Part 3

4.1K 273 5
                                    

Alaver mengernyit bingung melihat pesan itu, lagi.


0813xxxxxxxx : aku harap kau masih ingin tau siapa aku.

Alaver : hm.

0813xxxxxxxx : temui aku di café terdekatmu.

Alaver langsung bersiap siap, ia mengenakan kaus berwarna tosca dan jeans dibawah lutut. Setelah itu, dia langsung menyambar tasnya dan pergi ke café Jingga.

***

Setelah sampai, Alaver langsung memandang ke seluruh sudut café itu. Di sebuah sudut, dilihatnya Christian sedang mencium seorang wanita.

Dasar tidak tahu diri, batin Alaver. Ia terus mencari orang itu dengan matanya, dan... seorang pria yang duduk dekat jendela itu menarik perhatian Alaver. Alaver mendekati pria itu.

Pria itu menoleh, oh ia sangat tampan. Rahangnya terlihat kokoh, matanya yang kehijauan itu seakan menghipnotis Alaver tiba tiba. Pria itu menyeringai.

"Jadi aku berhasil menemukanku, Alaver Janvira Marchatmyna?" Alaver membelalak ketika pria itu mengetahui namanya.

"Dari mana kau tahu namaku?" Alaver mengernyit curiga.

Pria tampan itu melepas kacamata hitamnya dan Alaver terbelalak sekali lagi.

Sean Dirgantara Wellington. Pria blasteran Indonesia - Inggris yang merupakan salah satu mantan pacar Alaver. Sean memutuskan hubungan mereka karena bosan. Sungguh bajingan, bukan?

"Kenapa aku kembali lagi, Sean?"

"Aku hanya ingin mendekatimu. Toh, kau masih sendiri. Aku masih bisa merebut hatimu lagi." Jawab Sean menyeringai.

"Itu tak akan bisa. Aku mau pulang." Alaver berbalik hendak kembali pulang, namun Sean menarik Alaver dan merengkuh pinggangnya.

"Jangan menjauh, sayang." Sean menciumi pelipis Alaver, namun tiba tiba tubuh besarnya diterjang oleh Christian yang sudah dikuasai amarah.

"Bangsat!" Umpat Christian sambil terus memukuli perut Sean. Lelaki itu terus berusaha melawan, namun Christian masih lebih kuat dari badannya yang sudah lemah ini.

"Jangan sekali kali aku dekati wanitaku. Atau, kau akan merasakan yang lebih parah dari ini." Christian menggeram dengan suara dingin. Christian memeluk pinggang Alaver dan menariknya, sampai Alaver merasa terseret seret.

Christian mendorong Alaver masuk ke mobilnya, ia mengendarai mobilnya itu dengan ugal ugalan, membuat Alaver berteriak ketakutan, namun Christian tidak mengacuhkannya.

Christian berhenti setelah sampai di penthouse nya. Ia menarik Alaver dengan kasar dan terus menyeret Alaver ke kamarnya.

Oh Tuhan, selamatkan aku, batin Alaver menangis. Ia berusaha memberontak, namun cengkraman Christian makin kasar dan erat.

Christian akhirnya sampai di kamarnya dan membuka pintunya hingga menganga lebar dan menutup serta menguncinya. Christian mendorong bahu wanita itu kesudut kamar.

"JADI INI YANG KAU LAKUKAN DIBELAKANGKU, HAH? KAU MENDUAKANKU? APA MAKSUDMU MELAKUKAN ITU, HAH? DASAR JALANG!"

Air mata Alaver menetes seiring ucapan ucapan kasar Christian. Sampai akhir kalimat, ia tersedu dengan keras.

"Aku? Aku jalang? Sebaiknya kau harus menyadari kesalahanmu terlebih dahulu! Aku juga tahu walau kita sudah bertunangan, tapi kau masih tetap meraba wanita, kan? Siapa yang gila disini? Jawab aku!" Alaver dengan tangisnya terus berusaha melawan.

"TAPI KAU TIDAK PANTAS DISENTUH PRIA MANAPUN! Ingat perkataanku itu." Christian dengan nada dinginnya keluar dan mengurung Alaver yang masih menangis didalam.

***

Christian meremas rambutnya khawatir. Bagaimana keadaan Alaver? Apa tangannya masih sakit? Chris sangat cemas, namun ia tau ia salah. Ia begitu keterlaluan.

Christian tidak suka Alaver dipegang lelaki lain. Ia tidak cemburu, tapi harusnya Alaver sadar diri. Dia adalah milik Christian sekarang. Dia adalah tunangan Christian. Ucapan Alaver benar, ia memang masih merabai setiap inci tubuh wanita, tapi itu terjadi karena itu sudah seperti makanan setiap harinya. Itu sudah jadi kebiasaannya.

Christian tahu, Alaver belum makan sejak pagi. Ia langsung menyuruh pelayan membuatkan makanan paling lezat dan membawakannya untuk Alaver.

"Tuan, Nona Alaver tidak mau makan. Kami sudah berusaha memaksanya dan membujuknya, namun Nona Alaver benar benar tidak mau."

"Berikan makanannya padaku. Aku akan memaksanya makan." Christian mengambil nampan diatas tangan pelayan dan segera masuk ke kamarnya yang ditempati Alaver sejak ia mengurungnya tadi.

"Makan." Christian berujar dingin. Alaver menggeleng kuat.

"Tidak. Aku tidak akan makan. Aku ingin pulang, membatalkan perjodohan ini dan pergi jauh jauh dari kota ini."

"Makan, atau kau akan kukurung disini sampai seminggu depan?" Christian mulai mengancam. Alaver mulai lemas dan mengambil nampan itu. Christian tidak berancang ancang untuk menyuapi Alaver. Ia membiarkan Alaver makan sendiri.

"Aku mau pulang." Kata Alaver setelah makan.

"Tidak sampai besok." Christian kembali keluar dan membanting pintu, meninggalkan Alaver yang mulai kembali berkaca kaca.

[PART 3 - SUDAH DI REVISI!]

Sweetest Karma✓ [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang