PROLOG

207K 8.1K 163
                                    

Suara dentuman bola basket yang beradu dengan lantai lapangan basket yang keras memecah kesunyian di halaman belakang rumah itu.

Anak laki-laki yang sedang bermain basket sendirian itu, kini menghentikan langkah pada jarak beberapa meter dari ring, dan memfokuskan pandangannya pada lingkaran ring yang seakan menunggu dirinya melemparkan bola itu ke sana.

Cowok tersebut menghela nafas lalu menghembuskannya pelan, kemudian menembakkan bola oranye itu ke arah ring. Meski gerakan tangannya tampak ringan, tapi bola itu berhasil melewati lingkaran ring dengan mulus.

"Sean, sarapan dulu!"

"Sebentar, Ma!" sahut Sean, sambil melangkah mengambil bola basketnya dan men-dribble nya kembali ke arah garis terjauh dari ring. Pandangannya menajam ke arah ring, berancang-ancang menembakkannya, hingga tiba-tiba pitingan di telinganya berhasil membuatnya mengerang.

"Auh!"

"Sarapan dulu. Ini udah setengah tujuh, nanti kamu telat, Sean. Habis itu mandi! Jangan main lagi!" ucap Kayla, sambil menarik daun telinga Sean, membuat anak laki-lakinya tersebut meringis kesakitan, dan memeluk bola basketnya.

"Ma, sakit."

"Iya, makanya kalau dikasih perintah sama orang tua, segera dilaksanakan. Jangan sebentar-sebentar terus." Ucap Kayla, seraya mengarahkan langkahnya menuju pintu rumah, dengan Sean yang berjalan sedikit menunduk karena telinganya masih dijewer oleh Kayla.

Langkah mereka terhenti di meja makan, di mana sudah ada Nathan—Papanya yang duduk di ujung meja makan, dan Kania—Adik Sean yang berselisih umur satu tahun dengannya. Kania tertawa melihat telinga Sean ditarik oleh mamanya.

"Jewer yang kenceng, Ma!" ucap Kania, sambil tertawa.

Sean hanya memutar bola matanya malas, melihat ekspresi bahagia Kania setiap dirinya dihukum oleh Kayla—mama mereka.

"Ma, udah." Ucap Nathan menengahi, membuat Kayla mendengus pelan.

"Kalo nggak dijewer, Sean mana mau datang sendiri, Pa! Main baskeet mulu sampe lupa segalanya! Kalo dikasih tau nggak didengerin. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Cuek bebek banget si Sean." cerocos Kayla, kemudian melepaskan pitingannya pada telinga Sean, dan duduk di kursi yang terletak di dekat Nathan. "Huh, mirip banget sama seniornya."

Sean dan Nathan saling bertukar pandang ketika mendengar omelan Kayla. Sedetik kemudian mereka kompak mendengus, lalu memilih memulai aktifitas makan, tanpa menanggapi ucapan Kayla.

"Kacang mahal, kacang mahal." Sindir Kayla, dengan bibir mengerucut.

Dengan cepat Sean mengambil paha ayam goreng di depannya, dan mencomotnya hingga mulutnya penuh, supaya terlihat sibuk. Sementara Nathan, laki-laki itu mengambil sesendok nasi goreng dari piringnya dan mengarahkannya di depan mulut Kayla.

"Aaa."

"Nope! Aku gak bisa disogok sama suap—hmmmpp."

Sebelum Kayla berhasil menyelesaikan kalimatnya, nasi goreng sudah masuk ke mulutnya, membuat Kayla tidak bisa berbicara lagi, dan tentu membuat Nathan tersenyum menang. Dengan Kania yang menahan tawanya. Sementara Sean, hanya memutar bola matanya malas.

"Ih, mau disuapin papa, doong." Rengek Kania, yang membuat Nathan tertawa pelan, dan mengarahkan sesendok nasi goreng ke arah Kania.

"Asik!" sorak Kania, lalu bangkit dan menerima suapan Papanya dengan girang.

"Bang Sean mau disuapin juga, nggak?" kekeh Kania, menggoda Sean yang sejak tadi tak bereaksi.

"Makanya Sean punya pacar, dong. Biar ada yang nyuapin." Timpal Kayla, yang membuat bola mata Sean terputar.

"Gimana mau pacaran, Ma. Bang Sean 'kan dingin banget. Orang temen Kania nyapa aja dipelototin." Ucap Kania, membuat Kayla membulatkan matanya.

"SEAN GAK BOLEH BEGITU NANTI GAK ADA YANG NAKSIR GIMANA!"

"Gapapa." sahut Sean, enteng, membuat Kayla melotot.

"Kalo gak ada yang naksir, nanti siapa yang mewarisi gen gantengnya kamu?! Jangan cuek-cuek banget lah jadi cowok, Sean!" amuk Kayla, membuat Nathan yang mendengarnya pun menghela nafas berat.

"Sean masih SMA, Ma. Terlalu jauh." bela Nathan.

"Setuju." ucap Sean sambil nyengir tipis, yang membuat Kayla kembali melotot ke arah Sean.

"SEAN!"

"Auh!" erang Sean, ketika daun telinganya kembali ditarik oleh mamanya yang super kejam.

***

A/n :

Baru prolog dulu, ya. Trimakasih sudah membaca, dan menunggu dengan sabar.

Semoga kali ini lancar jaya..

Terimakasih silahkan Vote dan Komentar :)

See you on the next chapter!


Pertama kali dipublish pada :
November 2017

GLACIES SEAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang