Kalimat demi kalimat

76 6 1
                                    


Aku ambil pena itu lagi, dan mencoba menuliskan sebuah judul. Aku baru bisa menulis "sebuah". Aku berhenti sejenak, dan akhirnya tiba-tiba saja semangatku muncul. Aku mulai menulis kalimat demi kalimat, begitu cepat. Enam lembar kertas itu aku habiskan dalam waktu 30 menit.

Aku tak pernah menulis secepat ini, sampai-sampai aku tak menyadari tanganku basah oleh keringat. Padahal angin itu masih mampu menerobos kamarku. Entah darimana keringat itu berasal, mungkin dari kegugupanku, atau karena semangatku yang tiba-tiba saja membesar seperti ombak yang tak ada ampun menghantam karang.

Kini aku sudah selesai menulis, namun aku masih bingung dengan judulnya. Aku baca ulang tulisan itu, dengan gembira.

Aku dan Pena tuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang