Tanda Pertama

497 47 14
                                    

Pukul tujuh aku mendengar suara mobil yang memasuki halaman mansion Hyuga. Aku melangkahkan kakiku menuju pintu, bersiap menyambut seseorang yang tadi siang telah memberiku kabar tentang kedatangannya.

Sasori keluar dari Ferrari merahnya. Malam ini dia menggunakan pakaian kasual dengan jeans hitam, kaos polo berwarna merah dan sneakers. Aku sempat menahan nafas saat melihatnya berjalan menghampiriku dengan senyuman di wajahnya.

"Selamat malam."

"Oh, selamat malam, Sasori-nii. Silahkan masuk."

Aku menggeser tubuhku membiarkan Sasori berjalan melewatiku. Setelah menutup pintu, aku berjalan mengikutinya. "Silahkan duduk! Mau minum apa?"

Oh, betapa manis senyumannya itu. "Nanti saja, Hinata!" Dia berbicara masih dengan senyum yang belum hilang dari wajahnya. "Jangan terlalu formal begitu!"

Aku duduk dengan tidak tenang saat mengetahui bahwa dia menyadari kecanggunganku padanya. Selama sebulan ini setiap hari kami memang selalu terlibat chatting, bahkan beberapa kali dia juga menelfonku. Tapi sekarang berbeda, berhadapan langsung dengannya membuatku merasa bingung harus berbuat apa.

"Apakah ini laptopmu yang rusak?"

Aku mengangguk menjawab pertanyaan Sasori. "Semalam aku masih mengerjakan tugas, tapi tiba-tiba saja laptop itu langsung mati. Padahal aku memiliki deadline akhir minggu ini." Aku meremas jariku, mencoba menahan perasaan kalut yang menghantuiku. Bayang-bayang hukuman dari beberapa dosen membuatku menjadi takut.

"Tenanglah! Akan aku coba memperbaikinya." Selanjutnya aku melihat dia membuka baterai laptopku. Kemudian tiba-tiba fokusku beralih pada wajahnya, mata karamel yang biasanya menampilkan senyuman lembut berubah menjadi sorot serius. Beberapa kali aku melihat dia mengernyitkan dahi, rambut merahnya yang berantakan terkadang bergoyang seiring dengan gerakan kepalanya.

Aku menggigit bibirku menahan rasa gemas untuk sekedar ingin mencubit pipinya. Betapa pria dewasa berwajah imut itu mampu membuatku panas dingin dengan hanya sekedar menatapnya saja.

Oh aku hampir lupa, aku berjalan menuju ke arah dapur, bersiap mengambilkannya minuman. "Shizune-san."

"Ah, Hinata-sama. Saya baru saja akan mengantarkan ini ke depan."

Aku melihat di meja sudah terdapat dua buah gelas berisi jus jeruk dan sebuah toples berisi keripik kentang rasa pedas. Aku tersenyum sambil mengambil nampan tersebut. "Biarkan aku saja yang membawanya, Shizune-san. Silahkan kau lanjutkan istirahatmu saja! Terimakasih ya."

"Baik. Hinata-sama."

Aku berjalan menuju ruang tamu sambil membawa nampan. Ketika telah meletakkan minuman dan camilan di atas meja, aku tidak dapat menyembunyikan pekikan senang saat melihat layar laptopku yang sudah kembali menyala. Sasori sempat tersenyum sebentar ke arahku sebelum kembali menunjukkan raut seriusnya memandangi laptop kesayanganku.

Dengan penuh rasa ingin tahu aku duduk di samping Sasori yang masih menatap layar laptopku yang hanya berisi tulisan dan kode-kode yang tidak aku pahami. Saat layar laptopku kembali pada display awal seperti semalam, seketika aku berteriak senang. "Terimakasih, Sasori-nii." Reflek aku berniat ingin memeluk Sasori, sebelum akhirnya tiba-tiba aku tersadar dan kemudian aku sedikit menjauhkan tubuhku darinya.

Sasori terkekeh melihat wajahku yang menunduk. Dia mengacak pelan rambutku, membuatku pipiku terasa semakin panas. "Kau sangat lucu." Katanya masih menyentuh beberapa ujung rambutku. "Coba kau periksa data-data dan dokumenmu!"

Aku mengangguk tanpa berani melihat ke arahnya. Jariku bergerak gesit meneliti beberapa folder yang berisi data dan file tugasku. Aku menghembuskan nafas lega saat menyadari bahwa semuanya masih ada dan tidak ada satu file pun yang rusak. Senyumku mengembang secerah matahari, beruntung aku tidak perlu membuat ulang semua tugas itu.

Play Girl yang Kehilangan Kemampuan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang