CHAPTER 03

78 7 2
                                    

Happy Reading
_________________

Gilang pulang kerumahnya dengan keadaan berantakan, wajahnya yang dipenuhi lebam lebam. Meskipun begitu, orangtua nya tidak akan perduli... Yang di perdulikan hanya pekerjaan saja.

"Bik, tolong ambilkan es di kulkas ya... Bawa ke kamar Gilang." ujar Gilang tanpa menoleh ke arah orang yang diajak bicara, setelah itu dia segera menuju kamarnya.

Sesampainya dikamar, ia melemparkan tasnya dan mencopot sepatu, tak lupa pula ia mengganti pakaiannya.

Tok tok tok...

"Den, ini es nya..." ujar Bik Minah, Gilang membuka pintu kamarnya dan mengambil nya, tak lupa pula ia mengucapkan terimakasih sebelum menutup pintu kamarnya.

Ia menempelkan es itu ke luka luka lebamnya, terasa dingin... Ia mengambil ponsel nya yang ada di kantung celana nya, mengamati layar ponsel yang menampilkan sebuah kontak. Ia yakin, hanya dengan mempunyai kontak itu, ia juga akan tau semua sosmed yang cewek itu punya.

"Gue pasti bisa dapetin elo! Nadeeva." gumam Gilang, membuka Line dan mencari kontak Nadeeva. Ternyata ada, ya lagi lagi Gilang tersenyum kecil.

NADEEVA

• Hai, Nadeeva...

Ini siapa ya?

• Ini gue Gilang.

• Gilang? Siapa ya?

• Anak ANGKASA.

• Oh.

• Cuma 'oh'?

Nadeeva hanya membaca pesan terakhir Gilang, Gilang berdecak sebal... Ternyata gadis itu adalah gadis yang acuh dan cuek. Sedikit susah untuk mendapatkan tipe gadis yang seperti itu.
.
.
.
Pukul 19.34 WIB, Gilang tengah diperjalanan menuju Caffe yang sudah dijanjikan teman temannya. Ditengah perjalanan ia melihat Gerry -si musuh bebuyutan nya- sedang menghadang seorang gadis.

"Jangan pernah sentuh gue!" ujar gadis itu, sepertinya Gilang mengenal suara itu... Suara gadis yang kemarin ditemuinya!

Dilihatnya Gerry maju untuk menyentuh Nadeeva, dan...

Bugh!

"Gue nggak pernah sudi disentuh bajingan brengsek kaya lo semua!" maki Nadeeva dan Gerry yang sudah tersungkur di jalanan aspal karena telah di tonjok oleh Nadeeva. Teman teman Gerry terlihat marah dan hendak menyerang Nadeeva.

"PENGECUT LO SEMUA!"teriak Gilang membuat teman teman Gerry yang hendak menyerang kembali memundurkan diri.

>>>>>NADEEVA POV<<<<<

Aku benar benar takut sekarang, mereka berjumlah delapan orang. Sedangkan aku? Hanya sendirian, dihadang... Aku tau, mereka teman teman kak Daffa, dan yang pasti mereka juga tau kalau aku adalah adik Daffa walaupun bukan adik kandung.

Seseorang mendekati ku sekarang, menyentuh daguku dan aku tidak terima untuk ini. " Jangan pernah lo sentuh gue!"

Dan cowok yang aku tau bernama Gerry itu menghampiri ku, dan aku langsung menonjok nya hingga tersungkur ke jalanan.

Aku menatap mereka satu persatu, sepertinya aku sudah membuat mereka marah, teman teman Gerry hendak menyerang ku.

"PENGECUT LO SEMUA!"

Siapa itu?

Bukannya itu cowok yang tadi mengirim pesan lewat whatapps? Gilang? Iya! Dia Gilang, mungkin setelah ini aku harus berterima kasih pada Gilang.

Ku lihat Gilang tengah di keroyok oleh mereka, tentu saja aku tak tinggak diam. Ikut menghajar mereka sekaligus balas dendam karena membuat perjalanan ku terganggu.

>>>>>GILANG POV<<<<<

Ku lirik dia, ternyata dia jago berantem... Tidak menyangka, gadis cantik itu dapat berantem layaknya preman pasar, huh... Aku sangat tidak menyangka itu. Tapi aku harus segera menyelesaikan Gerry dan teman temannya ini.

Setelah mereka pergi, kulihat Nadeeva menyingkirkan rambut yang menutupi wajahnya dan menghampiri ku , "Thanks udah nolongin gue." ujarnya, tapi aku kan hanya membantu tidak menolong kan?

"Ah, gue cuma bantu doang kok. Santai aja, mereka emang biasa gitu." ujar ku dan ku lihat dia mengangguk, sepertinya sudah kenal dengan mereka.

"Emang iya, gue gedeg aja sama yang namanya Gerry itu, bikin orang stres kalo ngadepin dia." ujarnya, Haha? Stres? Sebegitu parahnya kah? Ku lihat dia tersenyum.

"Ngapain gue senyum ke elo ya?" gumamnya yang masih dapat ku dengar, "Ya seharusnya lo berterima kasih sama gue."sebenarnya aku pengen ketawa liat mukanya. Namun ku tahan.

"Kan kata lo dari lo cuma bantuin, nggak nolongin." ujarnya, Ha? Dia lucu juga, bukannya membantu juga harus diucapkan terimakasih?

"Udah ah, Thanks ya. Gue duluan, ati ati... Lirik jam 6 ada yang ngawasin kita." ujarnya menepuk bahuku pelan, aku menoleh ke arah yang dimaksud kan Nadeeva. Seseorang berlari menggunakan jaket hitam, ternyata benar, sedari tadi ada yang mengawasi ku dan Nadeeva,
tapi untuk apa?

Entahlah...

Nadeeva sudah mengendarai motor nya, aku heran badan sekecil itu bisa menaiki motor yang besar atau bisa dibilang motornya lebih besar dari badan pemiliknya.

Ada yang aneh disini, bukannya Daffa adalah Kakak dari Nadeeva? Kenapa dia bisa di hadang geng kakak nya sendiri? Ck, aneh memang.

Rio menelepon ku, "Ada apa yo?" yang aku to the point, "Lo dimana si, lumutan gue nunggu. Cepet ya. Bye!" sambungan telepon itu langsung diputuskan sepihak oleh Rio.

Dasar!

Sesampainya di Caffe yang sudah dijanjikan, aku segera memasuki Caffe itu dan mengedarkan pandangan ku mencari sosok Rio dan Angga. Setelah melihatnya, ku hampiri mereka.

"Hai Bro!"

"Wes, datang juga akhirnya... Darimana sih?" tanya Rio, "Biasa lah, ada something." ujarku yang hanya diangguki kecil oleh Rio.

***

Hollaaa...
Tinggalkan jejak please...

NADEEVA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang