"Aku hanya ingin bersamamu."
[GOT7-Fly]–––
Ohna'94_storyline
Beautiful poster by Chuly Design–––
Waktu terus berjalan cepat mengubah arah juga warna kelam kota. Kehancuran sudah jelas terlihat. Misi pun telah usai. Namun, perasaan hati masih terus berlanjut.
Setelah insiden berlarian menghindari polisi, aku hanya terduduk lemas di kursi belakang. Mengatur napas sembari melihat ke samping, tempat di mana pria-ku sedang duduk memejamkan mata.
Aku tersenyum malu mengingat kejadian beberapa menit yang lalu. Dimana dia baru akan menyalurkan perasaannya padaku.
Saat itu aku tergeletak di atas tubuh kekar Jaebum. Sedangkan pria itu terlihat terkejut juga menampilkan ekspresi aneh. Pikiran kotor sudah memenuhi otak ketika kepala Jaebum perlahan semakin mendekat ke arahku.
Beberapa centi lagi. Bahkan deru napas teratur pria itu sudah mengenai wajahku. Berhembus dan menghipnotis tubuh untuk menurut pada semua yang pria itu suruh.
Hingga mobil tiba-tiba mendadak berhenti. Alhasil, aku terjatuh ke depan. Semua harapan hilang sudah. Tentang alasan pria brengsek bernama Jungkook itu mengerem, aku tidak tahu. Apakah dia sengaja melakukan ini? Maknae bodoh!
Aku terus mengutuk pria gigi kelinci itu setelah insiden ini. Jaebum hanya mengelus puncak rambutku, berniat menyuruh untuk diam. Dengan berat hati, bibir ini terkatup.
Sampai sekarang, aku masih memirkan insiden itu. Betapa bahagianya aku jika saja mobil tidak berhenti mendadak. Semua ini karena pria itu! Oh astaga, bahkan aku sudah beratus kali mengutuknya.
"Kau baik-baik saja?"
Aku menoleh, menatap sosok tampan yang tengah duduk di samping menampilkan senyum manisnya. Tersenyum sambil mengalihkan pandangan lalu mengambil secangkir teh di atas meja. Ya, sekarang aku berada di markas The Devil. Tetapi, sejak turun dari mobil, aku tidak melihat pria itu.
"Dimana ketua?" tanyaku sembari memasukkan teh ke mulut sembari meliriknya sekilas.
"Dia pergi dengan Taehyung. Mungkin sedang merayakan keberhasilan misi ini."
Hampir saja teh di mulutku keluar jika saja Chanyeol tidak segera menutup mulut ku dengan tangannya.
"Aku bisa mengantarmu ke sana."
***
Lampu berkerlip, membuat cahaya meremang. Suara dentuman musik terdengar meriah memenuhi ruangan. Juga banyaknya manusia yang asyik menari mengiringi semua itu.
Terlihat sang DJ sangat mahir memainkan benda berbentuk lingkaran tersebut. Sehingga bisa membuat musik terdengar mengalun, mengajak makhluk di sana untuk menari.
Aku mengangguk mengerti saat Chanyeol memberi kode bahwa ia pamit pergi menemui temannya. Pandangan ini mengedar, mencari sosok pria yang ku cintai.
Berjalan pelan seraya melihat sekeliling. Mata ini menajam seiring langkah terus masuk ke dalam. Beberapa kali aku menabrak bahu seseorang yang tengah menari juga tak sadarkan diri alias mabuk.
BRUK!
Bahuku terasa sangat nyeri saat tertabrak dengan seseorang di depan ini. Aku pun meringis pelan sambil memgangi bahu kiri.
"Mian—oh, kau?" Mataku mendelik menemukan pria gigi kelinci ini. Tentu saja aku masih kesal dengannya.
Dia mendekat dengan tubuh sempoyongan. Rautnya sangat mengerikan, dia bahkan tertawa sendiri seperti orang gila.
"Menarilah bersamaku, baby."
Tangannya merayap ke kulit pergelangan tanganku. Segera ku tepis dengan sorot mata menusuk. Tetapi tetap saja, pria itu semakin gila. Badannya terus mendekat, spontan aku memundurkan langkah.
Bibir ini selalu terbuka, berucap kepada pria tersebut, berniat menyadarkannya. Percuma. Dia masih melakukan aktivitasnya, tanpa sekejap di hentikan.
"Jungkook!"
Berteriak kencang ketika tubuhku sudah berada tak jauh darinya. Bau alcohol seketika menyengat indra penciuman. Pria ini sudah mabuk berat.
DUGH!
Sebuah pukulan mendarat tepat di kepala Jungkook. Akhirnya, pria itu tergeletak sebelum bibirnya menempel sempurna di bibirku.
"Jae—"
"Kau tidak apa-apa?"
Perkiraanku salah besar. Dia bukan Jaebum, kekasihku. Orang yang menyelamatkanku adalah orang lain. Ini menyakitkan. Dada terasa sangat sesak. Air mata hampir saja terjatuh dengan bebas.
"Kekasihmu ada di sana." Pria itu mengarahkan telunjuk ke sebuah tempat remang.
Ya, ruangan ini memang sudah remang. Namun, arah tunjukan Taehyung memiliki pencahayaan sangat minim. Apa yang dilakukan Jaebum di sana?
Aku berterimakasih kepadanya. Taehyung begitu baik padaku, berbeda dengannya, pria menyebalkan. Tapi, kenapa hati ini tidak bisa menjauh darinya sedetik pun?
Aku mulai melangkah, berjalan menuju tempat arahan Taehyung. Semoga ucapannya adalah kesalahan. Itu adalah harapan ku.
Namun, ketika langkah ini hanya berjarak beberapa meter dari sana, kaki bergetar. Pergerakkan pun terhenti. Dada mulai kembali sesak. Air mata sudah jatuh bercucuran. Sakit, sangat sakit. Hancur sudah harapanku. Semuanya lenyap saat indra penglihatan menangkap perlakuan pria itu.
Lidahku bahkan kelu hanya untuk memanggilnya. Apalagi berteriak bahwa pria itu adalah kekasihnya. Sepertinya, sekarang adalah jawaban dari semua teka-teki pria itu.
Dalam sesenggukan, aku akhirnya memberanikan diri untuk buka suara. Semoga, ini berhasil membujuknya kembali kepadaku.
"Jaebum—"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER IM [COMPLETED] √
FanfictionAku terlalu mencintaimu, hingga semua yang ku punya, aku serahkan sepenuhnya padamu.