Harapan, Kecurigaan, Kerinduan

520 49 14
                                    

Bagaimana mungkin?" Sakura merebut ponselku dengan wajah tidak percaya.

Aku menaikkan bahuku tak tahu, aku kembali duduk di samping Sakura dengan menopang wajah menggunakan tangan kanan sambil menatap ke arahnya.

"Ternyata dia adalah salah satu follower-ku."

Sakura kembali menunjukkan wajah shock yang dramatis. "Bagaimana mungkin?"

Aku menaikkan bahuku lagi ke arah Sakura. "Dia adalah cowok mesum yang pernah aku lihat di taman dekat tempat tinggalku."

"Bagaimana mungkin?" Sakura membulatkan matanya hingga terlihat melotot ke arahku.

Aku memutar mataku bosan melihat tingkah berlebihan Sakura. "Bisakah kau mengucapkan kalimat lain?" Aku bertanya kesal ke arahnya.

"Bisa.. Um, well." Aku masih menunggu Sakura melanjutkan ucapannya. "Tapi aku masih tidak habis pikir, dia Uchiha Sasuke? Benar-benar Uchiha?"

"Apa maksudmu?"

"Dia adalah anak bungsu dari keluarga Uchiha. Dia terkenal dengan ketampanan dan kejeniusannya, dia baru saja pulang dari London, dia kuliah dan juga mengurus cabang perusahaan Uchiha di sana."

Aku mengerutkan kening ke arah Sakura. "Dari mana kau tahu?"

Sakura menepuk jidat lebarnya. "Tentu saja dari majalah bisnis, Nona Hyuga."

Aku membulatkan mulutku sambil mengangguk. "Kenapa?" Aku melihat Sakura yang seolah-olah sedang memindai laser ke seluruh tubuhku.

"Sebenarnya apa yang mereka lihat darimu? Bahkan Uchiha yang tampan itu juga. Kenapa kau selalu dikelilingi oleh cowok-cowok tampan yang berebut ingin dekat denganmu?" Sakura menggelengkan kepalanya dengan ekspresi wajah yang terlihat sungguh sangat menyebalkan. "Padahal kau tidak mengenalnya, kau juga baru bertemu dengannya sekali." Sakura memang belum mengetahui soal kejadian di mana aku, Ino dan Temari berada di kafe yang sama dengan Sasuke.

"Secara teknis sebenarnya aku bahkan tidak bisa dikatakan pernah bertemu dengannya." Sakura kembali melototkan matanya saat aku memberikan cengiranku.

Sakura menyerahkan ponselku kembali. "Jadi kau berniat ingin membalasnya tidak?" Aku menggigit bibirku. Aku menatap Sakura bingung. "Balas saja, Hinata!"

"Harus aku balas apa?"

Sakura menepuk jidat lebarnya lagi. "Kemana kemampuan play girlmu, Hinata?" Sakura bertanya gemas kepadaku. "Dia tidak berniat mengajakmu menikah, kau hanya perlu membalasnya seperti yang biasa kau lakukan kepada cowok-cowok lain."

"Haruskah?" Tanyaku lagi tidak yakin.

"Tentu sajaaaa." Aku mengangguk patuh saat Sakura menunjukkan wajah yang begitu menyeramkan. "Bagaimana mungkin?" Aku mengabaikan Sakura yang masih bergumam sendiri dengan tidak jelas.

Tetangga? Siapa ya?
-Sent-

Aku menggigit bibirku cemas. Apakah dia akan membalas pesanku? Apakah dia akan cepat membalasnya? Ataukah dia akan membalasnya nanti? Apakah dia sedang menunggu balasanku? Ataukah dia hanya iseng saja?

Aku meremas jariku diselingi dengan kondisi jantung yang begitu berdebar. Sial. Hanya karena menunggu balasannya saja kenapa aku bisa segugup ini? Hei, aku bahkan tidak ingat sudah berapa jumlah cowok yang mendekatiku dan aku memiliki banyak pengalaman untuk menghadapi mereka. Tapi kenapa hanya sebatas pesan sederhana seperti ini justru sanggup membuat perutku terasa mulas?

Ting.

Aku terlonjak senang saat mendengar suara pemberitahuan di ponselku. Kenapa aku sesenang ini? Bahkan belum tentu kalau itu adalah balasan dari Sasuke.

Play Girl yang Kehilangan Kemampuan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang