Gitar

461 46 11
                                    

Kamu sering bilang, setelah selama ini sebenarnya kamu masih nggak nyangka kalau aku bisa main gitar. Kamu juga masih nggak percaya aku bisa nyanyi dengan suara yang kamu bilang enak banget didenger ketika pagi-pagi dan turun hujan. Yah kalau dinyanyiin sambil gitaran sih, kayaknya nggak bakal didenger ya palingan kamu balik tidur lagi. Ya nggak? 

Kamu waktu itu bahkan jauh lebih kaget waktu aku kenalin ke teman-teman satu band aku, dan setelah itu kamu jadi sering nelepon aku cuma buat dengerin aku nyanyi atau main gitar sampe kamu ketiduran. 

Hari ini, tepatnya hari Sabtu yang cukup mendung dan dingin kamu datang ke apartemen aku dengan membawa makaroni bikinan kamu sendiri dan beberapa botol soda. Katanya kamu hari ini nggak minta diajak malam mingguan ke luar, cukup disini sama aku dan bermalas-malasan. Yaelah, kalau ini sih kayaknya nggak usah minta aku pasti ladenin sepenuh hati. 

Kamu juga membawa beberapa bungkus Indomie kuah untuk berjaga-jaga kalau seandainya nanti turun hujan. Malam minggu turun hujan, makan Indomie berdua sama pacar, kurang lengkap apa lagi bos? 

Seperti biasa, jika Tuan Puteri berkunjung ke rumah maka yang dia lakukan adalah duduk bersandar di sofa dan memerintahkan Pangeran untuk mengambil gitar di kamar dan mengambil posisi duduk di sampingnya untuk memainkan beberapa lagu kesukaan Tuan Puteri. 

"Jo, Sheila On 7 dong." kata kamu dengan antusias.

"Tumben?"

"Biasanya kamu minta lagunya barat terus." kataku sambil memainkan beberapa kunci. 

Kamu menggeleng, "Aku mau denger kamu nyanyi lagu mereka juga." 

"Selera musik kamu oke juga ya." 

Kamu hanya manyun sambil melayangkan pukulan kecil ke pahaku, yang membuat aku meringis pelan. 

"Ekhem, hem."

Pemanasan tenggorokan dulu bentar. Kamu masih menatap aku dalam diam sampai aku mengawali lagu dengan kunci G.

Melihat tawamu 

Mendengar senandungmu

Terlihat jelas di mataku

Warna warni indahmu

Tubuh kamu kini menghadap ke arahku sambil memangku dagu dengan tangan kiri.

Belai lembut jarimu

Sejuk tatap wajahmu

Hangat peluk janjimu

"Anugerah terindah yang pernah kumiliki~"

Kamu dan aku mengakhiri lagu itu bersama sambil bertukar pandang. Setelah itu seperti baru selesai nonton konser seorang idola, kamu menepuk tangan beberapa kali dengan semangat sambil berteriak, "Encore! Encore!"

"Dah ah abangnya mau pulang." ujarku sambil meletakkan gitar di bawah sofa.

"Yaaah, bang lagi dong bang." dengan gemasnya kamu menepuk-nepuk tangan kananku.

"Cium dulu lah neng." 

"Ogah bang, nggak jadi."

"Oh yaudah abangnya beneran pulang dah." aku pura-pura bangkit dan melangkah ke kamar.

Tentu saja kamu menahan sambil menarik tanganku. Lalu tiba-tiba langit semakin gelap dan mulai membasahi kota Jakarta dengan hujan. Aku kembali ke posisi duduk lalu merangkul pinggang kecil kamu dan mengistirahatkan kepalaku di bahu kamu. 

"Tahan kayak gini satu jam ya, nanti aku baru nyanyi lagi."

"Hmmm..." kamu cuma membalas sekiranya sambil memeluk aku dan memainkan helai-helai rambutku dengan jari mungil kamu.

"Kamu tau kan aku selalu paling suka liat kamu main gitar sambil nyanyi?" ujar kamu dengan suara lembut. 

Aku mengangguk sekali.

"Pokoknya kalau udah kayak gitu kamu yang paling ganteng sekampus dan se-Jakarta menurut aku." 

"Tapi aku kan emang ganteng?"

"Ih pede banget sih pak." 

Kamu mencubit pipiku sekali.

"Oh ya, kamu tau kan kalau lagi kayak gini aku paling suka?"

Kamu menatap aku bingung, "Gini gimana?"

"Nggak banyak gerak, cukup pelukin aku terus."

"Yeeee itu sih emang kamunya aja manja." kamu melayangkan beberapa tusukan ke perut aku.

"Hehehe iya ampun ampun."

Hujan turun semakin deras malam itu. Dan anehnya, aku nggak protes walau malam itu hujan. Lebih anehnya lagi, malam itu apartemen aku terasa hangat. Padahal biasanya mah apa, dingin kayak freezer nugget Alfamart. 

Apa karena keberadaan kamu, pelukan kamu, atau memang kamunya yang terlalu hangat jadi nular sampai satu ruangan ya? 

Malam itu, aku menghabiskan malam minggu ditemani suara tawa kamu dan rintik hujan. Tidak lupa sepiring penuh makaroni bikinan kamu, dua mangkuk Indomie kuah, ditambah lagu-lagu kesukaan kamu yang terlantun lewat petikan gitarku.

Around YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang