7

32 8 0
                                    

Ata bilang ia hanya pergi untuk hari itu saja, tapi sampai saat ini dia tidak ada kabar. Sudah dua bulan aku menunggunya, sudah 2 bulan aku mencarinya, dan sudah 2 bulan fikiranku tidak karuan karenanya.

Tuhan, untuk apa Kau menyatukan kita kalau hanya untuk dipisahkan?

Aku sudah mencarinya disekolah, dan jawaban semua teman-temannya pun sama. Dia pindah sekolah. Sungguh, pertama aku mendengarnya, aku sangat tidak percaya. Tapi setelah aku menanya ke pihak TU dia benar-benar pindah! Bahkan saat aku tanya dia pindah kemana, semua merahasiakan. Mereka bilang Ata berpesan agar tidak memberitahu siapa-siapa. Aku sangat kesal mendengarnya.

Dia sudah menaburkan pupuk kasih sayang, lalu setelah tumbuh dia cabut begitu saja.

Aku belum puas sampai situ saja, aku mencoba kerumahnya. Namun sama saja, Nihil. Tidak ada Ata dan keluarganya disana, saat aku tanya satpam sebelah rumahnya, dia bilang Ata sudah pindah sekitar 2 bulan lalu.

Aku pulang tanpa membawa apa-apa. Mengapa Ata bisa pindah sekolah dan pindah rumah semudah itu? Dia pindah saat ia kelas 12.

Aku mencoba menghubunginya, namun tidak ada balasan satupun. Aku berfikir dia mengganti nomor, atau mungkin dia sengaja mem-block nomorku.

Tidak ada lagi surat-surat darinya, tidak ada lagi ucapan selamat pagi darinya, dan tentu saja tidak ada lagi es-es darinya.

Tuhan, apa Ata sengaja pergi meninggalkanku begitu saja? Apa Ata sengaja membuat hari-hariku menjadi kacau?

Tidurku menjadi tidak nyenyak karenanya, saat ia kembali tentu saja akan aku minta pertanggung jawaban darinya. Dia tega kepadaku, dia sangat tega.

Notes,

Aku mencintainya mulai awal dia menyatakan, aku mencintainya mulai awal dia membuat hari-hariku lebih berwarna. Dia berjanji akan selalu ada untukku.

'Ata selalu ada untuk Levinia, tenang saja'

Untuk apa ia bilang seperti itu kalau nyatanya dia akan meninggalkanku seperti ini?

Untuk apa ia memperkenalkanku kepada kedua orangtuanya kalau nyatanya dia meninggalkanku seperti ini?

Kalau awalnya aku tau akan seperti ini, lebih baik aku tidak kenal dengannya, lebih baik aku menjadi Levinia yang dulu saja.

Dia tega meninggalkanku, aku juga bisa tega meninggalkannya.

Selamat tinggal Levinia yang terbiasa dengan Ata. Dan, selamat datang Levinia yang terbiasa tanpa seorang Ata.

TTD
Levinia.

✖✖✖

"Vin, gedung baru anak kelas 12 udah jadi lho" heboh Lidya sambil menggoyangkan tubuhku.
"terus aku harus ngapain?"
"ih Vinia, berarti sebentar lagi kita bakal satu gedung kembali dengan kakak-kakak cogan,"

Aku langsung kefikiran Ata, jika saja dia masih disini. Pasti aku akan satu gedung dengannya.

Omong kosong dengan fikiranku, mana mungkin dia balik begitu saja.

"Vin, kok bengong sih?"
"Hm, emang kapan anak 12 nya pindah ke gedung baru?"
"Rabu,"
"Besok dong?"
"Iyaaaa,"
"Oh,"
"Cuma itu saja tanggapanmu?"
"Terus aku harus ngapain, Lidya?
"Kamu seneng kek, loncat-loncat kek, apa kek"
"Emangnya aku itu kamu,"
"Yeuhhh, kok jadi aku sih?"

Aku tidak menanggapi kata terakhir darinya.

Sepulang sekolah aku ada ekskul badminton, ini adalah salah satu untuk menyibukkan hariku agar aku tidak kefikiran dengan Ata lagi. Walaupun aku tetap kefikiran dengannya, tapi setidaknya tidak seperti awal dia meninggalkanku begitu saja.

✖✖✖

"Oke, hari ini sampai sini saja kita latihan. Semangat terus dalam berlatih, kalian pasti bisa!" kata pelatih ekskul badminton disekolahku.

Aku langsung berlari mengambil tasku, aku minum air mineral sambil meluruskan kakiku.

Dari jauh aku melihat ada yang menghampiriku, dia tersenyum padaku. Mukanya tidak asing, aku sering melihatnya waktu dulu.

"Hai," sapanya
Aku melihat ke kanan, kiri, dan belakangku untuk memastikan dia benar-benar menyapaku. Ternyata dia benar menyapaku, karena tidak ada siapa-siapa selain aku dengannya.

"Hm, hai" Aku membalas sapanya.
"Boleh duduk?"
"Oh iya silahkan kak,"
"Lo Levinia kan?"
"Iya kak, ada apa ya?"
"Gue Farhan, anak 12. Pasti lo pernah liat gue kan?"
"Hm iya pernah,"
"Iya dulu gue emang ikut badminton, tapi sekarang di pause dulu lah,"
"Gara-gara kelas 12?"
"Iya salah satunya,"
"Oh,"
"Lo yang deket sama Ata kan?"
"Dulu,"
"Iya gue tau, santai aja sama gue,"
"hehe iya,"
"Lo ga nyariin Ata?"
"Udah,"
"Ketemu?"
"Nihil,"
"Ohiya, gue sahabatnya Ata,"

Kalimat terakhirnya membuat aku senang mendengarnya, bisa saja dia tau keberadaan Ata.

"Kemarin gua ketemu Ata,"
"Seriously?"
"Hm ya,"
"Dimana?"
"Resto,"
"Lo ajak ngobrol ga kak?"
"Tentu lah, gue sahabatnya Vin. Udah berapa bulan gue ga ketemu dia, dan pas ketemu masa gua cuek-cuekan si?"
"Gue boleh nanya ga kak?"
"Tanya aja, jangan yang susah-susah ya"
"Dia pindah kemana?"
"Hm, gue disuruh rahasiain"
"Lho kok?"
"Sorry ya,"
"Iya gapapa kok,"

Aku dan dia diam beberapa menit, sampain dia buka suara.

"Kemarin dia sama cewek,"

Deg, aku langsung lemas mendengarnya.

"Gausah sedih gitu muka lo, tambah jelek,"
"Apaan si kak,"
"Namanya Vinka,"
"Cantik?"
"Masih cantikkan lo kok,"
"Gue serius kak,"
"Biasa aja sih menurut kriteria gue,"
"Siapanya Ata?"
"Pas gue tanya, Ata ketawa doang,"
"Pacarnya mungkin ya, haha,"
"Kata gue sih ga mungkin Ata kaya gitu,"
"Kenapa lo bisa bilang gitu?"
"Gue tau Ata, dia bukan tipe kaya gitu kok,"
"Manusia gampang berubah kak, apalagi cowok,"
"Ga termasuk Ata dan gue,"
"Hm, bisa aja kali,"
"Terserah lo deh,"

kesunyian datang lagi, aku diam dan dia diam.

"Lo ga pulang?"
"Niatnya gitu,"
"Kok ga pulang?"
"Lo ngajak ngomong gue kak,"
"Oh gue ganggu,"
"Ga juga,"
"Ya udah, gue anter pulang yuk,"
"Gue naik ojek online aja,"
"Kalo ada yang mau nganterin kenapa ngga?"
"Yaudah iya,"

Aku udah sampai depan rumah, Aku turun dari motor Kak Farhan.

"Makasih ya kak,"
"Iya, udah jangan mikirin kata-kata gue tentang Ata,"
"Iya kak,"
"Gue jalan dulu ya,"
"Hati-hati kak,"

Dia mengangguk dibalik helm full facenya.

Ata & ViniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang