Camila mematutkan diri di depan cermin. Menatap pantulan wajah nya yang cantik di cermin, bergegas pergi ke tempat kerjanya.
Entah mengapa akhir akhir ini, gambaran wajah Christ membuat pipinya bersemu merah.
Rambutnya yang tergerai sebahu terbang sehelai demi tertiup aroma pagi.
Di hirupnya udara segar pagi itu, wajahnya kembali merona saat terkenang kejadian semalam saat Christ mengajaknya jalan jalan di tepi pantai sambil sesekali meremas lembut jemarinya.
Camila meraba bibir nya, dan terkesiap sendiri, saat hatinya berdebar debar. Seolah olah bibir Christ yang lembut dan manis masih ada di sana. Rasanya masih tertinggal.
Cinta...
Bolehkah aku merasakan cinta...
Benarkah ini...Camila menggeleng pelan. Serupa mendung kenangan lama itu menyeruak. Melingkupi wajahnya dengan kesedihan yang membumbung.
Mengguratkan kembali kebekuan yang selama ini dia tampilkan. Camila mempercepat langkah menuju ke ruangannya.
Saat dia membuka pintu ruangan, senyum Christ meyambutnya hangat.
Camila merasakan darahnya berdesir.
No... cinta hanya akan membuatmu sakit.
Sebuah suara seolah berbisik di dalam kepalanya.
Cinta apa? Cinta siapa? Tak ada cinta untukmu.
Suara itu kembali menggema. Camila segera berjalan dalam diam di mejanya. Kembali berkutat dengan tumpukan kertas di hadapannya.
Bip.
"Selamat pagi. Sudah sarapan?"
Christ mengirim pesan. Camila terdiam. Menatap layar di ponselnya. Suara suara di kepalanya kembali terngiang.
Ahh... cinta yang sakit. Teramat sakit. Camila menghela nafasnya dalam
"Saya mohon, hubungan kita hanya sebatas rekan kerja. Tidak lebih dari itu."
Sebuah pesan terkirim ke Christ.
Tak ada suara, ketika tiba -tiba Christ sudah berdiri di depan mejanya.
"So?" Tanya Christ meminta penjelasan. Camila mencoba menata debaran hatinya. Dia hanya diam menekuri kertas di hadapannya.
"Apa ini tentang lelaki yang di stasiun kereta kemarin?" Pertanyaan Christ menorehkan perih di hati Camila. Tapi Camila hanya terdiam. Tak ada kata. hanya kebisuan yang dalam.
Menyadari Camila tak akan mengucap sepatah kata. Christ berlalu pergi.
Camila merasakan pipinya basah oleh tetes hangat yang tak lagi mampu di tahan. luka lama yang kembali menganga. Camila menangis tertahan. Tubuhnya berguncang, perlahan isakan menggema di ruang kerja yang sepi itu.
Tak ada cinta untukmu. Tak ada.
Suara-suara di kepalanya menggema, mencengkeram sepasang sayapnya yang telah siap mengembang.
Kenangan akan Dion kembali datang. Cinta pertamanya yg membawa petaka, merenggut semua senyuman. Menghantuinya dengan rasa bersalah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Pain
RomanceProlog Sore itu langit sedang bergemuruh. Diantara awan berwarna abu-abu pekat, Camila mendesah bosan di meja ruang kerjanya. Pekerjaannya sebagai admin di sebuah kantor pemasaran Brand Broadbrand ternama sudah selesai semenjak tadi. Camila melirik...