CHAPTER 06

85 5 3
                                    

Happy Reading

____________

Hari pengambilan raport jatuh pada hari ini, dimana setiap orang tua menemaninya untuk mengambil raport itu, begitupun Nadeeva... Setelah beberapa bulan ini mengejar materi dan mengadakan ulangan kenaikan kelas, hari ini lah hasilnya akan diketahui... Ia ditemani Mama nya untuk mengambil raport nya dan hasil nya memuaskan, Mama nya bangga untuk itu. Ia mendapatkan peringkat 1 dikelas dan peringkat 2 paralel.

Nadeeva menghubungi Gilang, "Lo masih di sekolah?"

"..."

"Oke, gue kesana."

Klik.

Nadeeva berpamitan pada orangtuanya, dan Mama nya pulang terlebih dahulu. Ia menuju SMA Angkasa.

Sesampainya disana, hanya ada Rio dan Angga yang menunggu nya digerbang lalu dimana Gilang? "Gilangnya Mana?"

"Tuh." ujar Rio menujuk ke arah pos satpam, disana cowok yang sedang menunduk dan menenggelamkan kepalanya di lipatan tangannya.

"Gue pantes nggak sih, jadi kakaknya Gilang?" ujar Nadeeva membenarkan letak sweater nya, "Nggak pantes sih, muka lo kaya masih bayi. Tapi ya mau gimana lagi. Lagian, Pak Deri pasti percaya kok. Lo kan tinggi." ujar Angga.

Dan mereka menuju ruang guru tanpa Gilang, "Assalamualaikum Pak."

"Ya, ada yang biasa saya bantu? Silahkan duduk dulu."ujar Pak Dari pada Nadeeva, " Heh! Kalian ngapain disini?"ujar Pak Deri pada Rio dan Angga.

"Nemenin kakak sepupunya Gilang lah Pak, ntar bapak godain, lagi." ujar Angga meledek. "Ah dasar kamu itu!"

"Kamu siapa nya Gilang?"

"Saya kakak sepupunya pak, saya disuruh om sama tante mengambilkan raport Gilang." ujar Nadeeva.

"Sesibuk apapun orangtua, harus ada waktu untuk anaknya dong!" ujar Pak Deri. "Iya Pak saya tau, dan Orangtua Gilang itu lagi diluar negeri. Ada pihak saudara yang meninggal." ujar Nadeeva dengan nada santai.

"Ya sudah, saya percaya sama kamu... Tapi saya nggak percaya sama mereka berdua! Ini raport Gilang, untuk pembayaran Gilang sudah lunas semuanya." ujar Pak Deri yang hanya diangguki Nadeeva.

Setelah selesai mereka keluar, Rio dan Angga sudah tertawa terbahak bahak mengingat Pak Deri yang sangat percaya pada Nadeeva. "Abis lo serius banget sih Deev, jadi percaya kan."

"Haha, iya kaya nya... Gue pantes kali ya kalo jadi artis." ujar Nadeeva yang disetujui oleh Rio dan Angga.

Mereka menghampiri Gilang, "Lang, udah yuk kita pulang. Ini raport nya udah ke ambil." ujar Nadeeva mengelus puncak kepala Gilang.

"Lang?"

"Astagfirullah!!! Yo! Ngga! Gilang pingsan!" ujar Nadeeva, Rio dan Angga langsung mencari taksi. "Ya udah, lo temenin Gilang. Biar motor lo sama Gilang, temen gue yang bawa. Lo sms in alamat rumah sakitnya ya." ujar Rio yang diangguki Nadeeva.

–––

"Lo harus istirahat dong, makan dulu. Gue nggak bakal ngizinin lo buat pulang!" ujar Nadeeva menatap marah pada cowok yang sedang berbaring dengan selang infus ditangannya.

"Iya Bawel!" tukas Gilang pada Nadeeva, merasa menang Nadeeva tersenyum puas. "Oh ya, lo boongin gue ya?" ujar Nadeeva membuat Gilang mengernyit bingung.

"Lo dapet peringkat satu kelas dan satu paralel, dan itu lo anggep bego?" ujar Nadeeva menatap tajam Gilang, Gilang agak terkejut "Tau darimana? Sotoy! Gue aja belum tau." ujar Gilang membuat Nadeeva melempar tatapan sinis.

"Gue yang ngambilin raport lo!" ujar Nadeeva, ia sudah sempat melihat hasil raport Gilang, saat menunggu Gilang siuman dan hasilnya diluar dugaan nya.

"Woy, jangan pacaran mulu lo!" ujar Rio meledek Nadeeva dan Gilang, Gilang hanya tersenyum kecil menanggapi nya sedangkan Nadeeva memalingkan wajahnya.

"Nih gue bawain buah buat lo." ujar Angga, buah itu ditaruh dimeja samping ranjang rumah sakit. Angga sudah menghubungi orang tua Gilang, "Bonyok lo udah kesini?"

Nadeeva menggeleng mewakili Gilang, "Lo udah hubungin?" tanya Nadeeva yang diangguki angga. "Nggak usah nunggu mereka sih, kalo gue mati mungkin mereka baru akan dateng." ujar Gilang dingin.

Nadeeva meringis pelan, ia mengerti apa yang Gilang rasakan "Mau buah?" tanya Nadeeva yang diangguki Gilang. "Kupasin tapi." ujar Gilang yang diangguki Nadeeva.

Nadeeva mengupas apel, setelah selesai dia memotong menjadi beberapa bagian dan menyuapkan pada Gilang. Sahabat sahabat Gilang yang melihatnya hanya tersenyum, mereka ikut bahagia melihat senyuman Gilang.

"Aw!"

"Sakit Gilang ih! Jangan digigit napa." ujar Nadeeva mengusap jari yang digigit oleh Gilang menggunakan tangan satunya tanpa rasa jijik. "Gilang ganas eww." celetuk Angga.

"Sorry, nggak sengaja." ujar Gilang menyengir lebar, Nadeeva pun ikut tersenyum. Lagipun gigitan itu tidak sakit karena Gilang memang tak benar benar menggigit jari Nadeeva dengan keras.

Jika kalian mengira mereka berpacaran adalah salah besar, Gilang memang sadar perasaannya tapi ia juga tak mau mengkhianati kakaknya, bagaimanapun Nadeeva adalah calon tunangan kakaknya walaupun Nadeeva belum menyetujui perjodohan itu. Gilang tau, dekat dengan Nadeeva mengakibatkan resiko yang tinggi, namun ia menerima resikonya yaitu mencintai tanpa memiliki.

Nadeeva tau perasaannya untuk Gilang, ia sadar... Gilang menjadi cinta pertama nya, setelah 17 tahun ia tak mengerti akan cinta itu sekarang ia merasakannya. Cinta itu indah, apalagi Nadeeva tau perasaan orang yang ia cintai  mencintainya juga. Mereka tau perasaan satu sama lain, tapi Gilang tak ingin menjalin hubungan karena perjodohan konyol yang dilakukan kedua keluarga itu.

––––

Tinggalkan jejak yaaa...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NADEEVA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang