Entah sejak kapan meja makan jadi banyak makanan. Dari tadi ku perhatikan tidak ada pembantu atau sekedar tukang kebun.
Aku jadi bingun harus makan bagian apa dulu, disini sangat melimpah. Akhirnya aku hanya makan tumis udang buncis dan ayam goreng.
Selesai makan sebenarnya aku ingin kembali ke kamarku, tapi karena melihat Al yang membereskan semua yang ada di meja makan, aku jadi tidak tega.
Aku membantunya memcuci piring sedangkan Al membereskan meja makan.
“Al... Setiap hari kamu kaya gini?” dia hanya mengangguk lalu membawa piring kotor ke washtafel untuk ku cuci.“Sini gua bantu” aku tidak percaya dengan sosok Al yang sangat berbeda di sekolah dan di rumah. Kalau seperti ini aku lebih suka Al yang di rumah.
===
Besok hari pertama aku mengikuti upacara setelah bertahun-tahun tidak ikut. Ah, aku harus banyak minum air dan harus sarapan jika tidak akan bahaya mengingat cuaca indonesia yang panas.
Aku beranjak menuju dapur untuk menyiapkan sebotol air minum untuk di bawa besok, sepertinya akan banyak membantu.
Sampai di depan kulkas, ternyata di sana ada Al dan aku sangat terkejut ia sedang... memasak?
“Al...” sesaat aku lupa tujuanku, aku hanya berdiri dan memandanginya takjub, ini benar-benar sosok Al yang berbeda.
Memakai celemek hitam, kaos putih, pakai sarung tangan untuk memotong bawang dan rambutnya sedikit berantakan akibat keringatnya tapi ia terlihat sangat mempesona. Kenapa ia bisa semempesona ini?
“bantuin gua bawa ini ke meja makan” ucapan Al membuatku berpaling memandanginya. Dengan cepat ku membawa mangkuk ke meja makan.
Ah aku sadar, ia berbelanja, memilih bahan sayuran dengan teliti, ternyata ia bisa memasak, pantas saja ia tahu betul bahan-bahan yang bagus.
Aku sudah lupa dengan tujuanku. Al menyuruhku makan malam bersama Ahjussi juga.
“Makanannya selalu enak, kamu gak mau kasih tau ayah belinya dimana?” Al hanya diam melanjutkan makannya. Tak lama Ahjussi mengalihkan pembicaraan kepadaku.“Mei coba kamu tanya dimana dia beli makanan ini. Kamu tau ini benar-benar mirip masakan ibunya Al” aku hanya tersenyum, ada hal yang tidak aku ketahui di sini.
Setelah selesai makan tak lupa membereskannya lagi. Teringat akan tujuan awalku. Saat menuju kamar aku lihat cahaya terang dari dalam kamar. Bukan kamarku ataupun kamar Al. Kamar Ahjussi pun ada di lantai dasar. Aku sangat penasaran lalu masuk ke kamar itu.
Lagi-lagi aku di buat terkejut ini adalah perpustakaan. Jika aku tahu di rumah ini ada perpustakaan pribadi, lebih mudah untuk mencari buku yang ku inginkan tidak usah khawatir mencari perpustakaan di mall. Di indonesia tidak seperti di Busan yang banyak sekali fasilitas umum untuk belajar.
Sedang asik aku memandangi luas dan banyaknya buku di perpustakaan pribadi, pintu tertutup dan Al yang menutupnya.
“em maaf Al tadi pintunya terbuka jadi...”
“gak pa-pa. Lu suka baca buku juga?” ucapnya menghampiri buku besar dan tebal. Entah buku apa...
“yaudah kalo gitu aku...”
“gak mau baca buku?” ucap Al memotong pembicaraanku. Sepertinya asik membaca buku. Aku masuk lebih dalam menghampiri buku demi buku yang sangat banyak. Lalu aku menemukan sebuah buku berjudul 'The Other Sides'.
Mungkin menarik untuk sekedar menghilangkan rasa bosan.
Aku memilih duduk di single sofa berwarna hijau tua. sangat nyaman.
Satu halaman baru akan ku baca. Ku pahami satu per satu kata, tapi aku sedikit tidak mengerti.
Dua halaman sudah ku baca terdapat kata-kata yang sulit, bahkan aku tidak mengerti sama sekali.
Semakin jauh halaman yang aku baca bukan minat yang ku dapatkan, kantuk yang datang. Mataku sudah sangat berat. Perlahan ku sandarkan kepalaku di sofa. Mungkin aku tertidur...
===
Pertama ku buka mata, kegelapan yang terlihat di luar sana. aku memang duduk di samping jendela kaca besar yang langsung mengarah ke halaman depan rumah. Karena perpustakaan berada di lantai dua aku bisa melihat ke seluruhan halaman rumah yang besar ini.
Dari jauh ku perhatikan ada mobil memasuki halaman rumah. Ku lihat jam dinding, pukul 3 dini hari. Siapa yang bertamu pada pagi hari seperti ini?
Aku mencoba untuk bangkit tapi leherku sepertinya kram akibat tertidur dengan posisi yang salah. Akhirnya ku urungkan niatku untuk melihat lebih dekat lewat jendela kaca.
Masih berusaha aku bangkit. Sedikit mereflekskan otot di leherku dan kakiku yang lama tertekuk. Akhirnya kembali normal walau masih sedikit sakit.
Tentu saja aku penasaran jadi aku menengok kembali ke jendela ternyata orang itu sudah tidak ada. Karena rasa penasaran ini jadi aku turun untuk memastikannya.
Saat kakiku menuruni anak tangga pertama, aku melihat seorang pria berjalan sempoyongan. jelas sekali kalau ia mabuk, yang membuatku terkejut pria itu adalah Al...
KAMU SEDANG MEMBACA
Mei, 1998 [Slow Update]
Romance#53 in Seoul 2018/8/23 #175 in Teenager 2018/8/23 #54 in Jakarta 2018/8/23 #35 in Sejarah 2018/11/06 Sebuah cerita sejarah yang di kemas dengan perspektif yang berbeda. Sejarah bukan hanya berbicara tentang tokoh politik, pahlawan dan perang, tapi...