CHAPTER 04

64 4 1
                                    


Nadeeva, gadis itu masih menatap langit langit kamarnya tersenyum kecil mengingat bantuan yang diberikan oleh orang yang baru dua hari ini ditemuinya.

"Deev, kamu kok senyum senyum gitu?" tanya Fiona -sang Mama- menghampiri Nadeeva yang sekarang tengah membetulkan posisinya untuk duduk di Queen size nya.

"Eh Mama, nggak apa apa kok Ma." ujar Nadeeva tersenyum ke arah Mama nya, Mamanya hanya mengangguk dan tersenyum kecil. "Besok malam ikut Mama ya sayang, kita diundang makan malam sama keluarga Pratama." ujar Fiona mengelus puncak kepala Nadeeva.

Nadeeva mengangguk sekali, "Emangnya harus ya Ma? Formal nggak? Kalo formal Deeva nggak ikut." Mama nya menggeleng pelan "Enggak kok, acaranya biasa aja... Cuma keluarga kita sama keluarga Pratama aja kok." ujar Mama nya yang diangguki Nadeeva.
.
.
.
Mentari sudah menampakkan sinarnya, menggantikan tugas sang rembulan menyinari bumi. Nadeeva masih bergelung manja pada selimut nya, gadis itu enggan untuk beranjak dari alam mimpinya.

"Sayang, bangun dong... Ini udah siang tau, kamu nggak sekolah?" tanya Mama nya menggoyangkan lengan Nadeeva, wajah Nadeeva menghadap ke Mama nya tetapi matanya masih tertutup.

"ASTAGFIRULLAH! KAMU ABIS BERANTEM?" pekik Fiona yang melihat sudut Nadeeva yang berwarna ungu, dan pelikan itu membuat Nadeeva terlonjak kaget, Nadeeva langsung terduduk di kasur nya. "Duh, Mama kenapa teriak. Jam berapa sih?"

Nadeeva melirik jam weker disampingnya, dan mata Nadeeva membola tak percaya. Jam sudah menunjukkan pukul 06.05 WIB, ia harus segera siap siap untuk kesekolah sekarang. "Nadeeva jawab Mama dulu, kamu abis berantem?" tanya Fiona sekali lagi.

"Mama, tanyanya nanti aja ya... Deeva telat Mama." ujar Nadeeva segera turun dari tempat tidurnya dan segera masuk ke dalam kamar mandi yang ada di kamarnya.

Nadeeva bersiap siap tak perlu waktu lama, ia mengecek buku buku dan mengambil ponsel yang ada di nakas, tak lupa pula ia mengambil kunci motornya, setelah di rasa sudah semua. Ia segera turun ke lantai dasar dengan cepat, papa nya saja sampai menggelengkan kepalanya melihat putri semata wayang nya itu sedang terburu buru.

"Berangkat sama Papa ya?" ujar Nadeeva memelas, dan tentu saja Papa nya sangat dengan senang hati mengiyakan. Sejujurnya Papa nya juga agak takut saat Nadeeva mengendarai motor sendiri.

"Dengan senang hati sayang."ujar  Andrew -Sang Papa- tersenyum ke arah  putrinya, ya saat ini Nadeeva sedang malas untuk mengendarai motornya. Jadi, ya seperti ini dia ikut dengan Papa nya.

***

"Ciee... Tumben dianter, biasanya juga mandiri." ujar Veera menyenggol lengan Nadeeva, Nadeeva tersenyum tipis menanggapi ucapan sahabatnya itu.

"Lagi males naik motor gue." ujar Nadeeva yang diangguki Veera, mereka berjalan menuju kelas mereka. Nadeeva berjalan memasuki ruang guru sebentar dan Veera menunggunya di luar.

Setelah selesai, Nadeeva kembali berjalan menuju kelasnya. "Vee, gimana keadaan kelas? Udah lama gue nggak ikutan diskusi kelas." ujar Nadeeva, Veera terkekeh pelan "Biasa, ribut dikit lah... Apalagi bentar lagi Class meeting, jadi ya gitu." ujar Veera.

"Kebiasaan kelas kita itu mah." Nadeeva terkekeh bersama Veera, tak terasa sekarang mereka sudah sampai di dalam kelas. Biasa, suasana sedikit ricuh.

"Lo abis berantem ya? Sudut bibir lo ungu gitu."ujar Veera menekan sudut bibir Nadeeva, membuat sang empunya mengaduh kesakitan.

"Sakit tau!" gerutu Nadeeva, Veera menyengir lebar dan meminta maaf, "Maaf atuh neng." ujar Veera menggunakan logat sundanya, ya... Veera merupakan warga asli Bandung, ia dan keluarga nya tinggal di jakarta sekarang.

"Lo lucu kalo kaya gitu Vee." ujar Nadeeva terkekeh geli, Veera tertawa mendengar ia menggunakan bahasa lamanya.

————

"Kamu kenapa nggak pake dress sih Deev, kan biar sopan... Kalo kaya gini kesannya gimana gitu." omel Fiona pada putrinya yang sama sekali tidak mau memakai dress dan sekarang mereka sudah sampai di depan pintu rumah Keluarga Pratama.

Seorang gadis membukakan pintu, sepertinya masih SMP... "Hai tante Fiona, Om Andrew... Mari masuk." ujarnya yang diangguki oleh kedua orang tua Nadeeva.

"Hai Kak, gue Sisil." ujarnya mencium punggung tangan Nadeeva, "Gue Nadeeva." ujar Nadeeva dan Sisil mengajak Nadeeva ke arah taman belakang. Penampilan Sisil tak jauh berbeda dengan Nadeeva, bedanya Sisil memakai lipstik tipis dan bando dikepalanya kalau Nadeeva tak memakai nya.

"Hai Tante, Om..."sapa Nadeeva pada kedua orang tua Sisil yang tak lain adalah sahabatnya orang tuanya.

" Hai sayang, nama tante Lenny. Dan ini suami Tante Om Hendra."ujar Lenny memperkenalkan diri, Nadeeva mengangguk mengerti. Menyalami tangan keduanya dan duduk disamping Mama nya.

"Maaf ya Len, anak gue agak tomboy. Nggak mau pake dress dia." ujar Fiona dan Lenny tersenyum mengerti "Anak gue juga gitu Fi, oh ya... Anak kembar gue belum turun juga ternyata." ujar Lenny.

"Panggil Kakak kamu Sil." suruh Lenny yang diangguki Sisil. Beberapa menit kemudian Sisil datang dengan sosok yang familiar dimata Nadeeva. Hanya saja style rambutnya yang berbeda.

"Kenalin nih Lang, anaknya tante Fiona." suruh Lenny, anaknya itu menghampiri Nadeeva "Gue Galang."

"Gue Nadeeva."

"Gilang, sini kamu... Kenalan dulu sama anaknya tante Fiona."

"Elo!" pekik Nadeeva, "Ah sorry, maksud gue, ngapain lo disini?" ujar Nadeeva mengubah ekspresi nya. Gilang terkekeh pelan melihat ekspresi Nadeeva.

"Perlu kenalan lagi nggak nih? Gue Gilang Pratama." ujar Gilang mengenalkan diri, mengulurkan tangannya Nadeeva menjabat tangan Gilang "Gue Nadeeva Revanna." ujar Nadeeva meremas kuat tangan Gilang dan tersenyum tanpa dosa.

"ADUH!"

***

Hai gaesss...
Vote+comments yaa...

NADEEVA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang