Bagian 1

35 11 4
                                    


Gadis berkulit hitam manis, bermata bulat tajam, bertubuh sedang semampai, beralis tebal indah, dan berambut panjang itu tersenyum-senyum sendiri sambil menatap sebuah album foto. Sudah tak terhitung berapa kali ia membulak-balik halaman-halaman album foto-foto masa kecilnya itu. Di banyak foto yang terdapat di album itu, terlihat dia sedang bersama seorang anak laki-laki, ada yang saling merangkul, ada yang sedang bertengkar, ada yang sedang saling ejek, sampai ada yang saling menjewer kuping.

    Setelahpuas melihat album itu, kemudian dia membuka laptopnya, dan melihat-lihatfoto-foto dirinya dengan anak laki-laki yang di album tadi setelah dewasa,kembali dia tersenyum manis saat melihat foto-foto tersebut, "Darwin, ah seandainyakau tahu kalau sedang menunggumu, selama bertahun-tahun ini aku menunggumu!Tapi kenapa kau selalu tidak faham akan maksud hatiku ini? Ga mungkin kan kalo akuyang memulai duluan?" gumamnya dengan bibirnya tipis dan merah ranum.    

Tetapi kemudian muka gadis itu berubah menjadi cemberut "Selain itu, kamu tuh nyebelin banget! Dari kecil kamu selalu saja mengganggu dan menggodaku, kamu ga pernah sekalipun nganggap aku serius! Kamu Cuma nganggap aku sahabat sekaligus musuhmu sejak kecil huh!" gumamnya dalam hati sambil mendengus menahan kesal.

Ketika dia sedang asyik tenggelam dalam lamunannya, tiba-tiba ada suara memanggilnya dari bawah "Nis! Nis! Ini ada Mutia!".

Anisapun segera terbangun dari lamunannya, lalu ia menutup laptopnya dan membereskan album-album fotonya, dan turun menyambut seorang gadis bergaya tomboy, berambut pendek, yang badannya lumayan kekar yang datang berkunjung, "Eh Mut, lu kok mau dateng ga ngasih kabar dulu? Sms dulu napa?" tanya Anisa yang logat Jawanya jelas terdengar pada Mutia.

Mutia menjawab sambil cengengesan dan memegang kepalanya "Eh sory Nis, soalnya gue ada keperluan mendadak ama elu!" jawab si tomboy.

"Keperluan mendadak apaan?" tanya Anisa.

Mutia nampak sungkan untuk menerangkan maksudnya itu "Eh itu anu... anu...".

"Anu apa?" tanya Anisa lagi dengan menaikan alisnya sebelah.

Akhirnya Mutia menjawab juga dengan tetap cengengesan "Anu... Anu Nis, gue lagi bokek, maklum anak kost di tanggal tua, kiriman dari ortu belum ada".

Anisa sudah bisa menebak maksud Mutia, inilah kebiasaan Mutia tiap akhir bulan pada teman-temannya, "Hooaaammmm... Terus?" tanya Anisa lagi dengan nada suara malas.

"Gue belum makan Nis hehehe..." jawab Mutia sambil tetap cengengesan dan memegang tangan Anisa.

"Huh udah gue duga, ayo dah masuk!" jawab Anisa sambil mempersilahkan Mutia masuk.

Di waktu yang sama, disebuah ruangan rumah sakit, seorang pria bertubuh pendek kecil namun cukup tegap, berambut rapih dan berkacamata duduk termenung dengan jantung berdebar. Beberapa saat kemudian datanglah seorang dokter dengan membawa hasil pemeriksaan pria itu. Sang dokter lalu duduk dikursinya dan menghela nafas panjang dengan wajah muram "Win, menurut diagnosa dan hasil CT Scan ini...".

Dokter Yudi terdiam tidak meneruskan ucapannya, namun Darwin sudah bisa menebak apa yang akan dikatakan dokter Yudi, Ruhnya serasa melayang terlepas dari raganya ketika mengetahui gelagat itu walaupun dia sudah mempersiapkan dirinya, tapi untuk lebih meyakinkan hatinya, ia bertanya juga "Bagaimana dok? Tolong sampaikan yang sebenarnya!".

Dokter Yudi menghela nafas panjang lagi, kemudian ia menatap mata Darwin "Win maaf, dari hasil diagnosaku dan CT Scan ini kamu positif menderita Tumor Otak! Dan tumornya sudah parah, tumor ini membentuk seperti sebuah telapak tangan dan menjalar ke seluruh otakmu, dan secara perlahan merusak fungsi otakmu!".

Dance With LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang