Sudah ribuan kali aku memegang dan meletakkan pena itu, pena pemberian wanita yang hilang dari dua tahun yang lalu. Hanya aku gunakan di saat-saat tertentu. Aku menjaganya seolah pena itu memiliki nyawa. Aku mulai menghitung jumlah lembar kertas kosong di depanku, kira-kira ada enam, akupun melihatnya dengan rasa aneh.Aku beranjak dari kursi kayu yang berat itu, dan mencari steples. Aku jepret keenam lembar kertas itu, dan aku pandangi lagi. Kamu merasa lebih baik sekarang, walaupun kosong, aku lebih nyaman melihat enam lembar kertas itu menjadi satu.
Dengan senyum kecut tanpa arti, aku kembali duduk di kursi itu. Kini, aku arahkan pandang mataku ke luar jendela kamar, jendela berselimut kain tipis, berdebu, dekil, dan tampak lubang-lubang kecil tempat nyamuk masuk. Aku pandangi langit sore, tanpa aku sadari aku tersenyum, matahari sore ternyata mempesonakanku.
Aku merasa jauh lebih baik. Alam bisa memberiku rasa nyaman di tengah keasinganku pada diriku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Pena tua
Short StoryBukan saja perihal menulis menurutku, pena ini sudah menjadi tinta dari garis gores hidupku.