A Hug

709 55 5
                                    

Wajah kamu masih tetap aja murung dari sejam yang lalu bahkan kamu bilang kamu sama sekali tidak nafsu makan, padahal aku udah pesenin kamu pempek Palembang favorit kamu. Kamu tetap menolak dan hanya makan beberapa potong saja lalu semuanya dihibahkan ke aku.

"Anterin aku pulang ya, aku capek banget." ujar kamu sambil melangkah ke luar. 

Aku mengikuti kamu dari belakang sampai mobil, lalu kita berdua hanya saling diam dan mendengarkan hembusan nafas masing-masing di dalam. Aku mencoba menyetel beberapa lagu yang biasa kita nyanyikan bersama, namun hasilnya tetap nihil. Kamu masih tetap bungkam dengan posisi menyenderkan kepala ke jendela. Persis anak TK yang lagi ngambek sama Ibunya setelah keluar dari mall karena nggak dikasih beli mainan baru. Iya, seperti kamu saat itu.

Akhirnya aku membiarkan kamu tetap diam dan mengistirahatkan pikiran sejenak, walau dalam hati aku sebenarnya mau banget menggoda kamu seperti biasa. Tapi niat itu aku urungkan, setelah mendengar cerita panjang lebar kamu setelah keluar dari gedung dengan wajah masam dan tidak bertenaga. 

Mau peluk. Peluk yang erat sampai kamu tenang. Tapi dasar akunya aja yang bingung akhirnya malah ngajak kamu cari makanan enak di GI.

Tidak lama, kita sampai di gerbang rumah kamu. Suasanya sepi karena sudah lewat jam 11 malam saat itu, dan aku tahu seisi rumah kamu pasti sudah tidur jam segitu. Aku membukakan pintu mobil dan membiarkan kamu turun. Kamu hanya tersenyum kecil sambil berjalan ke arah pagar. 

"Mau peluk. Sebelum kamu masuk." kataku sambil menarik tangan kamu pelan.

Kamu tidak merespon apa-apa, hanya menatap aku bingung sambil mengedipkan mata beberapa kali.

"Kamu kenapa, Jo?" 

"Come here.

Sambil merentangkan kedua lengan dan dengan mata berkaca-kaca kamu berjalan mendekat, kemudian merangkul pinggangku dengan kedua tangan. Aku membalas pelukan kamu dengan melingkarkan tangan di kepala kamu dan mengecup ujung kepala kamu sekali. 

"Aku mau peluk lebih deket." kata kamu yang kemudian melingkarkan kedua tangan di pundakku sambil berjinjit. 

"Ih nggak nyampe, dasar tiang." 

Kamu menyampaikan kata-kata itu di dekat telingaku dengan setengah berbisik. 

"Sialan, lucu amat." aku mengumpat dalam hati.

Aku menekuk kedua kaki sambil mengaitkan kedua tangan di pinggang kamu. Sambil memeluk kamu erat, aku membuat rencana untuk menculik kamu semalaman tanpa bilang sama Mama kamu. Tapi nggak jadi karena akhirnya aku ingat besok itu hari Senin. Hari paling kampret sedunia. 

"Makasih ya kamu udah nemenin aku hari ini, Jo."

"Dan maaf aku udah nyebelin kayak Ibu-ibu di komplek rumah kamu."

"Maaf juga pempeknya aku sia-siain hari ini but I won't do it anymore next time, promise.

Seandainya aku nggak inget aku besok kerja, kamu beneran aku culik malam ini. 

"Iya, jadi Kanjeng Putri sudah puas sedihnya hari ini?"

Kamu mengangguk sekali, lalu menyubit kedua pipiku pelan.

"Thanks to you, my shoulders feel a bit lighter than before."

Kamu akhirnya tersenyum, dan refleks aku mengecup bibir kamu sekilas. 

"Ih apaan nih cium nggak bilang-bilang!!!" kamu cemberut, sambil memukul lenganku beberapa kali. 

"Hahaha ampun iya ampun. Aku pulang ya, kamu besok waktu bangun jangan lupa senyum lagi biar...."

"Biar apa?"

"Biar gak keriputan hehe."

"Ih apaan siiih udah sana katanya mau pulang!" kamu malah ngusir aku dengan imut. 

"Good night." kataku sambil melangkah masuk ke dalam mobil.

"Good night, my Jovian.

Yeah good night, mine.

**

**

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Around YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang