Kemampuan Tersembunyi

984 99 11
                                    

"Kenapa sebuah pohon bisa membuatmu begitu kaget, Ka?" tanyaku pada Ataska tanpa mengalihkan pandanganku dari buku yang sedang aku baca.

"Aku baru melihat sebuah pohon berada di dalm rumah peri, By," kata Ataska yang kali ini berhasil mengalihkan perhatianku dari buku yang sedang aku baca.

Sesaat aku berpikir untuk mencari jawaban yang baik atas pertanyaan yang Ataska ajukan. Walau aku tak pernah berkunjung ke rumah peri lain, tapi aku cukup tahu bahwa di rumah mereka tak ada pohon seperti di rumahku, dan pohon ini pun baru beberapa saat yang lalu tumbuh di dalam rumahku.

"Rumahku di atas tanah, jadi sesuatu yang wajar jika di dalam rumahku ada pohon," kataku setelah terdiam selama beberapa saat.

"Apa ini mengganggumu, kalau mengganggu biar aku tebas menggunakan pedangku?" tanya Ataska padaku.

"Sama seperti sayapku yang kamu tebas, mungkin kamu menebasnya karena menurutmu, sayapku itu mengganggu," kataku sambil menatap mata Ataska yang sebiru langit.

Seketika itu pula Ataska terdiam dan menatap mata kuningku. Dia sepertinya tak menyangka jika kejadian itu akan begitu membekas di hatiku. Memang, selama ini hanya Ataska saja yang mau berbicara padaku. Tapi itu semua karena rasa bersalahnya yang telah menebas sayapku tanpa penjelasan dan belas kasihan.

"Aku tak bermaksud...," kata Ataska.

"Sudahlah Ka, aku tak ingin lagi mendengar penjelasan apa pun darimu," kataku sambil mengibaskan tanganku tanda tak peduli dengan apa pun yang akan ataska katakan.

Aku kembali menatap buku yang sedang kubaca tadi. Aku mencoba untuk memahami setiap kata yang ada di dalam buku itu, tapi entah kenapa kali ini rasanya kata-kata itu sangat sulit untuk dapat kupahami. Semua karena Ataska yang masih terbang di hadapanku.

"Bisa kamu pergi saja, Ka?" tanyaku sambil menatap tajam pada Ataska.

"Kenapa? Aku ingin menemanimu membaca di sini. Aku bisa meminjam salah satu bukumu yang sudah seperti perpustakaan ini dan mulai membaca," kata Ataska sambil mengulurkan tangannya dan mengambil salah satu buku terdekat.

Aku mendengus kesal dengan apa yang dilakukan oleh Ataska. Dia sepertinya memang tak berniat untuk menghilang dari hadapanku.

"Tolong, pergi!" kataku dengan menekankan suaraku.

Ataska bergeming dan tetap terbang di hadapanki sambil membaca buku yang dia pinjam dari rak bukuku. Aku tak mengerti apa yang sesungghnya Ataska ingin dengan melakukan semua ini. Apakah ini hanya sebuah penebusan dosa atas kesalahan dia? Ah entahlah aku tak tahu apa maksud dia melakukan semua ini dan aku pun tak ingin mengetahuinya.

Sambil memegang buku yang tadi sedang kubaca, aku beranjak menuruni pohon rambat yang aku tumbuhkan untuk kujadikan tangga menuju rak bukuku.

"By...mau kemana?" tanya Ataska saat melihatku beranjak turun.

Aku tak menghiraukan pertanyaan Ataska. Aku terus menuruni batang pohon tersebut dan membiarkan Ataska tetap terbang sambil melihatku turun.

"Aaaggghhh...lepas!" kataku saat merasakan tangan Ataska mengangkatku hingga aku terbang bersamanya.

Aku panik dengan apa yang dilakukan Ataska. Aku takut jika dia akan menghantamku ke tanah hingga akhirnya tubuhku hancur berkeping-keping atau remuk dan tak berbentuj lagi.

"Ini lebih cepat," kata Ataska sambik menurunkanku ke atas tanah.

Tanpa mengucapkan terima kasih, aku langsung berjalan ke arah pintu kemudian keluar rumah dan menutupnya dengan sangat keras. Aku tak mempedulikan apakag pintu rumahku akan rusak atau tidak. Yang aku tahu, aku hanya ingin menjauh dari Ataska.

Aku terus melangkahkan kakiku mencari tempat yang setidaknya dapat kugubakan untuk mencari ketenangan walau hanya sesaat. Aku ingin menyelesaikan membaca buku yang sudah beberapa hari tidak aku selesaikan.

"By...Ruby...," terdengar suara Ataska yang berusaha mengejarku.

Aku menggerakkan tanganku dan membuat semak penuh duri agar Ataska tidak dapat mengejarku. Aku yakin, Ataska tak dapat terbang terlalu tinggi dan melewati semak itu.

"By...," terdengar suara Ataska yang terus memanggilku namun dia tak mampu untuk mengejarku. Semak yang aku tumbuhkan telah benar-benar menghalangi jalan Ataska.

Aku terus melangkahkan kakiku tanpa mempedulikan teriakan Ataska. Aku menuju sebuah tempat dimana aku bisa menenangkan diriku. Bisa membuat pikiranku jauh lebih tenang dan damai.

Akhirnya aku sampai di sebuah danau yang terlindung dari dunia luar, baik dunia peri maupun dunia manusia. Tempat ini berada di tengah-tengah hutan yang terlindung oleh berbagai pepohonan dan semak berduri. Dulu aku bisa sampai di sini karena aku mampu terbang melebihi ketinggian peri lainnya. Tapi sekarang aku mampu ke sini dengan menggerakkan kedua tanganku untuk menyingkirkan semak berduri dan kemudian menutupnya kembali agar tidak ada yang menemukanku.

Kembali aku membuka buku yang tadi sedang aku baca. Sebuah buku yang berisi tentang kemampuan peri warior. Aku penasaran dengan buku ini karena aku merasa jika aku tak memiliki kemampuan seperti kawan-kawanku. Tapi sepertinya hari ini aku mengalami sedikit perubahan pendapat mengenai itu. Aku menemukan bahwa kemampuan terbangku yang fantastis justru merupakan salah satu kemampuan peri warior.

Tak banyak yang tahu jika ada kemampuan tersembunyi peri warior yang sampai saat ini belum bisa di ungkapkan oleh siapa pun.

Tulisan terakhir dari buku itu benar-benar membuatku terperanjat. Aku tak pernah tahu jika ada kemampuan tersembunyi dari peri warior, kemampuan apakah itu?

Aku memejamkan mataku dan memikirkan apa yang tertulis dalam buku itu. Aku memang selalu penasaran dengan hal apa pun yang baru aku ketahui, dan sekarang aku penasaran dengan kemampuan tersembunyi peri warior.

"Apakah aku memiliki buku lain mengenai kemampuan peri?" gumamku lirih.

Aku mengingat semua yang ada di dalam rak bukuku. Aku memang memiliki kelebihan mampu mengingat apa saja dengan sekali lihat saja. Tapi sayang, sepertinya aku tak memiliki buku itu sama sekali.

Huft...aku menarik napas dalam dan membuanhnya secara perlahan agar mampu menghempaskan semua rasa penasaranku terhadap kemampuan tersembunyi peri warior.

Kurebahkan tubuhku di atas sebuah batu besar dan menatap birunya langit di angkasa. Aku mulai merindukan saat aku masih mampu teebang ke sa-kemari tanpa ada halangan. Tapi sekarang, aku bahkan tak bisa terbang dan melihat indahnya hutan dari angkasa biru.

"Andai sayapku bisa kembali pulih?" harapku dengan penuh harapan.

Tapi aku tahu bahwa hal itu sangatlah tidak mungkin. Dari sekian buku pengobatan yang kubaca, aku belum menemukan satu pun cara untuk merekatkan sayap yang telah patah.

"Semua gara-gara Ataska," kataku sambil mengingat saat-saat Ataska memotong sayapku tanpa belas kasihan.

Pluk...terdengar sebuah benda jatuh tepat di sampingku. Aku segera beranjak dan mengambil benda tersebut dan membaca sampulnya.

"Kemampuan Tersembunyi Peri Warior," kataku perlahan.

Aku langsung membulatkan mataku tak percaya jika buku itu tiba-tiba muncul di hadapanku. Darimana buku ini terjatuh? tanyaku dalam hati.

The Missing Of RubyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang