-Chapter Four-

813 74 11
                                    

Anna meninggalkan butik nya yang telah berdiri atas usahanya selama ini. Ia baru saja mengecek pekerjaan para karyawan yang sudah bekerja hampir 1 bulan di butik miliknya tersebut. Selagi pesanan pakaian masih biasa dan dapat di kerjakan oleh para karyawannya, Anna tidak akan capek-capek bolak-balik hanya untuk sekedar mengecek hasil kerjaan karyawannya tersebut. Jika ada pesanan dari client nya yang menurutnya itu sulit bila dikerjakan oleh karyawannya, ia pasti akan turun tangan dan rela kerja seharian demi menyelesaikan pesanan dari client nya tersebut.

Anna mengedarkan pandangannya untuk menemukan sebuah taksi yang melewat dihadapannya. Butik miliknya sengaja dibangun di pinggir jalan, entah tujuannya apa Anna tidak tau. Sebuah mobil hitam berhenti dihadapannya, ia tidak tau milik siapa mobil itu. Menurutnya, mobil itu kenapa harus berhenti didepannya padahal masih banyak tempat untuk memberhentikan mobil tersebut.

"Anna!" sapa seorang pria dari dalam mobil tersebut. Anna menyipitkan matanya untuk melihat siapa pria yang menyapanya dari dalam mobil hitam tersebut. Seketika senyum lebar Anna mengembang dibibirnya, senang bertemu dengan pria itu.

"Hai, Kevin!" sapa Anna kembali, ia benar-benar senang bertemu dengan Kevin. Padahal kemarin mereka baru saja jogging pagi bersama dengan Rio juga, tapi dirinya sangat cepat merindukan salah satu sahabatnya tersebut. Kevin keluar dari mobilnya lalu menghampiri Anna yang berdiri sembari memegang erat sebuah paper bag yang berisi makanan kesukaan sahabatnya.

Kevin tersenyum lebar pada Anna lalu menatap paper bag yang dipegang erat oleh kedua tangan Anna.

"Itu apa?" tanya Kevin sembari menunjuk ke arah paper bag berisi makanan tersebut. Anna mengikuti arah tunjuk jari Kevin, lalu ia mengangkatnya ke udara dengan senyuman senangnya.

"Gue bawain makanan kesukaan kita berempat!" jawab Anna semangat. Kevin terkekeh melihat sikap Anna.

"Buat gue kah itu?" tanya Kevin dengan alis yang terangkat sebelah. Tampan. Satu kata yang ingin Anna katakan.

"Bukan. Ini buat Al." jawab Anna santai lalu masuk ke dalam mobil Kevin dengan nyaman. Kevin terdiam sebentar lalu menghela nafasnya perlahan, ia tersenyum tipis. Ia memasuki mobilnya kembali.

"Kita mau kemana, nona?" tanya Kevin ramah setelah ia memasang seatbeltnya. Anna terkekeh lalu berdeham sembari merubah mimik wajahnya menjadi datar.

"Tujuan kita sekarang adalah rumah Al. Berangkat!" jawab Anna lalu menunjuk ke arah depan saat mengucapkan kata 'berangkat'. Kevin dengan segera tancap gas menuju rumah Al.

• • •

Sesampainya didepan rumah Al, Anna dengan segera menarik lengan Kevin untuk mengetuk pintu rumah Al. "Engga sabar buat ketemu sama Al." seru Anna dengan senyuman lebarnya. Kevin hanya terkekeh dengan senyuman tipisnya.

"Anna cantik, ini ada bel. Ngapain lo suruh gue buat ngetuk pintunya?" tanya Kevin sembari menoyor kepala Anna dengan gemas. Yang ditanya hanya terkekeh, ia lupa jika rumah sebesar ini ada belnya.

Tak lama kemudian pintu besar itu terbuka dan menampakan seorang gadis yang selama ini Anna tidak suka. "Eh ada Kevin. Ada mantannya Al juga ya, mantan gebetan maksudnya." ucapnya dengan wajah pura-pura polosnya. Anna meremas paper bag dalam genggamannya dengan kesal. Apa maksudnya gadis menyebalkan di hadapannya berucap seperti itu, cih.

"Andita, udah deh lo kagak usah sok kayak gitu!" ucap Kevin malas sembari mendelikan matanya.

Anna tersenyum kecil. "Gue mau ketemu pacar lo, permisi ya." lalu dengan santai Anna masuk ke dalam rumah besar tersebut dan disusul Kevin lalu Andita yang terlihat kesal.

"Eh ada Anna, mau ketemu Al?" tanya Lia ramah sembari merangkul pundak Anna lalu menuntunnya menuju kamar Al. Anna mengangguk semangat lalu mengikuti Lia menuju kamar Al. 

"Masuk aja, Al ada didalem kok." ucap Lia ramah lalu pamit kembali ke dapur. Anna menghela nafasnya perlahan, ia gugup. Takut Al masih belum mau menerimanya.

"Anna, masuk aja. Gue pegangin nih si cewek gila ini." titah Kevin yang sedang menahan Andita yang terlihat kesal dengan kehadiran Anna. Anna dengan segera membuka pintu kamar berwarna putih tersebut.

"Ann?" panggil Al yang sedang duduk di sofa nya. Anna tersenyum lebar, ia yakin Al pasti akan mengingatnya kembali. Anna melangkahkan kakinya menuju Al yang sedang menatapnya dengan tatapan yang entah apa itu artinya.

Al sedang merapihkan beberapa lembar sketsa gambar seseorang saat Anna sudah berdiri disampingnya. "Al, apa kabar?" tanya Anna pelan, ia takut Al akan mengabaikannya lagi seperti kemarin-kemarin.

Al tersenyum lalu mengangguk kecil, "Baik. Lo apa kabar, Anna?" tanya Al balik. Anna terdiam di tempatnya, Al menyebutkan namanya barusan. Sungguh perasaannya campur aduk sekarang. Ia tersenyum getir, menahan tangisnya yang memaksa ingin keluar.

"Baik, Al. Gue kangen lo." jawab Anna pelan sembari menunduk. Tangisnya keluar saat itu juga. Al tersenyum kecil lalu menarik Anna untuk ikut duduk disebelahnya. Anna masih menundukkan kepalanya, menghindari agar Al tidak melihat airmatanya.

"Anna, jangan nangis. Gue baru kenal lo, jangan nangis dihadapan orang yang baru lo kenal juga ya." ucap Al khawatir melihat Anna menangis pelan lalu menghapus airmata dipipi Anna. Anna membeku ditempatnya, kaget dengan ucapan Al padanya.

"Al, kita udah deket berta--" ucapan Anna terhenti saat Al menarik tubuhnya pada pelukan hangat pria tersebut. Anna benar-benar merindukan pelukan hangat Al. Ia kembali menangis.

"Gue kangen lo, Al." lirih Anna sembari mengeratkan pelukannya.

"Kita ulang semuanya dari awal ya." ucap Al menenangkan Anna yang terus terisak dalam pelukannya.

"Maksud lo?" tanya Anna yang masih betah dalam pelukan Al.

"Bantu gue buat ingat semuanya, termasuk tentang kita." yakin Al lalu mengusap lembut kepala Anna.

• • •

848words.

Vomment, wuhuyyy!

Sudah lama tak berjumpa, ya readers:)

Next? banyakin vomment kalian ya.


-Amanda Devita-


1 KesempatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang