Anisa, Mimi, Fina, Togar, Dony dan yang lainnya mengikuti Darwin ke dapur, mereka semua merasa kasihan dan prihatin kepada Darwin, ya mereka bisa ikut merasakan galaunya hati Darwin pada saat itu karena peristiwa yang tidak pernah ia duga sebelumnya. "Lu ga apa-apa Bro?" Tanya Dony sambil menepuk bahu Darwin.
"Ah ga apa-apa kok Bro!" jawab Darwin sambil tersenyum, namun senyumnya terlihat jelas amat dipaksakan.
Mimi menghampiri Darwin dan duduk disebelahnya "Win, maafin aku ya, semuanya gara-gara aku! Coba kalau...".
Darwin segera memotong ucapan Mimi yang sedang menyalahkan dirinya sendiri tersebut "Sssttt... Sudahlah Mi! Kamu ga salah kok, aku menolongmu dengan ikhlas, dengan senang hati malah! Dan masalah si Jelal itu, emang orang kaya Jelal harus diberi pelajaran biar kena batunya!".
"Tapi kamunya kan jadi dapet masalah sama Mamah kamu, aku jadi merasa bersalah banget!" ucap Mimi yang matanya mulai memerah lagi.
Darwin segera merangkul sahabatnya yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri itu, hati Anisa mendesir ketika melihatnya "Mimi udah dong! Kamu ga usah menyalahkan dirimu sendiri kaya gini!".
Mimi terdiam, hanya bahunya saja yang mulai berguncang, Darwin menghela nafas "Mimi, kamu itu sahabat baikku yang sudah aku anggap seperti adikku sendiri! Kalau kamu sedih, aku juga jadi ikut sedih!".
Anisa yang mendengar itu langsung merasa lega! Hatinya yang tadinya sudah panas, perlahan mulai sejuk kembali! Namun perasaan bersalahnya pada Darwin mulai mengemuka karena ternyata ia sudah salah sangka, dan perasaan tidak enak pun terbit kepada Hasan karena ia sudah menggunakannya sebagai 'alat pemanas' untuk Darwin, maka ia pun melirik pada Hasan "San, keluar bentar yuk, ada yang mau aku omongin!", hati Hasan merasa tidak enak mendapat ajakan Anisa tersebut, dia seperti mendapat firasat yang tidak baik, namun akhirnya dia hanya mengangguk saja mengiyakan ajakan Anisa tersebut.
Sementara itu, mata Mimi masih menitikan air mata "Tapi gimana dengan masalahmu sama Ibumu Win?".
Darwin terdiam sejenak, ia lalu menatap ke langit-langit dapur café itu "Dulu Ayahku meninggal karena penyakit kanker darah, satu-satunya cara untuk menyelamatkannya adalah mendapatkan sumsum tulang belakang yang cocok dengan Ayahku, pada saat keadaan Ayahku semakin kritis, akhirnya pihak rumah sakit menemukan donor sumsum tulang belakang yang cocok yakni seorang perempuan yang sedang hamil.
Perempuan itu menolak mendonorkan sumsum tulang belakangnya karena sedang mengandung anaknya, mengetahui penolakannya itu, Ibuku bertekad untuk menglakukan semua cara agar mendapatkan sumsum tulang belakangnya, namun Ayahku melarangnya karena penolakannya itu adalah hak bagi si pendonor itu.
Karena tidak menemukan donor tulang sumsum lain yang cocok, akhirnya Ayahpun meninggal, dan sebelum meninggal ia pernah membisikan Sesutu padaku yaitu 'Jadi Orang Bodoh yang Hanya Membantu Orang Lain!'".
Darwin lalu menoleh pada Mimi yang terdiam mendengar cerita Darwin tersebut "Sayangnya Ibuku tidak mendengar pesan terakhir Ayahku itu, kalau Ibuku mendengarnya mungkin dia akan menjadi orang yang berbeda dengan yang sekarang!".
"Tapi maksudnya Jadi Orang Bodoh yang Hanya Membantu Orang Lain itu apa Win?" Tanya Mimi.
"Dulu aku juga tidak mengerti apa maksudnya, aku baru mengerti maksudnya baru-baru ini, ketika aku mulai memahami arti hidup yang diberikan oleh Tuhan kepada kita, yaitu Hidup bukan berarti menang atau kalah, hidup bukan berarti menjadi "Figur", hidup bukan berarti hanya menjadi sumber inspirasi, tetapi bagaimana kita ikhlas dalam berusaha melakukan yang terbaik sebagai manusia insan Tuhan, insan sosial, serta insan dengan alam semesta, dan nilai yg paling tinggi dari suatu kehidupan itu adalah proses ketika dia berusaha melewati setiap prosesnya menuju akhir, menjadi insan yang welas asih dan senantiasa berguna bagi mahluk lainnya, walaupun mungkin orang lain akan menganggap kita orang bodoh karena melakukan hal ini" jelas Darwin dengan panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dance With Life
RomanceAnisa akhirnya menyadari bahwa cinta sejatinya adalah Darwin, sahabatnya semenjak dari masa kecil, demikian pun Darwin, lama ia memendam perasaannya pada Anisa karena merasa takut perasaannya akan merusak persahabatannya dengan Anisa, mereka sempat...