Tiga

245 9 0
                                    

Kita berdua makan dengan damai. namun fenny memanggil seseorang atau bahkan beberapa orang dipintu masuk ruang makan

"Hay kalian disini aja! " ucap fenny dengan melambaikan tangan, mereka dengan cepat merespon teriakan fenny

Mereka bertiga duduk dihadapanku dan fenny. Pria itu juga ada dihadapanku sekarang, ia memakan dengan sangat lahap sepertinya ia sangat lapar

Kesunyian terjadi di antara kami tidak ada yang membuka suara terlebih dahulu, sampai akhirnya fenny berbicara

"woy guys, kalian.... " ucapan fenny terhenti seseorang memotongnya

" lah dia yang anak baru itu? Sejak kapan ada disini? "

" lah iya sejak kapan? " timpal seorang lagi

Mereka bertingkah lucu, aku sejak awal berada di hadapan mereka bahkan sebelum mereka datang, mereka terlalu asik dengan makanan yang mereka lahab

" lah dari tadi kali! Itu mata udah empat ya kalian berdua mau gue tambahin jadi enam? " ujar fenny sangat bersemangat, kelihatannya mereka sangat dekat

" mau ditaruh dimana lagi enny kalo enam. Ehem... hay gua Kenzie Fahlefi" ucapnya dengan mengulurkan tangan kepadaku.

"gantian! Ehem... gua Leo Alexan"

Mereka memperkenalkan dirinya padaku tapi kenapa pria itu tidak sama sekali memperkenalkan namanya, apa kau tidak tahu aku sangat penasaran siapa namamu!

"woy, Al cewe ni kenalan dong! " ujar Kenzie dengan mengetuk pundak pria itu dan ia menoleh dari hadapan makanan yang sedari tadi menyibukkannya

Ia seperti masih belum paham dengan ucapan kenzie, ia hanya memandang kenzie beberapa saat

" ye malah ngeliatin gua, itu depan lu! "

" belaga bego! Jangan malu-maluin kita di depan cewe! " ujar leo

Ia akhirnya paham apa maksud teman-temannya. Kita berdua berjabat tangan tak lupa sedikit senyuman ramah yang selalu menyapa wajahnya dengan sangat tampan

" gua Kenan Alzero, panggil aja Al"

Aku selalu membalas senyum ramah siswa Garuda Jaya terutama pria tampan ini. Al, namanya mudah diingat.

***

Aku berjalan santai menuju halte bus yang tidak jauh dari SMA Garuda Jaya. Bus dijakarta sangat sulit dan susah datang tepat waktu, terkadang terlambat beberapa menit itu sangat menyusahkan.

Aku sedang duduk di halte bus dan mendengarkan musik kesukaan ku lewat earphone putih kesayanganku. Tapi seseorang menarik earphone ku.

Ya ampun, ternyata dia al. Kekesalanku padam saat itu juga, ternyata dia adalah pria yang membuat aku penasaran.

"al? "

" sory, gua gak bermaksud kasar. Abis lu gua panggil gak nyaut" ucapnya dan mulai duduk disebelahku

"iya gak pa-pa" dalam hatiku, aku merutuki orang yang dengan seenaknya menarik earphone ku begitu saja. Tetapi aku tidak bisa marah dengan al, wajahnya selalu menghipnotisku.

"kamu belom pulang? " tanyaku membuyarkan suasana bising kendaraan.

" nunggu lo" jawabnya dengan menatapku. Jantungku memacu dengan kencang. Oh mei ini bukan pertama kalinya kamu dekat dengan pria, tapi kenapa sangat berbeda dengan Al?.

"nunggu aku? " ucapku terbata-bata. Aku dan Al masih saling menatap. Ada apa denganku mengapa tatapannya mengunci rapat pandanganku? Sampai Al tertawa melihatku. Oh aku pasti sangat bodoh dimatanya.

" udah natap gua nya? " di saat itu aku tersadar dan menyembunyikan wajahku yang memanas ini, aku benar-benar bodoh. Baboya!

" Mey? " panggilan Al membuatku kembali menatapnya, apa lagi yang akan ia lakukan padaku kali ini. Ah tidak salah, apalagi hal bodoh yang aku lakukan kali ini!

" Hari ini lu sibuk? Ikut gua sebentar, bisa? " pertanyaan al membuatku membulatkan mata sipitku sempurna. Ada hal apa, aku pikir Al tipe pria yang tidak cepat dekat dengan seorang gadis. Ternyata aku salah.

" Mei kalo sibuk gak pa-pa" aku  bergulat dengan pikiranku, harus ku terima atau menghindar seperti biasa menganggapnya angin berlalu. Tetapi al tidak seperti pria aneh yang sangat aku benci seperti, ah sudahlah.

"gak kok, tapi aku gak bisa lama gak apa kan? "
Ah Mei apa kali ini aku mengambil keputusan yang benar? Kau bukan mei yang dulu!

Perjalanan menurutku cukup jauh. Atau mungkin aku saja yang merasakannya.

Sesekali ku tatap jam tangan putihku pemberian ibu, sudah 30 menit tetapi tidak ada tanda-tanda mobil samapi tujuan, bahkan Al tidak bicara sejak tadi, keadaan hening, aku jadi semakin gugup aku tidak mengenal Al sebelumnya.

Tidak lama mobilnya belok ke dalam perumahan yang sangat megah menurutku, di ambang pagar perumahan pun sangat di jaga ketat layaknya gedung presiden. Lalu mobil berhenti di depen rumah mewah bernuansa Eropa ini, sangat menakjubkan. Tapi mengapa Al mengajakku ke tempat ini, apa ini rumahnya?

Saat Al mematikan mesin mobil, aku terus memandanginya seolah mulutku bisu sesaat, Al mungkin dapat membaca raut wajahku yang entah terlihat seperti apa sekarang, bingungkah atau memalukan.

"ini rumah gua, sory gua gak bilang. Karena gua bingung harus bilang apa"

apa? Jika ini rumahnya mengapa harus kerumahnya? Apa dia pria tidak benar? Berapa banyak wanita yang ia ajak kerumahnya dan mengapa aku menjadi target selanjutnya? Ah aku buru-buru menepis pemikiran itu, Al tidak terlihat seperti pria tidak benar.

"Mey! Ayo masuk! " ucap Al yang sudah di ambang pintu utama rumahnya yang mewah ini. Dengan terpaksa aku mengejarnya. Aku juga sudah menggenggam ponselku erat jika terjadi sesuatu aku akan menelepon Fenny, ia satu-satunya orang yang ada di pikiranku saat ini.

Saat sampai didalam nuansa Eropa sangat kental, lagi-lagi dinding berwarna putih itu menyejukan mata, aku sangat suka warna putih.

Ku perhatikan setiap senti rumah mewah ini, terdapat banyak Foto mulai dari sepasang bayi laki-laki lalu seorang gadis kecil yang sangat lucu dengan balutan gaun pink yang faminim.

Lalu Al berjalan cepat menuju tangga yang menjadi pusat ruangan ini. Seolah ini mimpi, nuansa rumah ini sangat mirip dengan istana-istana kerajaan tempat seorang pengantin pria dan wanita menuruni tangga megah itu dengan sangat anggunnya menuju para tamu dan berdansa.

Lamunanku terarahkan pada foto dengan bingkai besar tepat di atas sebuah piano berwarna alami kayu dengan alurnya menambahkan kesan antik pada piano itu. Mungkin usianya sudah lama tetapi tetap terlihat terawat.

Di foto itu memperlihatkan sebuah keluarga yang harmonis dengan sepasang wanita dan pria. Lalu gadis kecil yang pertama ku lihat tadi tetapi lebih terlihat dewasa sekarang dan seorang pria kecil yang satu tersenyum ramah dan yang satunya terlihat sangat angkuh. Apa pria kecil itu Al dia sangat mirip tetapi pria kecil yang satunya juga mirip. Wajah pria kecil itu sangat familiar.

Sedang asik aku memperhatikan seluk beluk ruangan mewah ini Al datang dengan seorang pria yang ada di foto itu tapi ia tampak lebih tua sekarang walau begitu tetap tampan. Ommo!! sekarang aku yakin bahwa Ahjussi rasa Oppa itu benar ada!!

"Annyeong Haseyo Mey" Ahjussi itu tersenyum sangat menawan "gimana bener kan bahasa korea om?"  dengan cepat ku membungkuk sopan lalu mengangguk, memberi jawaban bahwa itu benar.

"ayo duduk Mey, kamu masih ingat sama om? " maksud ahjussi ini apa, memangnya kita pernah bertemu sebelumnya. Belum pertanyaannya ku jawab ia kembali bertanya." pasti kamu gak akan ingat, sudah tidak apa. Jadi bagaimana rasanya kembali ke jakarta? "

" menyenangkan kok ahjussi, eh om" aku hanya tersenyum malu, sedang ahjussi tertawa lepas. Aku baru tersadar jika dari tadi Al hanya diam mengamati pembicaraan ini.

"ternyata kamu tumbuh menjadi gadis korea ya? Eh tapi memang kamu lahir di sana, om sampai lupa" kata ahjussi masih tertawa lepas. Ku perhatikan lagi Al dengan muka datar ia menatap ayahnya tidak melirikku sedikitpu, seolah aku tidak ada di antara mereka.





Mei, 1998 [Slow Update] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang