Jeff the killer final: triumph of evil-chapter6B (original series)

237 16 1
                                    

Sumber:
mengakubackpacker.blogspot.com/2015...

“Jeff The Killer?”
Jenna tak percaya sosok yang dilihatnya di depan matanya itu benar-benar pembunuh psikopat legendaris itu.
Tubuhnya tinggi besar, menggunakan jumper putih berlumuran darah. Kegelapan menelan sebagian wajahnya, namun ia bisa melihat mata tanpa kelopaknya serta seringai kejam yang langsung membangkitkan rasa takut siapapun yang melihatnya.
Semua topeng dan gambar creepypastaitu salah!
Wajah Jeff yang sesungguhnya berkali-kalilipat lebih mengerikan ketimbang yang dapat dibayangkan orang.
“Hai Sayang,” bisik Jeff dengan suara berat yang dapat meruntuhkan nyali siapun yang mendengarnya.

Hanya kejahatan murni yang terdengar dalam suaranya, tanpa ternoda sedikit pun kebaikan.
“Aku ingat kau. Kita bertemu di malam Halloween bertahun-tahun lalu. Kau suka wajahmu sekarang? Aku membuatmu lebih cantik, bukan?”
“Keparat! Kau takkan lolos kali ini!” Jane menerjangkan pisau yang dipegangnya ke tubuh Jeff.
Mereka berdua bergulat, melupakan kehadiran ketiga mangsa mereka.
“Cepat! Mereka sedang sibuk. Kalian harus segera pergi dari sini!”
Liu menunjuk ke pintu keluar yang terbuka.
“Kenapa kau tak ikut dengan kami?” pinta Jenna.
“Tidak bisa! Aku harus menghentikan ini semua. Akutak bisa membiarkan ada orang lain yang mati karena perbuatan Jeff. Sekarang atau tidak sama sekali!”
“Kau takkan bisa menghadapi mereka!” seru Theo,
“Kau akan mati!”
“Tidakkah kalian mengerti? Siapapun di antara mereka berdua yang menang tidaklah masalah. Kejahatan tetap akan menang! Aku takkan membiarkan hal itu terjadi! Sekarang, cepat kalian pergi! Pergi!”
Theo segera menggandeng Jenna dan menariknya ke arah pintu keluar.

“Tidak, Theo!” Jenna meronta,
“Kita tak bisa meninggalkannya! Dia tadi sudah menyelamatkan nyawamu!”
“Ikutlah denganku. Aku punya rencana!” Theo menatap Jenna dengan mata penuh keyakinan.
Jenna hanya bisa mempercayainya saat ini.Liu lega melihat kedua remaja itu kini telah meninggalkanasylumdengan selamat. Kini ia menatap kedua sosok pembunuh berantai yang sedang bertempur itu. Jeff memang kuat, namun Jane lebih lihai. Siapapun yang menang sama saja, pikir Liu. Tetap saja akan ada banyak orang terbunuh jika salah satu dari mereka masih hidup.
Namun Liu bingung, siapa yang akan dia bantu? Apa ia akan di pihak Jane. Mereka toh punya misi yang sama untuk menghentikan Jeff.

Atau dia berada di pihak Jeff? Ia tetap adalah saudaranya. Ia tak bisa membiarkan Jane membunuhnya.Liu sedang menghadapi dilema sekarang. Namun iatahu, ia harus berbuat sesuatu.
“Pistol itu” pikiran itu segera terlintas di benak Liu. Iabmelihat ke arah dimana pistol itu terakhir terjatuh.
“Ya, di sana! Aku melihatnya!”
Liu segera mengambil pistol itu dan mengacungkannya ke arah mereka. Tak seorangpun di antara mereka berdua yang menyadarinya.
“Siapa yang akan aku tembak?” Liu membidik Jane, namun ia merasa tak yakin. Jeff lebih berbahaya. Maka ia mengarahkan moncongnya ke arah Jeff.
“Siapa? Siapa yang akan aku tembak?” Liu memejamkan matanya sejenak. Akhirnya ia memutuskan. Ya, ia sudah memutuskan.Ia pun membuka mata dan menembakkan pistolnya.
“DOR!!!”

***

“Apa yang akan kau lakukan, Theo?” Jenna tak mengerti mengapa Theo membawanya menuju ke arah jalan raya.
“Itu!” tunjuk Theo ke mobil karavan yang biasa digunakan Leo untuk mengangkut alat-alat untuk keperluan syuting mereka.
“Theo! Kita tidak akan kabur kan?”
“Tidak! Kita akan habisi Jane dan Jeff malam ini juga!”

***

Jane tersungkur ke lantai. Pisau yang ia pegang berdenting di lantai, menggema di tengah kesunyianyang menelan malam setelah Liu meletuskan pistolnya.
“Kau menyelamatkanku, Jeff.” kata Liu,
“Kau membunuh Billy untuk mencegahnya membunuhku.”
“Kau benar, adikku.” bisik Jeff lirih dengan suara beratnya yang mencekam.

   Liu tersenyum. Selama ini ia benar. Masih ada sedikit kebaikan yang tersisa di dalam diri kakaknya itu. Jeff bisa kembali seperti semula, seperti dulu kembali.
“Aku tak bisa membiarkan mereka membunuhmu,” Jeff tersenyum.
Wajahnya selalu menyeringai, namun entah kenapa kali ini Liu yakin Jeff memang bermaksud tersenyum,
“Karena hanya akulah yang berhak membunuhmu!!!”bJeff menerjangkan pisaunya ke arah Liu.
“MIMPI INDAH, LIU!!!”
Liu kembali menarik pelatuknya, namun percuma.Pistol itu kini kosong.

Nightmare: Urban Legend And CreepypastaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang