Chapter 4

241 14 0
                                    

******************

Seperti janjinya, keesokkan harinya Minami kembali lagi ke rumah Tommy. Kali ini ia membawakan beberapa buku Bahasa Jepang yang ia miliki di rumahnya untuk dipelajari pemuda yang sangat bersemangat mempelajari bahasa ibu ayahnya.

“Kamu bawain aku buku-buku setebal itu?” Tommy menaikkan alisnya saat melihat tumpukkan buku yang ia lihat di tangan Minami.

“Katanya mau lancar dalam sebulan, ya harus belajar keras,” sahut Minami.

“Aku juga udah beli kok buku “Pintar Berbahasa Jepang dalam Sebulan”” Tommy menunjukkan sebuah  saku kecil.

Raut wajah Minami berubah. Bibirnya sebelah kiri naik sebelah bersamaan dengan alis kirinya. “Itu nggak lengkap,” dengan agak kesusahan, Minami mengambil buku itu dari tangan Tommy dan meletakkannya di atas meja. Sebagai gantinya, ia memberikan buku-buku yang ia bawa itu ke tangan Tommy. “Kita mulai belajar keras hari ini.”

Tommy pun meletakkan buku-buku di atas meja tamu. “Aku udah siapin banyak makanan sama minuman untuk kamu, biar nggak suntuk nih,” ia menunjukkan sekantung besar plastik yang berisi banyak makanan dan minuman.

Minami pun duduk di karpet tepat di depan meja tamu. Ia meminta Tommy duduk dan tanpa menunggu lama pemuda yang memiliki lesung pipi yang tipis di sebelah kiri itu menyelonjorkan kedua kakinya berhadapan dengan Minami.

Peran Minami sebagai seorang gurupun mulai berjalan ketika ia memberitahu Tommy untuk mempelajari huruf-huruf Jepang yaitu hiragana, katakana, dan kanji yang mendapatkan respon desahan putus asa dari Tommy. Namun, rupanya semangat Tommy untuk belajar tidak pudar begitu saja, terlebih ketika Minami memberinya semangat agar ia dapat mempersatukan keluarganya kembali, walau ia sendiri tidak terlalu menyukai papa tirinya.

“Aku kasi’ kamu hari ini huruf hiragana sama katakana dan aku kasi’ kamu waktu seminggu untuk hafalin semuanya,” Minami melanjutkan.

“Seminggu? Kejam banget,” Tommy berdecak tidak percaya akan 'kekejaman' Minami.

“Gampang kok. Percaya deh,” kata Minami dengan sedikit menghiraukan keluhan Tommy. “Hari kedua aku bakal ngajarin kamu beberapa kosakata dan selanjutnya pola-pola kalimat. Dan tiap akhir minggu aku kasi ujian sama kamu.”

“Kamu bener-bener serius ya ngajarin aku?” Tommy memandang Minami lekat-lekat.

Minami mengangguk dengan kepalanya yang bertopang di kedua punggung tangannya. “Kamu harus bisa, Tom,” katanya. “Supaya papamu kembali lagi ke keluargamu dan jadi keluarga yang bahagia.”

Tommy tersenyum lebar menanggapi semangat yang kembali Minami berikan padanya.

******************

Begitulah setiap hari Minami datang ke rumah Tommy dan mengajarinya Bahasa Jepang. Hal ini ia jalani dengan rasa senang karena tujuannya untuk mengisi hari liburnya dengan hal yang bermanfaat pun tercapai. Ia bahkan tidak percaya bahwa ia dapat membuat dirinya berguna bagi orang lain. Setiap malam pun ia meluangkan waktu untuk mempersiapkan setiap materi yang ia akan ajarkan pada Tommy. Kini ia merasa seperti seorang guru asli, walaupun sebenarnya ia tidak begitu yakin metode pengajarannya dapat membuat murid pertamanya itu dapat menguasai bahasa Jepang dalam sebulan. Ia hanya mengandalkan kepercayaan dirinya, dan juga harapan Tommy.

“Kamu kok sekarang jadi sering banget pergi ke pantai sih, Mi?” tanya Yuri yang sedang berdiri di dapur sambil mengaduk dua gelas susu coklat hangat. Matanya mengarah pada adiknya dan menunjukkan kecurigaan. “Udah tiga minggu lagi.”

“Lah kamu sendiri, nggak chatting-an lagi, kak?” Minami tampak agak heran karena hari ini Yuri bertingkah cukup di luar dugaan. Kakaknya yang satu ini tidak akan membuat susu sendiri di pagi hari untuk dia dan Minami kalau tidak memiliki alasan.

Minami FujitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang