🍫🍫🍫
Setelah bel pulang berbunyi, Sharen dan Kania bergegas keluar dari kelas. Sejak pagi Kania sakit perut akibat mens, sehingga ia buru-buru ingin segera pulang. Sementara Sharen, gadis itu buru-buru karena takut Beryl menunggunya di parkiran terlalu lama.
"Ren, temenin gue di rumah, yuk. Biar gue lupa sama sakitnya kalo ngobrol sama loo." Rengek Kania.
"Maap, nggak bisa, Kan. Siang ini gue ada janji pulbar sama seseorang. Jadi, kapan-kapan ajah, okay?" sahut Sharen, sambil sibuk menoleh ke sekitar, membuat Kania heran sendiri.
"E-eh, mau pulang bareng siapa lo? Baru sehari gak ngantin sama lo, gue jadi ketinggalan berita, yak?" tanya Kania, penasaran.
Sharen nyengir, "Sama someone pokoknya. Hehe,"
"Wah, lo duain Bang Sean gue, yah!"
"Yah, gimana lagi. Hatinya Kak Sean dingin banget, sih. Ini 'kan musim hujan, jadi gue mau hinggap ke hati yang anget dulu aja, deh. Siapa tau gue betah." Kekeh Sharen, membuat Kania mencibir.
"Masyaallah. Untung temen gue." Kania mengurut dadanya setelah mendengar ucapan Sharen, "By the way, orang itu siap-"
"Eh, gue langsung ke parkiran aja, ya, Kan! Takut ditungguin. Besok lagi aja, bye!" potong Sharen, kemudian berlari pergi, membuat Kania melongo dibuatnya.
"Yailah, itu anak sama siapa coba." Gerutu Kania, sebelum melanjutkan langkahnya menuju gerbang sekolah.
Sementara itu, Sharen terus mempercepat langkahnya menuju parkiran sekolah sambil sesekali menyibak rambutnya yang mengganggu wajahnya.
Kling, kling,
"Ini apaan lagi, dah!" omel Sharen, sambil mengeluarkan handphone nya dari saku rok abu-abunya, dan membuka pesan Whatshaap yang masuk.
+6281xxxxxxxxx
..
Sharen mengerutkan dahinya, berpikir kira-kira siapa yang mengirim pesan hanya dua tanda titik seperti itu. Kurang kerjaan saja. Tetapi, baru saja Sharen akan membalas pesan itu, tiba-tiba tubuhnya tidak sengaja menubruk seseorang yang menyebabkan handphone-nya terlempar.
Sementara barang-barang yang dibawa orang yang ditabraknya kini berserakan di atas paving.
"Gimana sih? Kalo jalan hati-hati! Pensil-pensil gue jatuh semua, 'kan, jadinya. Beresin semua!"
Sharen meringis saat melihat kakak kelas perempuan berwajah galak yang berdiri di depannya. Entah kenapa hari ini dia sial sekali. Bukan hari ini saja sih, tiap hari lebih tepatnya. Dari menabrak punggung Sean, sampai menabrak kakak kelas garang ini.
"Maaf, Kak. Iya, aku beresin." Ucap Sharen, lalu berjongkok dan memungut satu persatu pensil yang berserakan di paving. Yang membuat Sharen heran adalah jumlah pensil itu banyak sekali sehingga butuh waktu agak lama untuk mengumpulkannya.
Ini kakak kelas jualan pensil apa gimana, ya? Punya pensil segini banyak. Pikir Sharen, lalu bangkit dan menyerahkan pensil-pensil itu kepada kakak kelas tersebut.
"Sekali lagi maaf, Kak." kata Sharen, membuat kakak kelas tersebut mendengus, lalu pergi begitu saja.
Sharen terdiam, lalu menoleh ke sekitar, mencari handphone nya yang tadi terlempar. "Loh, hape gue mana, ya? Astaghfirullah, nggak tau apa ini lagi buru-buruu."
Dengan putus asa, Sharen mengacak poninya sambil menatap sekeliling. "Mit komat kamit tuyul dan bakyul mas gender mas wowo mbak kun kun jangan umpetin hape saya itu cicilannya belum selesai jadi balikin sekarang juga. Blah blah blah!" setelah mengucapkan serentetan mantra absurd tersebut tiba-tiba ia merasakan seseorang menepuk bahunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
GLACIES SEAN
Ficção AdolescenteSean Nicolas Tanubrata. Cowok dingin yang belum pernah sekali pun jatuh cinta. Lalu dia bertemu dengan Sharen Valerie. Gadis bermata sipit yang sering membuatnya kerepotan akibat kecerobohannya. Pertemuan intens mereka akhirnya menimbulkan perasaan...