Kopi-22

435 27 0
                                    

Author

Selama tiga hari gue ga masuk sekolah. Kabar putusnya gue dengan Aldrich pun belum diketahui oleh teman-teman. Hanya Fika, Flow, Aldrich, Gue, dan Ita saja yang tahu karna gue cerita saat malam hari setelah kepulanganku dari taman itu.

Saat Gue kembali masuk ke sekolah, gue pergi seperti biasa dengan Ita. Disekolah gue terlihat lebih murung dan pendiam. Jelas hal itu diketahui oleh teman sekelasku terutama Villa, Yoa, dan Aldo.

"Kantin yuk," ajak Villa.

"Males Vill, gue pengen dikelas aja," ucapku.

"Lo ga kenapa-kenapa kan?" tanya Yoa.

"Engga kok, gue baik-baik aja, lagi pengen sendiri dikelas doang, pengen tidur, hehehe, jawabku asal.

"Ya udah kalau gitu kita ke kantin duluan, kalau mau nitip apa-apa tinggal BBM aja oke," ucap Villa.

"Iya." Villa dan Yoa pun pergi meninggalkanku.

"Gimana?" tanya Aldo yang berdiri didekat pintu kelas.

"Kita duluan aja, dia lagi pengen sendiri," ucap Yoa.

"Ya udah deh kalau gitu, kita cabut duluan aja. Villa dan Yoa pun hanya mengangguk.

Saat pulang sekolah gue langsung keparkiran mengambil sepeda. Saat itu juga gue melihat Flow yang berjalan ke arah gerbang sekolah. Gue pun langsung membuang muka dan tidak melirik ke arah Flow. Saat kami berpapasan juga Flow hanya menunduk sambil berjalan meninggalkan sekolah.

Gue pun menjemput Ita. Setelah sampai rumah, gue langsung masuk kedalam kamar dan mengunci pintu kamar.

"Kenapa gue belum bisa lupain lo!" Kesalku sambil terus memukul-mukul boneka, tanpa sadar gue juga mulai meneteskan air mata.

"Jadi buat apa dulu lo ngajak balikan sama gue kalau ujungnya sama-sama nyakitin gue juga!"

Tok... tok... tok...

"Kak Kiky kakak ga kenapa-kenapa kan?" tanya
Ita diluar kamarku.

Tapi gue pun tidak menjawab malah terus menangis.

"Kak, kakak kan janji bakal move on, bukain pintunya kak!"

*Ceklek-ceklek*

"Kak buka dong! Kalau kakak gini terus entar sakit lagi kaya kemarin!" ujar Ita.

"Cowok ga cuma kak Aldrich kak! Masih banyak yang lain! Kak buka dong pintunya, jangan ngurung diri dikamar terus," ucap Ita.

"Ita nangis nih kalau kakak gini terus, ayolah kak buka," ucap Ita.

"Kak please buka pintunya dong, kakak jangan ngedown kaya gitu mulu." Perlahan airmata Ita
pun mulai menetes.

"Kak, Ita mohon buka pintunya dong, hiks…"

"Apa Ita perlu paksa kak Aldrich buat nyuruh kakak keluar kamar?"tanya Ita. "Kalau iya, Ita bakal seret kak Aldrich sekarang juga buat nyuruh kakak keluar kamar, kalau perlu Ita paksa dia buat balikan sama kakak dan putusin kak Flow itu."

*Ceklek*

Gue pun membuka pintu kamar.

"Maafin kakak dek." Ita langsung memeluk gue saat itu juga.

"Ita gamau kakak ngedown lagi kaya waktu itu, Ita ga mau kakak stress lagi kak, kakak harus move on ya, masih banyak kok cowok yang lebih baik dari kak Aldrich." Gue pun hanya mengangguk.

Malam harinya setelah makan malam bersama, gue pun kembali masuk ke kamar. Gue melihat led handphone yang terus berkedip. Saat gue membuka handphone ternyata ada beberapa pesan BBM disana.

Kopi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang