The Book's

946 96 27
                                    

"Kamu tahu kan kalau jumlah peri yang berpatroli itu sangat banyak. Jadi wajar jika Ataska tidak mengenaliku, tapi aku mengenalinya karena siapa yang tidak kenal Ataska, putra Panglima peri warior," jawab Elsie dengan suara yang cukup meyakinkan.

Tapi entah kenapa hatiku merasa ada kebohongan di dalam perkataan Elsie. Dia mungkin berbicara cukup meyakinkan, tapi semakin berusaha meyakinkan maka aku semakin tak percaya dengan dia. Bagiku, perkataannya terasa begitu hambar dan tanpa rasa.

"Tapi setauku...," kataku yang tiba-tiba berhenti berucap karena mendengar suara Ataska memanggilku dengan suara yang cukup keras.

"By...tunggu," kata Ataska sambil turun dari terbangnya.

Akhirnya aku hanya dapat membungkam semua perkataanku karena kehadiran Ataska. Memang tidak masalah jika Ataska mengetahui apa yang aku katakan pada Elsie, tapi aku sedang tak ingin berbicara dengan Ataska, bahkan melihatnya pun aku sudah muak.

"Aku pergi dulu, permisi," kataku sambil melangkahkan kakiku menjauh dari Ataska dan Elsie.

Ataska berusaha menggenggam tanganku tapi aku menghempaskannya hanya dengan sekali hentakan. Aku sungguh tak ingin tertahan lebih lama bersama peri yang telah menyakitiku, membuatku menjadi peri yang semakin tak berguna.

"Ataska...," terdengar suara Elsie memanggil nama Ataska dengan begitu lembut. Namun aku tak peduli dengan apa yang ingin Elsie katakan pada Ataska.

Aku terus melangkahkan kakiku menuju rumahku. Rumah akan selalu menjadi tempat ternyamanku untuk menghindari semua peri yang menggangguku untuk alasan apa pun.

Begitu sampai di rumah, aku langsung menumbuhkan beberapa semak merambat untuk menghalangi siapa pun yang bermaksud untuk masuk ke dalam rumahku. Aku tak ingin kejadian yang sama saat Ataska masuk rumahku tanpa permisi terulang lagi. Aku sedang membutuhkan konsentrasi penuh untuk membaca buku baruku, Kemampuan Tersembunyi Peri Warior.

Aku mengelus lembut sampul buku yang begitu menarik itu. Buku yang tulisan judulnya berwarna gold dan timbul hingga memberikan kesan mewah dan elegan. Aku masih terpaku dengan sampul buku yang begitu indah. Bagaimana ada buku seindah ini? tanyaku dalam hati masih tak percaya dengan apa yang kini sedang aku kihat dan aku pegang.

Aku bagai terhipnotis oleh buku yang baru saja aku dapatkan. Perlahan aku mulai membuka halaman pertama buku itu. Begitu kagetnya aku saat membaca halaman pertama buku yang hanya merupakan sebuah kata yang tak pernah aku temukan dalam buku lainnya.

Hanya peri berkemampuan khusus dan peri terpilih saja yang mampu membaca buku ini. Ini adalah sebuah buku rahasia yang tidak semua peri dapat membacanya.

Aku sedikit bergetar saat membaca halaman depan itu. Aku merasa tak yakin jika aku akan mampu untuk membaca buku itu, terlebih aku merasa bahwa aku tak memiliki kemampuan apa pun sebagai peri warior. Aku merasa bahwa diriku hanyalah peri biasa yang bahkan memiliki banyak kekurangan dan di anggap sebagai pembawa petaka.

Tapi tak dapat kupungkiri kalau aku memiliki rasa penasaran yang tinggi akan kemampuan tersembunyi peri warior. Aku ingin mengetahui apa yang sesungguhnya tersembunyi dalam kemampuan itu, dan apakah Ataska memiliki kemampuan itu mengingat dia adalah peri muda yang hebat.

Dengan tangan bergetar aku memberanikan diri untuk membuka lembar demi lembar buku itu. Dan perlahan rasa gemetar di hati dan tubuhku menghilang bersama angin yang berhembus membelai rambut dan kulitku.

Aku mulai menikmati setiap kata yang tertulis di dalam buku itu hingga aku tak tahu sudah berapa lama aku membaca buku yang kini berada di genggamanku. Buku itu adalah jendelaku untuk mengenal dunia peri warior yang kini tak dapat aku jelajahi lagi karena sayapku yang telah di potong oleh Ataska. Aku tak pernah menemukan buku yang menceritakan tentang peri warior sedetail buku ini.

Tok...tok...tok...

Aku mendengar sebuah ketukan di pintu hingga memaksaku untuk mengangkat kepalaku dari buku yang telah menjadi duniaku. Aku menggerakkan tanganku dan menghilangkan semak yang ada di depan pintu.

"Siapa?" tanyaku dengan suara cukup keras.

"Ini aku Elsie," jawab Elsie dari luar pintu.

Aku sedikit mengerutkan keningku saat mengetahui kalau itu Elsie. Setauku, Elsie tak tahu dimana rumahku, lalu bagaimana dia bisa sampai ke rumah? Ah...bukan sesuatu yang sulit untuk dapat sampai ke rumahku, apalagi hanya rumahku saja yang didirikan di atas tanah, yang lainnya didirikan di atas pohon.

Dengan sedikit malas aku beranjak dari dudukku tanpa menyimpan buku yang sedari tadi aku baca. Perlahan aku membuka pintu rumahku dan mendapati Elsie tengah berdiri tepat di depan pintu.

"Ada apa Els?" tanyaku tanpa memintanya masuk ke dalam rumah.

"Aku hanya ingin memberikan ini," kata Elsie sambil menyerahkan sekeranjang buah yang masih segar.

"Terima kasih," kataku sambil mengambil keranjang itu.

"Buku apa yang kau pegang? Sepertinya menarik," kata Elsie sambil menatap buku yang berada di tanganku.

Aku sedikit menaikkan alisku dan menatap Elsie. Entah kenapa aku merasa sedikit aneh dengan rasa penasaran Elsie, apalagi Elsie hanya melihat buku itu dari samping, bukan dari sampul buku.

"Ah ini buku baruku," jawabku dengab sebuah senyuman.

"Bisa aku meminjamnya?" tanya Elsie.

"Maaf Els, aku belum selesai membaca. Jika kamu mau pinjam, bisa pinjam yang lain," kataku dengan kata-kata sesopan mungkin.

"Lain kali saja aku pinjam, aku harus patroli," kata Elsie sambil beranjak dari hadapanku.

Hari sudah malam, tapi kenapa dia masih patroli? tanyaku dalam hati.

Aku kembali menutup pintu rumahku dan menghalanginya dengan semak. Aku tak ingin lagi ada yang menggangguku dan membuatku kehilangan fokus akan buku yang sedang aku baca.

Aku menaiki semak yang merambat dan menjulang ke bagian atas rumah. Aku melakukannya karena merasa bahwa di bagian atas rumah aku akan mendapat ketenangan saat membaca.

Perlahan aku kembali membaca buku yang tadi sempat terhenti. Semua fokus dan pikiranku kembali berputar di dalam kata-kata yang begitu indah dan menawan hati. Kata-kata dalam buku ini memang sangat berbeda dengan buku-buku lain yang pernah aku baca.

Lembar demi lembar aku baca secara perlahan. Aku memang tidak membaca cepat karena ingin memahami setiap kata yang tertulis dalam buku ini, aku terlalu khawatir jika aku tak dapat memahaminya.

Dia, peri yang memiliki kemampuan khusus adalah peri yang memiliki iris mata yang berbeda dari yang lainnya. Dia seperti seorang peri tak berkemampuan, tapi ketika dia menyadari kemampuan itu, dia jaug lebih hebat dari peri lainnya.

Dan dia yang memiliki kemampuan itu akan mampu menemukan sancy diamond yang tertanam di dalam gua kegelapan abadi.

Aku memabaca kata-kata itu dengan perlahan dan meresapinya dalam-dalam. Aku mengingat semua yang terjadi padaku, terlebih iris mataku yang memang berbeda dengan yang lainnya.

Apakah peri itu aku? tanyaku tak percaya dengan apa yang aku baca.

The Missing Of RubyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang