ㅡ 6 ㅡ

6 2 0
                                    

Dua hari sudah berlalu. Kejadian ganjil sering Sung He rasakan. Mulai dari Taehyung yang selalu terlihat was-was dan lebih sensitif, sunbae yang aneh itu sering muncul dengan tiba-tiba, seokjin yang sering diantar-jemput menggunakan sedan hitam yang mewah, dan yang terakhir, sikap ayah tirinya yang belakangan ini aneh.



Bunyi bel yang keras menyadarkan Sung He dari lamunannya yang tak berujung. Tidak seperti semua murid yang semangat menyambut bel istirahat, Sung He terlihat lesuh. Hari ini, ia butuh waktu sendiri.



Semua murid berjalan menuju kantin sedangkan Sung He menuju lokernya. Ya, siapa tahu ada sesuatu yang seru dilokernya untuk mengurangi rasa bosannya.



"Ya! Aku bilang kau harus menyelesaikannya! Kenapa hanya dua nomer saja?!" suara teriakan di ujung koridor loker terdengar oleh Sung He. Sung He yakin betul suara melengking itu pasti milik Im Seulgi. Teman seangkatannya yang sangat populer. Tentu populer, dia kaya, cantik, dan tingkahnya yang nyentrik.



Sung He biasanya tertarik untuk membatu si korban. Tapi maaf, kali ini tidak. Jadi Sung He tetap cuek saja.



"Aku juga ada tugas sunbae, jadi tidak sempat" mendengar balasan seperti itu, Sung He tersenyum puas. 'Nah ayo, lawan lagi!' batinnya.



Sung He sudah sampai di depan lokernya. Tidak ada yang menarik dan suara dari ujung koridor semakin gaduh. Oke, sepertinya ada yang tertarik. Lihat saja, Sung He jalan mendekat ke arah mereka.



Seulgi melemparkan bukunya sampai mengenai kepala adik kelas itu. Sung He semakin tertarik.



"Cepat am-" nada melengking Seulgi dipotong oleh suara nyaring Sung He.



"Berisik!"



Semua mata tertuju pada Sung He yang sedang mengorek telinganya dengan jari kelingking seolah ada yang menyumbat.



"Telingaku sampai sakit" Sung He jalan mendekat dan mengambil buku yang dilemparkan oleh Seulgi.



Jangan tanya kondisi Seulgi dan teman-temannya sekarang. Mereka terkejut bukan main. Matanya melongo begitu saja, jika kepalanya disenggol dari belakang, mungkin bola matanya akan terjatuh.



"Ya! Kim Sung-" lagi-lagi dipotong oleh Sung He.



"Matrix dasar dan kau meminta adik kelas untuk mengerjakannya?" sindir Sung He setelah tahu isi bukunya. Matanya menatap Seulgi jijik. Seulgi mulai geram.



"kau tidak apa-apa?" tanya Sung He lembut. Ya, tentunya kepada adik kelas bukan Seulgi. Dia hanya mengangguk, bentuk respon dari pertanyaan Sung He.



"Mau jadi pahlawan ya rupanya?"



Pertanyaan nyinyir Seulgi ini mebuat Sung He menoleh dan mengubah senyum manisnya menjadi senyum licik.



"Ya, kenapa? Apa empat gozila di sini takut karena kedatangan ultraman?" seketika sebelit film ultramen yang dulu Sung He tonton saat pagi hari menemani sarapannya teringat setelah mendengar kata-kata pahlawan.



"Hah, takut? Buat apa takut pada orang yang suka cari perhatian dari murid lain?" balas Seulgi.



Sung He tertawa nyaring sampai memegang perutnya. Sungguh lucu. Seulgi kurang bercermin rupanya.



"Kaulah manusia yang suka mencari perhatian" Balas Sung He dengan susah payah karena masih menahan tawa. "Bibirmu merah sekali? Gozila habis kebentur dengan apa?" Sung He menunjuk-nunjuk bibir Seulgi yang dipenuhi liptint dngan warna yang sangat merah.



Seulgi mendengus kesal. Ia mengepalkan tangannya. "Ya!" Teriak Seulgi lalu dengan segenap kekuatannya, tangan kanannya menjambak surai Sung He.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FIX IT!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang