4A-Jealous (?)

69.8K 4.9K 139
                                    


🍩🍩🍩

Sean terdiam di balkon kelasnya, tangannya bertumpu pada dinding pembatas, dan pandangannya menatap kosong ke arah lapangan basket yang berada tepat di bawah sana.

Lagu Dusk Till Dawn nya Zayn Malik ft. Sia mengalun dari earphone berwarna putih yang terpasang di kedua telinganya, membuatnya tidak sadar bahwa kehadirannya di balkon tersebut menyebabkan para siswi yang berada di bawah sana langsung salah fokus.

Sean mendecak pelan, saat pandangannya tertuju pada Beryl dan kawan-kawan yang baru saja memasuki lapangan, dan langsung mengusir anak kelas sepuluh yang sedang bermain basket.

Beryl dan sifat arogannya.

Sebenarnya Sean tidak pernah membenci Beryl, karena cowok tersebut adalah sepupunya sendiri. Tetapi, sejak SMP, Beryl menjadi sering mengusiknya dengan berusaha memiliki apa yang ia punya.

Dan sejak saat itulah, Sean merasa harus menghindari sepupunya tersebut.

Karena kehadiran Beryl di lapangan tersebut, akhirnya membuat Sean mendengus jengah, lalu menegakkan tubuhnya. Ia melepaskan earphone-nya, menggulungnya dan menyimpannya di saku, dan berbalik pergi dari balkon tersebut. Menyusul teman-temannya ke kantin.

"Hai, Sean!" sapaan itu berasal dari geng siswi kelas dua belas IPS yang berpapasan dengannya di koridor.

Sean hanya menggerakkan bola matanya ke arah mereka sekilas, lalu kembali fokus melangkah ke arah kantin sekolah yang berada di ujung koridor. Entah kenapa, tetapi melihat tingkah perempuan yang agresif seperti itu membuatnya risih. Tapi, bukan berarti Sean tidak normal. Hanya saja, Sean belum tertarik.

"Oi, Sean!"

"Laper juga 'kan, elo? Tadi diajakin kagak mau."

"Sini, woi!"

Sean menoleh ke arah meja yang terletak di sudut kantin, meja yang sudah diklaim sebagai meja khusus Sean dan teman-temannya. Cowok itu menarik sudut bibirnya tipis.

"Bentar!" ucapnya ke arah Vindo, Kalvi, dan Miko, yang terus mengoceh menyuruhnya segera bergabung. Cowok itu kemudian melangkah mengambil sebotol minuman kopi dari kulkas dan membayarnya.

Setelahnya, Sean langsung menuju ke arah teman-temannya, sambil membuka tutup botol minumannya. Tetapi, tiba-tiba ia merasakan punggungnya ditubruk dari belakang, hingga minumannya tumpah di lantai dan sedikit mengenai celana abu-abunya.

"Astaga, maap!"

Suasana kantin yang semula ramai seketika senyap setelah terjadi insiden tersebut. Mereka menatap ke arah Sean dengan was-was, menerka reaksi Sean selanjutnya. Sementara teman-teman Sean kini sudah siap siaga mencegah kejadian yang tidak diinginkan.

Sean mencekik gadis itu misalnya.

Sean mengeraskan rahangnya, saat melihat minuman yang dibelinya kini berceceran di lantai kantin. Lalu, tatapannya naik hingga bertemu dengan sepasang mata sipit Sharen yang kini membulat menatapnya.

Sharen menggigiti ujung kukunya saat menyadari bahwa kini ia mencari masalah dengan Sean untuk yang kesekian kalinya.

Astaghfirullah, kenapa harus kak Sean yang selalu jadi korban gue, sih? Kenapa?. Pikir Sharen, frustasi.

"Hehe, aku nggak sengaja, Kak Sean. Damai, yah?" ucap Sharen, dengan cengiran terpaksanya.

Sean bergeming, tatapan tajamnya kini menghunus ke arah Sharen, membuat tubuh Sharen bergetar antara takut dan nervous karena ditatap sedemikian intens oleh Sean-idolanya.

GLACIES SEAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang