5

36 7 12
                                    

Hubungan aku dengan Ata kini semakin membaik, dia cowok yang menurutku sangat baik.

Hari ini aku sangat gugup sekali, bukan karna apa. Tapi malam ini aku diajak makan malam bersama keluarganya, aku takut orangtuanya tidak suka denganku.

Ata sudah membelikanku dress selutut, tebakannya kali ini katanya angin tidak akan kencang. Jadinya tidak apa kalau aku memakai dress selutut menurutnya. Memang dia aneh, Ata selalu menebak segalanya.

Ata sudah meminta izin kepada kedua orangtuaku untuk membagi anak sematawayangnya kepada dia, dimana-mana cowok kan minta izin agar direstui hubungannya bukan malah membagi anak kepadanya. Aneh memang, jika saja didunia ini ada Ata lain, maka aku tidak akan memilihnya. Tidak deh aku bohong, aku hanya mencintai Ata yang aneh.

Sekarang aku sudah rapih, hanya tinggal menunggu Ata menjemput saja.

Line

Antalantap
Turun dong Ny. Ata

Levinia
Y.

Jika kalian berfikir pacaran itu romantis, tidak denganku dan Ata. Kami tetap dengan sifat yang dulu, sifat yang awal kita bertemu, hanya saja sekarang lebih terlihat sifat aslinya.

Daripada dia menunggu lama dibawah lebih baik aku segera turun, kasihan kan nanti pangeranku jadi bete.

"Kamu cantik, Le"
"Kamu lebih cantik, Ata"
"Ih kok cantik sih?"
"Kenyataan,"
"Dasar,"

Ata menghampiri Mamaku yang ada didapur

"Tante, anaknya aku pinjam dulu ya buat nakut-nakutin tikus dirumahku,"
"Ata! Aku ngambek,"
"Kamu tambah jelek kalo ngambek,"
"Biarin,"
"Ya sudah sana jalan, nanti keburu malam," kali ini Mamaku yang bersuara.
"Siap Tante,"

Kita langsung keluar dari rumahku, tapi aku tidak melihat si biebie disana. Jika kalian bingung biebie itu apa, biebie itu motor andalan Ata. Dia sengaja memberi nama untuk motornya itu karena dia sayang sekali dengan si biebie, bahkan saat aku tanya lebih sayang aku atau si biebie, dia malah jawab lebih sayang biebie! Biarin lah, ga penting juga kan.

"Ata, biebie kamu mana?"
"Dirumahku,"
"Terus kita naik apa?"
"Naik bimbim,"
"Ata aku serius,"
"Lho memangnya dijidatku ada bacaan becanda?"
"Ata..."
"Kita naik mobil,"
"Kamu punya mobil?"
"Hmm, sudah naik saja,"

Aku harus menanyakan soal ini, bukan aku meremehkannya. Tapi yang aku tahu, dia hanya seorang "Penjual es". Aku sama sekali bukan bermaksud untuk meremehkannya.

"Ata aku butuh penjelasan,"
"Aku sudah menebak itu,"
"Ata, maaf ya bukan bermaksud meremehkanmu. Aku hanya ingin meminta penjelasan, kita kan sudah memiliki hubungan. Walaupun hanya hubungan pacaran. Tapi aku ingin tahu bagaimana mana kamu mempunyai mobil? Bukankah kamu hanya seorang.."

Dia meminggirkan mobilnya.

"Penjual es maksudmu?"
"Ata, aku ga bermaksud meremehkankanmu. Kalo kamu ga mau jawab gapapa kok,"
"Levinia, aku bukan anak kecil lagi. Jadi aku sudah bisa membedakannya, nanti akan aku jelaskan ya. Setelah kamu bertemu kedua orangtuaku, kasihan kan orangtuaku menunggu lama?"
"Oke sayang" kataku yang begitu pelan
"Apa aku ga dengar?"
"Oke Ata,"
"Bukan itu,"
"Udah ah ayo,"
"Nanti akan aku tagih lagi,"
"Terserah kamu saja,"

Kini aku sudah sampai depan rumahnya, aku sangat kaget, rumahnya sangat besar! Aku tidak menyangka ternyata Ata orang kaya. Lalu bagaimana dia tidak malu mengantar es ke sekolah setiap hari?

"Ayo masuk,"
"Ata aku takut,"
"Orangtuaku hanya mengigit saja," katanya dengan ketawa renyah

Aku hanya membalasnya dengan tatapan sinis.

Dia berjalan,

Aku hanya mengikuti langkahnya saja.

"Mah, Pah kenalin ini Levinia. Calon ibu anak-anakku,"
"Hai Om, Tante. Aku Levinia," aku mencium tangan kedua orangtua Ata.
"Hai Levinia, senang berkenalan denganmu," kata Papanya Ata.
"Udah dong Pah, Levinianya udah laper" Kali ini Mamanya Ata yang bersuara.

Setelah makan malam dengan keluarga Ata sudah selesai, kini sekarang aku sedang dipinggir kolam renang bersama Ata. Dia berjanji ingin menjelaskan kepadaku ditempat ini.

Ata menarik dari dudukku tadi, aku bingung. Maksud Ata apa menarikku hingga berdiri, padahal aku sedang santai-santainya.

"Ata kamu apa-apaan sih,"
"Nanti akan ada kecoa,"
"Nebak lagi?"
"Tuhkan benar ada kecoa,"
"Kok bener lagi sih?"
"Kan aku bilang apa,"
"Abaikan soal tebakanmu, sekarang coba jelaskan"
"Jelaskan apa?"
"Pura-pura lupa"
"Hmm oke oke,"

Dia mulai bersuara,

"Jadi gini, aku memang termasuk orang yang mampu Le. Aku hanya tidak ingin menyalahgunakan kekayaan orangtuaku, memangnya aku salah berjualan es seperti itu?"

Aku menyimak kata-katanya, tidak ada yang salah dengannya. Toh ga masalah juga kan dia berjualan es.

"Tidak kan? Aku hanya ingin tampil sederhana, aku tidak ingin mengumbar-umbar kekayaan orangtuaku seperti halnya anak laki-laki yang lain hanya untuk mencari wanita incarannya, lagi juga buat apa aku mengumbar kekayaan orangtuaku untuk mencari wanita incaranku. Buktinya hanya dengan aku menjual es saja, aku bisa mendapat wanita incaranku. Yaitu kamu."

Aku membeku, aku tidak percaya Ata akan berbicara seperti itu.

"Kenapa harus aku jadi wanita incaranku?"
"Perasaanku memilihmu, anggota tubuhku juga berkata bahwa kamu harus diperjuangkan,"
"Ata, aku bingung mau bicara apa,"
"Coba katakan 'Levinia menyukai cowok penjual es',"
"Cowok penjual es kan banyak, masa aku menyukai semuanya,"
"Yaudah kalo gitu, "Levina menyukai Cowok penjual es dikoperasi sekolah,"
"Kepanjangan,"
"Terus kamu maunya apa?"
"Levinia menyukai Ata,"
"Nama Ata banyak lho,"
"Levinia menyukai Atalanta Planitia,"

Dia tersenyum menghadapku,

"Ata aku capek berdiri seperti ini,"
"Oh iya aku lupa, ayo kita duduk"

Aku diam menatap kosong langit, begitupun dengannya.

"Le, jika suatu saat nanti aku pergi. Kamu sedih ga?"
"Maksudmu?"
"Aku hanya bertanya,"
"Kamu pasti sudah tau jawabannya,"
"Sedih?"
"Pasti. Jangan bicara seandainya deh Ata, kita jalani aja dulu apa yang ada"
"Iya Levinia, tapi kan itu akan terjadi suatu saat nanti,"
"Tidak akan jika kamu tidak ada niat,"
"Mana mungkin aku punya niat meninggalkanmu,"

"Ata.."
"Iya?"
"Kenapa kamu suka menebak? Dan kenapa tebakan kamu selalu benar?"
"Kamu mau jawaban panjang atau pendek?"
"Apa bedanya?"
"Jika jawaban panjang, waktunya bukan sekarang, mungkin aku tidak akan menyampaikan langsung kepadamu, tapi jawabannya memuaskanmu. Dan kalo jawaban pendek sebaliknya, tapi pasti kamu sudah tau jawban pendeknya,"
"Waktu jawaban panjangnya kapan?"
"Suatu saat nanti,"
"Ya sudah aku nunggu jawaban panjangmu saja,"
"Akan lama,"
"Tidak apa,"
"Jawaban pendek saja deh,"
"Aku sudah tau jawabannya,"
"Apa?"
"Hanya menebak saja Le" jawabku dengan gayanya berbicaranya seperti itu.
"Hahahahaha..."
"Ga usah tawa deh,"

Aku hanya membalasnya sinis dengan dia yang tersenyum padaku.


Tbc

Ata & ViniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang