Matanya tidak terlepas dari lembar putih dengan goresan pensil di depannya.
Sesekali ia menghapus goresan yang salah kemudian meniup serpihan kecil yang ditimbulkan dari karet penghapus miliknya.
Terkadang ia memandang keluar jendela untuk sekadar memperhatikan burung yang berlalu-lalang. Ada yang sebagian singgah di atas pohon. Ada pula yang hanya berkejar-kejaran di langit luas. Pasti menyenangkan bisa terbang kemanapun yang kita inginkan. Sesekali ia mendengar cicitan kecil itu. Bahagia sekali mereka.
Goresan yang semula hanya segaris. Kini telah berubah menjadi bergaris-garis menampilkan sketsa wajah seseorang. Ia menggigit kecil ujung pensil di antara kedua giginya. Mencari kekurangan yang ada pada sketsa tersebut.
Penjelasan dari Shin Ah-ssaem hanya menjadi musik pelengkap di kegiatan menggambarnya kali ini. Hana benar-benar bosan mendengarkan cerita sejarah.
Bagaimana kita bisa memikirkan masa depan jika pelajaran sejarah masih ada di tiap sekolah. Tapi kata orang 'Jas merah' (jangan sekali-sekali melupakan sejarah). Karena jika tidak ada sejarah, maka tidak akan ada masa sekarang.
Masa bodoh. Jangan memaksakan sesuatu yang tidak kita sukai. Itu motto hidup Hana : )
"O, Bukankah itu laki-laki kemarin?"
Hana segera menutup sketchbook miliknya seraya menoleh ke sumber suara tadi.
"Bagaimana kau bisa tahu? Kukira aku menggambar dengan tidak baik."
"Boleh aku melihatnya? Eoh?"
"Aku belum siap menunjukkan gambarku pada orang lain." Hana menunduk seraya membawa rambutnya yang jatuh terurai ke belakang telinga.
"Juseyo..." Hye Eun memintanya dengan sedikit aegyo.
Hana tersenyum kecil seraya menggelengkan kepalanya pelan lalu menyerahkan sketchbook itu kepada Hye Eun.
"Heol. Daebak. Apa kau keturunan dari Vincent van Gogh?"
Hana hanya tersenyum kecil. "Jangan berlebihan."
Sementara Hye Eun melihat lembar demi lembar sketchbook itu, Hana merasakan ada yang bergetar di saku miliknya. Segera ia keluarkan ponselnya dan melihat ada pesan masuk.
Tae* : Bisa bertemu?
Tae* : Sekarang.
Tae* : Kutunggu kau di taman kemarin.
Kulirik Hye Eun yang sedang asik membolak-balik sketchbook-ku. Kuketik balasan singkat kepada si pengirim sms.
Me : Baiklah.
Read
"Maaf Hye.. Aku ada urusan sebentar. Aku pergi dulu. Annyeong." Pamitku seraya berdiri sambil merapihkan rok seragamku.
"Kau akan menemuinya? Laki-laki kemarin?"
Aku mengangguk kecil. "Eum.. dia yang mengajakku bertemu." Ucapku malu-malu.
"Ceritakan tentang kalian padaku lain kali. Eoh?"
"Arasseo... Na galge."
Hye Eun melambaikan tangan padaku. Aku meninggalkannya (lagi). Maafkan aku untuk yang kedua kali Hye.
***
Taman.
Tahun pertama di sini memang banyak kejutan. Satu sekolah dengan teman baikku. Lebih dekat dengan appa dan eomma meski tidak tinggal bersama. Langkahku mencapai mimpi juga sudah di depan mata. Hanya perlu sedikit bersabar dan berusaha.
![](https://img.wattpad.com/cover/113286649-288-k906423.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HOPELESS - BTS Taehyung FF -
FanficKenyataannya adalah dia telah jauh. Meski aku masih bisa melihatnya, kurasa itu terlalu jauh untuk ku menggapainya. Bagai pungguk merindukan bulan. Batin Hana sambil tersenyum miris. Tahukah kalian bahwa ini terlalu menyakitkan? Bahkan lebih menyaki...