The First Time

363 45 4
                                    

Wanita tercantik di dunia ini menurut aku sejak lahir, tentu saja Mama. Beliau adalah sosok yang paling hangat, paling nyaman, nomor satu dalam melakukan segala hal yang menjadikan Mama nggak cuma cantik parasnya aja. Yeah you know, the unbearable inner beauty. Sampai akhirnya aku ketemu kamu, yang menempati posisi kedua dan sekarang aku jadi bingung, kenapa ya kamu ada di posisi kedua?

Mungkin kedengarannya munafik kalau aku bilang wanita yang cantik banget itu cuma kamu dan Mama, karena selama hampir seperempat abad hidup, aku ketemu banyak wanita yang pertama kali dilihat mirip Miss Universe atau minimal finalis None Jakarta.

Tapi kenapa ya, seorang Jovian jatuh hatinya sama kamu? Padahal kamu nggak selalu berdandan ala puteri kerajaan atau anak menteri. Kamu juga jarang terlihat nongkrong di mall hanya untuk sekedar menikmati secangkir Americano di cafe. Rambut kamu juga lebih sering terurai begitu saja melewati pundak atau dikuncir bergelung seadanya. 

Aneh ya, tapi semakin dilihat dari sejak pertama kenal, ternyata sosok kamu yang seadanya banget itu justru yang membuat aku tertarik. Dan lebih parahnya lagi, kamu ramah. Ramah sama semua orang tapi nggak berarti kamu membuka pintu lebar-lebar untuk orang lain biar masuk ke dalam kehidupan kamu. Apalagi laki-laki, and I was the one of them

Pertemuan pertama kita kala itu, kamu sedang duduk di kantin bersama teman-teman kamu sambil membaca buku. Tanpa ulasan makeup yang terlalu mencolok dan dengan rambut dijepit seadanya. Saat disapa, kamu tersenyum (yang menurut aku manis, iya manis banget) sambil menjabat tangan aku.

"Wah anjir ntar dulu deg-degannya." ujarku dalam hati setelah kita saling berkenalan dan duduk berhadapan.

Sejak saat itu, sosok kamu yang friendly yet mysterious itu menyita pikiran aku beberapa hari. Sampai akhirnya kita bertemu lagi beberapa kali di kampus, wah berasa dapat jackpot dari Yang Maha Kuasa, dan mendapatkan hati kamu itu salah satu hal tersulit selain mainin misi terakhir GTA V. Salah langkah sedikit, bisa-bisa gagal dan boro-boro bisa deket sama kamu, kalau ketemu disenyumin aja enggak. Aku sempat kepikiran, mungkin ini salah satu hukuman atas perbuatan lampau aku terhadap (ehem) mantan-mantan aku sebelum bertemu kamu. 

"Ah elu Jo baru juga jadian 2 minggu udah bosen aja." 

Kalimat ini terdengar hampir setiap kali aku memutuskan untuk menjalin hubungan pacaran sama seorang perempuan, baik teman kampus, teman kenal dari temannya teman atau teman-teman perempuan yang lain. Tapi kalimat itu berubah setelah berkenalan dengan kamu, dan mulai menjalin hubungan sebagai "teman" kamu selama hampir sebulan.

"Gimana Jo udah sebulan masih disitu-situ aja? Hahaha."

Kampret.  Kalimat ini membuat aku berpikir kalau kamu sama sekali nggak tertarik sama aku. Atau perasaan ini cuma sepihak ya? Mau nyerah aja rasanya tapi tanggung, dan nggak mungkinlah seorang Panglima Perang mundur di tengah-tengah perang kecuali dapat titah dari Paduka Raja. Sayangnya Paduka Raja disini merangkap jadi Panglima Perang, dan dia berjuang sendirian untuk mendapatkan hati wanita pujaannya. 

Segala cara kayaknya udah aku lakuin juga saat itu supaya bisa ketemu kamu, ngajak kamu jalan atau at least sekali aja dalam sehari aku melewatkan hari untuk ngobrol sama kamu. Mungkin kamu dalam hati berpikir, "Ini si Jovian jadi orang modus banget ya tiap hari nge-chat ngajak makan terus," tapi ya memang modus. Namanya juga usaha hehehe. 

Kamu juga nggak pernah nolak, walau kita sering pergi hanya berdua, keliling-keliling pinggiran kota Jakarta hanya untuk mencari tempat makan yang enak, lalu menghabiskan waktu beberapa jam buat ngobrolin hal yang mostly gak penting-penting amat. Kemudian kamu bakal ketawa sama cerita-cerita bodoh aku dan saat itu aku semakin yakin, kalau kamu memang wanita yang selama ini aku cari. Kamu yang buat aku berpikir kalau mungkin ini saatnya untuk sekedar naksir sama cewek lalu ngajak dia jadian lalu putus dalam waktu singkat hanya karena bosan. 

Damn, girl. You made me want to pull you closer and kidnap you to my arms. Tapi seorang Jovian harus tahu diri, kalau dia masih ada di luar batas garis hubungan antara seorang pria dan wanita. I might be a jerk, but I still know the limit and I won't ever cross the line. 

Suatu malam, lupa jam berapa yang pasti nggak malam-malam banget, aku mengantar kamu pulang ke rumah. Untuk pertama kalinya sampai ke depan gerbang rumah kamu karena biasanya kamu selalu minta diantar sampai depan gang aja. Aku sih ya nggak banyak tanya alasannya kenapa, karena udah keburu seneng duluan dan ya iyalah kapan lagi bisa nganterin gebetan sampai depan rumah ya nggak bro. 

Sebelum kamu turun dari mobil, kamu mengacak-acak rambutku sambil tersenyum dan mengucapkan terima kasih. Kemudian sepersekian detik sebelum kamu menarik handle pintu mobil, aku tidak ingin menyia-nyiakan momen dan meraih pergelangan tangan kamu dan menggenggamnya lembut. Kamu yang kaget hanya terdiam sambil menatap ke arah wajahku yang seriusnya kayak lagi ngerjain soal Ujian Nasional.

"Jo?"

"Boleh cium nggak sih?"

"Hah?"

Kamu masih terdiam sambil mengedipkan mata berkali-kali seperti baru saja mendengar suara petir. 

"I mean, aku mau serius sama kamu mulai hari ini. I won't hold this feeling back anymore."

Kamu masih tetap saja terdiam sedangkan aku kayaknya saat itu sebentar lagi bakal kena serangan jantung kalau kamu tiba-tiba menepis tangan aku dan berlari ke dalam rumah. Kemudian besok-besok aku nggak bisa ketemu kamu lagi, nggak bisa misuh-misuh datang ke fakultas kamu cuma buat modus nganterin kamu nyari makan dan pulang ke rumah.

Kita saling bertukar pandangan, lalu dengan tangan kiri kamu melepas genggaman tanganku yang melingkar di pergelangan tangan kamu. Wajah kamu mendekat, dan tanpa berkata apa-apa kamu mendaratkan bibir kamu yang manis banget itu senyumnya di pipi kiriku.

Kamu tertawa dengan lebarnya setelah mendapati aku yang mematung setelah itu. Shit. Aku yang mati gaya dan antara percaya nggak percaya dengan canggung menggaruk-garuk belakang leher dan kepala yang aslinya gak gatel sama sekali, tapi salting gara-gara kamu. Parah. Kalau di sebelah rumah kamu ada danau gede banget mungkin malam itu juga aku langsung berenang saking senangnya. 

"Makasih ya Jo, udah nganterin aku ngajak aku makan bareng hampir setiap hari dan repot-repot mau anterin aku pulang." ujar kamu lembut. 

Aku hanya menjawab dengan anggukan. Menunggu kamu melanjutkan kalimat yang masih terpotong itu.

"Oh ya satu lagi, nanti kalau udah sampai rumah, telpon aku ya. Atau minimal kabarin aku sebelum kamu ketiduran. Oke?" 

Aku menjawab dengan anggukan lain dan, "Lalu...?"

"See you tomorrow, good night." 

Kamu mengecup pipi kiriku sekali lagi, lalu keluar dari pintu mobil, kemudian melambaikan tangan ke arahku sebelum menutup pintu gerbang dan masuk ke dalam rumah. Aku sempat melamun sambil menepuk pipi beberapa kali. Ternyata bukan mimpi. 

Malam itu, akhirnya aku dan kamu resmi berpacaran. Malam itu juga, untuk pertama kali aku akhirnya merasa jadi salah satu laki-laki yang beruntung bisa mengenal kamu. Untuk pertama kalinya, seorang Jovian merasa kalau mendapatkan hati wanita itu adalah perjuangan, bukan cuma main-main. And you're the first one who told me that thing. 

And for the first time, I meet someone who's as pretty as my Mom, and it was you.

Around YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang