sekolah di antar oleh papa nya, mau tidak mau. Apa boleh buat, dari pada ia terlambat karena menunggu ketidak pastian dari tukang ojek online.

Papa mengusap lembut puncak kepala Ala. "Sekolah yang rajin la"

Ala hanya menatap lurus ke depan dengan tatapan datar nya yang tak berekspresi, jauh di lubuk hati nya Ala ingin menangis menumpahkan genangan air mata yang telah mengepul di pelupuk mata nya. Ia merasa bersalah akibat beberapa hari lalu telah membentak papa nya dan berkata tak sopan. Namun tetap saja papa menyayangi putri satu satu nya ini.

Ala menyesal. Ala minta maaf pa.

☘☘☘

Ala menyusuri lorong demi lorong di sekolah nya, dan masuk kedalam kelas yang sekarang sudah resmi menjadi kelas nya.

Mata Ala menyusuri setiap sudut kelas, pagi ini seluruh penghuni kelas terlihat sumringah, tak sedikit yang melempar kan senyum nya kepada Ala. Such a great day.

Namun, langkah nya terhenti ketika melihat sesosok lelaki yang masih asing di mata nya duduk di kursi yang sudah di tetap kan Ala menjadi milik nya semenjak kemarin.

"Eh kok berdiri aja di depan pintu, ga mau masuk la" kaget gadis berambut coklat keemasan dengan pita yang menungkik indah diatas kepala nya.

"Ehh" ucap Ala terkaget.

"Kenapa la? kok kaya orang bingung gitu" Gadis itu menyipit kan kedua mata nya.

"Ngg..Gue belum tau nama lo hehe" Cengir Ala polos.

"Ohiya lo belom kenal gue ya, nama gue Achacia singkat, padat dan jelas" Jawab gadis itu sambil mengulurkan tangan nya dan langsung di sambut oleh Ala.

"Gue panggil nya apa nih?" tanya Ala

"Panggil Cia aja, biar kaya yang lain yaudah masuk yuk. Ga enak ngobrol di depan pintu gini"

"Eehh Cii tunggu" Ala menarik tangan Cia.

"Kenapa?" ucap Ciaa bingung

"Itu siapa Cii yang duduk di kursi gue?" tunjuk Ala ke arah cowok yang terlihat sedang menyumbat telinga nya dengan benda kecil bernama earphone.

"Ohh itu Kenzo, dia emang duduk disitu bareng Denis"

jadi kemaren gue cuma numpang duduk di kursi nya doang? haduu Gusti.

"Lah terus gue duduk dimana dong?" Tanya Ala cemas

"Hmm kalo itu gue gatau la, tapi ya lo duduk aja di situ bareng Kenzo sebelum Denis dateng" ucap Cia dengan santai

"Dia kemaren ga masuk ya?" Tanya Ala ingin tau.

"Engga, Kenzo emang sering ga masuk absen terus. Masuk yuk la" Cia melenggang masuk ke dalam kelas yang di susul oleh Ala di belakang nya.

Ala meletakan tas nya di atas kursi yang sudah di landmark menjadi milik nya kemarin dengan ragu-ragu, dan langsung duduk di sebelah orang yang masih di anggap nya asing.

Orang asing itu menatap Ala dengan tatapan dingin nya, lalu melanjutkan membuka lembaran-lembaran novel yang sedang ia baca.

"Lo suka baca novel?" sebagai anak baru Ala tak boleh sombong kepada penghuni penghuni sekolah terutama teman sekelas nya.

Lagi. Cowok itu hanya menatap nya dingin, segitu mengganggu nya kah Ala bagi nya?

Ala memutar bola mata nya.

sabar la sabar

"PAGI SEMUA!! PAGI KINTAN!!" ucap cowok yang bernama Kevin itu yang disusul masuk oleh kedua teman nya yaitu Andre dan Denis.

"Eh Kintan mana?" sambung Kevin yang kali ini pertanyaan nya tertuju kepada Cia, teman sebangku Kintan.

"Belom dateng" jawab Cia seadanya.

•••

ga jelas bgt part nya. ok bye.

terimakasih bagi kalian yang sudah membaca dengan ikhlas dan rela memberikan vomments nya ke cerita saya.

all the ❤️

SopranoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang