Chapter [4]

176 31 0
                                    

Hiko dan Ayaka membantu warga memperbaiki kerusakan yang terjadi.

Sora dan Prof. Ryuu menghampiri mereka, "Hiko - san, Ayaka - san, banyak rumah warga yang rusak. Bagaimana cara kita memperbaikinya? Kalau mau membangun rumah yang baru pasti kan lama selesainya dan juga warga mau tinggal dimana?" tanya Sora.

"Ayaka, bagaimana menurutmu?" tanya Hiko.

"Kenapa kakak bertanya padaku?" tanyanya balik.

"Ya, karena kerusakan ini disebabkan oleh hujan badai kita. Jadi, aku harus bertanya dulu kepadamu sebelum mengambil keputusan" jelas Hiko.

"Hmm..., menurutku kita akan membangun kembali rumah warga" ucapan Ayaka membuat Hiko, Sora, dan Prof. Ryuu kebingungan.

"Tapi, warga yang rumahnya sedang diperbaiki mau tinggal dimana?" tanya Prof. Ryuu.

Ayaka melihat ke arah Hiko, "Kak, boleh, ya, kak. Boleh, ya !!" pujuk Ayaka.

Hiko melihat Ayaka lalu menghela nafas, "Huft, iya, boleh" jawab Hiko dengan senyuman.

"Yeay..., Kalau begitu, kapan kita mulai, kak?" tanya Ayaka antusias.

Hiko tersenyum, "Sekarang juga".

Sora dan Prof. Ryuu yng tidak mengerti apa yang terjadi hanya bisa memandang bingung.

"Maaf, maksud dari percakapan Hiko - san dan Ayaka - san tadi apa, ya?" tanyanya.

Ayaka dan Hiko saling berpandangan lalu keduanya tersenyum sangat manis.

"Kita akan membuat membuat rumah baru, namun terbuat dari tanah" jelas Ayaka.

"Dan kita juga akan membuat rumah itu terasa hidup. Contohnya atap, walaupun terbuat dari tanah, akan terlihat seperti atap sungguhan" timpal Hiko.

"Aku sangat setuju dengan ide itu" ujar Prof. Ryuu sama antusiasnya dengan Ayaka.

"Tapi, caranya?" tanya Sora tertarik.

Dia benar - benar sangat penasaran dengan apa yang putri dan pangeran ini lakukan.

"Dengan kekuatan Ayaka" ucap Hiko dan membuat Sora memandang mereka berdua bingung.

Ayaka berdiri di tengah lapangan yang luas. Banyak warga yang melihat apa yang sebenarnya akan dilakukannya. Ayaka mengacungkan jempolnya. Sinyal yang diberikan putri mendapat anggukkan dari Hiko.

"Sora, berapa banyak rumah warga yang rusak?" tanya Hiko.

"Yang rusak parah atau rusak ringan?" tanya Sora.

"Semuanya!!" pertanyaan Sora membuat Hiko kesal.

"Oh..ok. Hmm.... Semuanya ada 10 rumah" lapor Sora.

Hiko hanya mengangguk dan memberi sinyal angka 10 kepada Ayaka yang dibalas dengan anggukan.

Ayaka mengeluarkan sayap malaikatnya. Dia terbang dan melayang di tengah lapangan luas itu. Kedua tangannya direntangkan.

Memusatkan fikiran dan energi di kedua tangan, "Land Housing" ucapnya sembari terbang ke atas.

Tanah yang mereka pijaki bergetar hebat. Sedikit demi sedikit timbul bangun bangun yang membentuk 10 rumah tersebut.

Ayaka POV

Membangun rumah ini sangat menguras tenagaku. Aku harus bisa menahannya. Aku tidak boleh gagal. Aku tidak ingin mengecewakan rakyatku. Aku harus bertahan.

Boommm...

Akhirnya selesai juga. Aku sudah tidak tahan, tapi aku harus membantu rakyatku. Aku... harus... bertahan. Tunggu, kenapa dengan penglihatanku? semuanya kabur dan semuanya gelap.

Ayaka POV end

Warga yang melihat hanya bisa terkejut, 'Sungguh hebat kekuatan putra dan putri dari Magical Kingdom ini'. Mereka sangat mengagumi hasilnya. Sora yang melihat ke arah Ayaka dengan senyuman. Namun, senyuman itu berganti dengan ekspresi kaget, khawatir, dan cemas.

Dia melihat Ayaka jatuh dari langit dengan tak sadarkan diri, "Ayaka - san!!!" teriak Sora.

Hiko yang terkejut mengalihkan pandangannya ke tempat Ayaka berada, namun yang didapati sang putri jatuh dari langit dengan tak sadarkan diri.

"Teleportasi" Hiko langsung menggunakan kekuatannya untuk menolong Ayaka.

Hiko berada tepat di bawah tempat Ayaka jatuh. Dia menangkap Ayaka dan membawanya kepada Prof. Ryuu dan Sora.

"Dia sangat kelelahan. Biarkan Ayaka - san istirahat" ucap Prof. Ryuu.

"Baiklah. Oh iya, tolong jangan panggil kami dengan akhiran -san. Panggil nama saja. Lagipun kami tidak ingin terlalu diagungkan" pinta Hiko.

"Baiklah, jika itu alasannya" jawab Sora dan Prof. Ryuu.

Saat ini Sora dan Hiko duduk bersama di sebuah batu besar. Sebelumnya, Hiko yang sedang menunggu Ayaka sadar melihat Sora duduk sendiri membuat Hiko ingin menghampirinya.

"Sora, kalau boleh tau. Sebenarnya kami ada di mana?" tanya Hiko.

Selama ini dia ingin sekali bertanya, namun waktunya selalu tidak tepat dan sekarang dia bisa meluahkan pertanyaannya membuat hatinya lega.

"Kau sama sekali tidak tau? Sekarang kalian berada di Potions Village. Kenapa bernama Potions Village? Awalnya desa ini tidak bernama, namun Prof. Ryuu berusaha melihat bakat warga di sini. Aku juga ikut membantunya waktu itu. Sampai akhirnya kami tau kalau bakat orang desi di sini adalah membuat ramuan. Sejak saat itu, desa ini bernama 'Potions Village' atau desa ramuan. Ya, secara singkat bisa dibilang begitu ceritanya" jelas Sora.

"Lalu, bagaimana kamu bisa ada di padang rumput itu?" tanya Hiko.

"Oh, padang rumput itu. Beberapa bulan yang lalu, Hiro - sama dan Ayame - sama datang ke desa ini dan bertemu Prof. Ryuu. Mereka meminta agar Prof. Ryuu menjaga putra dan putri mereka jika suatu saat terjadi peperangan. Prof. Ryuu menyanggupinya. Setelah Hiro - sama dan Ayame - sama pulang, Prof. Ryuu menyuruhku untuk menjemput kalian. Sejak saat itu, setiap harinya aku mendatangi padang rumput itu" jelas Sora.

Hiko terkejut ternyata orang tua mereka sudah merencanakan ini, "terima kasih, Sora" ucap Hiko dengan senyuman dan mendapat anggukan dari Sora.

Matahari mulai terbenam. Hiko dan Sora menikmati pemandangan yang terdapat di hadapannya.

"Hiko, Sora....!!!" ternyata Prof. Ryuu yang memanggil mereka dengan berlari kecil.

"Ayaka sudah sadar dan dia mau kalian membantu warga kembali" ucap Prof. Ryuu.

Hiko dan Sora mengangguk, lalu berjalan ke arah Ayaka yang memanggil mereka dengan lambaian. Mereka mulai membaantu warga dari mengecat rumah, menata perabotan, dan lain - lain. mereka melakukannya dengan gembira tanpa rasa terpaksa. Semuanya merasa gembira.

Namun, tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang menatap mereka dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Tunggulah pembalasanku..."

Putri Kristal KehidupanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang