ㅡ 5 ㅡ

2 1 0
                                    

Maaf sebelumnya, part ini aku update ulang karena pas aku cek ada kata kata yang diulang dan kata katanya ada yang ilang padahal pas diliat semuanya lengkap tapi pas di cek review jadi aneh. Jadi aku unpublish dan update ulang.🙏 part 6nya sebentar lagi mateng ko heheh

----

Malam itu, Sung He mengerjakan tugasnya di ruang tengah. Duduk di lantai dan menaruh buku-bukunya di meja yang lebar berkaki pendek ini. Ditemani dengaran suara TV bervolume kecil dan segelas susu coklat.

Setelah satu jam fokus mengerjakan tugas sekolahnya dan menahan kantuk, akhirnya tugas sekolahnya selesai. Sung He menyandarkan punggungnya pada sofa yang ada di belakangnya. Memejamkan matanya sejenak.

Sudah 10 menit Sung He bersandar dan memejamkan matanya. Merasa cukup dengan istirahatnya, ia membereskan buku-bukunya dan berniat kembali ke kamar dan melanjutkan acara memejamkan matanya kembali. Aktifitasnya terhenti saat melihat selembaran kertas di atas map biru. Sepertinya ini milik ayah tirinya. Dokumen penting tidak seharusnya tergeletak sembarangan bukan? Walau ini rumahnya, namun barang itu harusnya disimpan pada tempatnya.

Setelah beberapa tahun orang itu berstatus ayah tirinya tapi sampai sekarang pun Sung He belum mengetahui pekerjaannya. Hanya dengar dari ibunya bahwa dia seorang pengusaha. Mengecek selembar dokumen sepertinya bukan masalah besar.

Sung He membaca kata demi kata pada lembaran tersebut. Ada beberapa jenis barang dan nominal disampingnya. Nama barang tersebut memakai inisial-inisial yang tidak bisa Sung He mengerti. Sepertinya, barang-barang ini didapatkan dari Filipina. Yang membuat Sung He terheran adalah, nominal uang tersebut sangat lah besar.

“Sung He?” suara berat itu mengejutkannya. Sepertinya Sung He tertangkap basah. Buru-buru Sung He menjauh dari kertas itu.

“apa yang kau lakukan?” tanyanya sembari mengambil dokumen itu dan mengeceknya apa semuanya lengkap atau tidak.

“ah.. aku- hanya memeriksa apa ada kertasku yang terselip di situ atau tidak” ucapnya gelagapan dan tentunya berbohong. “aku ke kamar dulu” lanjutnya sambil membawa buku-bukunya ke kamar.

~ㅇ~

Sung He menuruni anak tangga dengan langkah yang terburu-buru. Tidak kesiangan, bahkan ini masih pukul enam. Matahari saja belum menyinari penuh dan embun pagi masih bisa terlihat.

Sung He meminum setengah gelas susunya dan membawa roti panggang yang sudah disiapkan oleh ibunya. “Jangan buru-buru ini masih pagi” ucap ibunya saat melihat Sung He dengan mulut yang penuh dengan roti sambil mengikat tali sepatu.

“Hari ini ada ulangan matematika jam pertama, aku sudah ada janji dengan teman datang lebih awal untuk belajar” Bohong. Sung He berbohong. Hari ini saja tidak ada pelajarannya. Dan apa tadi? Datang lebih awal untuk belajar bersama? Bahkan Sung He bukan tipikal orang seperti itu. Tentu datang lebih awal agar bisa ikut dengan Jimin.

sesudahnya berpamitan, Sung He berlari melewati perkarangan rumah lalu menaiki skate boardnya lagi. Untung saja tadi ayah tirinya belum ada di ruang makan tadi. Sejak kejadian semalam, Sung He tidak tahu harus bersikap apa.

Selama di perjalanan Sung He mengumpat pada dirinya sendiri. Sudah bangun kesiangan ditambah suhu pagi ini dingin sekali.

Setelah perjalanan yang cukup jauh, sekarang Sung He berada di halte menunggu kedatangan Bus yang menuju halte dekat sekolah. Kepala dan kakinya bergerak gelisah selama menunggu.

FIX IT!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang