Bab III : Always Together

34 5 1
                                    

"Dia membuatku gila. Mengapa hatiku berpacu?"
[EXO-Monster]

–––

Ohna'94_storyline
Beautiful poster by Chuly Design

–––

Angin berhembus semakin kencang. Sejak kepergian lelaki tampan tersebut, hawa di sekitar menjadi panas. Meskipun, tidak ada matahari di sini, juga angin malam terus menyembur, tubuhku seakan memeluk segumpal api. Entah apa yang membuat suasana ini menjadi menyeramkan.

Pandanganku mengarah ke samping, tepat menatap manik mata elang pria pujaan, Jaebum. Bahkan kami saling bertatap dalam diam sangat lama. Mencoba berbicara lewat mata.

"Jadilah kekasihku—"

Seperti petir menyambar tubuh, aku terpaku. Hampir saja terlonjak kaget. Ternyata, hawa panas ini menandakan sesuatu. Ya, ucapan pria ini lah jawaban dari semuanya.

Apakah sekarang aku bermimpi?
Atau masuk ke dalam dunia fantasi?

Mengapa terasa sangat nyata?
Inikah yang di sebut kenikmatan dunia?

Aku kembali menatap Jaebum setelah lama berkelayapan dalam imajinasi. Pria itu bersikap biasa, tanpa ada kegugupan, rasa bahagia, ataupun raut kecemasan. Hanya ekspresi dingin yang dia perlihatkan. Dia pun menatap mataku sekilas, kemudian mengarah ke depan. Mengembuskan napas panjang, lalu menunduk.

Kebahagiaan runtuh secara perlahan saat mata elang Im mengarah tajam ke arahku. Sangat menusuk hingga ulu hati. Menyisakan sakit dan pedih yang luar biasa dahsyat. Ada apa ini? Apakah dia mengatakan kekasih hanya berpura-pura?

"Lupakan hal tadi. Aku hanya—"

"Ya!"

Aku memotong pembicaraan spontan. Tidak sanggup, telinga ini mendengar kebohongan besar yang akan Jaebum katakan. Sudah cukup pilu selama ini merasakan dia mempermainkanku. Membiarkan diri rapuhku terjebak di dalamnya.

Menyakitkan. Aku berada di sana, selalu di hatinya, namun tidak pernah sekilas pun dia melihat atau sekedar melirik. Dia lebih fokus 'bermain' untuk membayar hawa nafsunya.

Semuanya memang salah. Terlebih aku yang mencintai dirinya. Rasa cinta telah membutakan jiwa dan raga. Bahkan, jika bisa, aku akan berkorban nyawa hanya untuk Jaebum. Sangat gila memang, tapi itulah yang dinamakan pengorbanan cinta.

Jangan salahkan siapapun. Resiko harus di terima. Jika aku berani mencintai, berarti aku juga harus berani sakit hati.

Aku berjalan mendekat ke arahnya sembari memandang sendu. Butiran suci ini akan menetes sebentar lagi.

"Aku akan menjadi kekasihmu. Mengabdi kepadamu. Menjadi teman sekaligus keluarga untukmu, Im."

Air mata sudah menetes deras. Aku gadis lemah yang tidak bisa menahan kesedihan sekecil ini. Sedangkan pria itu masih enggan mengganti raut wajahnya.

"Aku bisa membahagiakanmu dengan caraku. Aku juga siap berkorban untukmu—" Aku berhenti, mengambil napas panjang untuk mengatur detak jantung. "Termasuk nyawaku."

Jaebum akhirnya merubah ekspresi. Pandangannya menyendu. Secepat kilat, dia menarik lalu merengkuh tubuhku yang bergetar. Mendekap sangat erat sembari mengelus lembut surai hitam milikku.

"Im—"

Aku memanggilnya dengan suara serak. Sudah lama setelah dia memelukku, menangis adalah kegiatan yang ku lakukan. Kehangatan tubuhnya membuatku ingin sekali memiliki dia seutuhnya.

Jaebum berdehem, menjawab panggilanku. Pelukan ini terlepas. Aku menatapnya, dengan cairan bening masih mengalir di pipi. Jaebum pun membalas menggunakan ekspresi sama seperti di awal, dingin.

"Berjanjilah untuk selalu bersamaku."

Dia mengangguk pelan sebelum terdiam lama. Langit menjadi saksi bisu atas insiden ini semua. Kisah cintaku akan segera di mulai.

***

Kota Gangnam berubah riuh tatkala suara tembakan terdengar nyaring, mengiang di seluruh penjuru. Genk kriminal peringkat pertama tersadis sedang beraksi di daerah terbesar Korea Selatan ini.

Mereka berhasil membobol beberapa Bank yang ada di sana. Sangat ahli mengotak-atik, hingga uang berterbangan di jalan. Segera mereka mengambil alat pembayaran tersebut, memasukkannya ke karung besar. Sisanya, mereka menghancurkan bangunan-bangunan kecil, seperti apotik, cafe, dan toko lainnya yang tak jauh dari Bank.

Suara sirine berhasil memporak-porandakan mereka. Dengan gesit berlari, melewati belokan dan tunjakan. Beberapa dari mereka akhirnya bisa kabur tanpa terserang polisi.

Namun, ada beberapa anggota masih terperangkap di salah satu Bank. Termasuk aku bersama Chanyeol dan Taehyung. Kami bertiga terdiam, mengatur napas di dalam ruangan pengap ini.

Pandanganku mengedar kemana-mana, mencari sesuatu mencurigakan.

"Tae! CCTV!"

Pria tampan itu mengangguk lalu segera mengarahkan tongkat yang dibawanya ke atas, tepat pada benda seperti kamera pojok atas.

BRAK!

Polisi yang kebetulan tak jauh dari sana menolehkan pandangan ke arah tempat kami. Betapa bodohnya aku tidak menyadari keberadaan polisi di sekitar.

Aku mendesah, kemudian berlari cepat keluar ruangan untuk menyelamatkan diri. Terlihat beberapa polisi mengejarku. Namun, suara tak asing mengganggu aktivitas. Aku pun menoleh, menemukan wajah kekasihku sedang melambaikan tangan, memberi kode untuk segera berlari ke arahnya.

Aku pun mengangguk mengerti. Dengan menggunakan kekuatan yang masih tersisa, aku berlari ke arahnya. Kemudian melompati beberapa reruntuhan, lalu menggapai tangan terulur Jaebum. Dia menarik kuat lenganku sehingga melayang dan terjatuh di pelukannya.

Pintu mobil tertutup, melaju dengan kecepatan tinggi. Akhirnya, The Devil telah sukses mengerjakan tugas. Tanpa ada yang ditangkap ataupun terluka.

Tanpa ku sadari, posisi kami masih sama. Aku tergeletak jatuh di atas tubuh kekasihku, Jaebum. Ia tidak beranjak sama sekali, begitu juga denganku. Seperti ada magnet di antara kami. Jarak pun semakin terkikis seakan ada seseorang mendorong kepala kami.

Hingga—

TBC

MONSTER IM [COMPLETED] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang