Kopi-19

345 21 0
                                    

Author

Esok harinya saat disekolah Gue menjadi tidak semangat, hari ini gue sengaja tidak membawa handphone. Padahal pagi harinya, saat gue menghidupkan kembali handphone banyak sekali pesan dari Aldrich, tapi tak satupun tak ada yang gue baca.

Sekolah pun berjalan seperti biasa. Saat istirahat, gue dan teman-teman berkumpul dikantin, ada Flow juga disana yang baru lagi terlihat bergabung bersama teman-temannya.

"Ky ternyata Aldrich jago juga ya kalau sablon-sablonan gitu," ucap Flow.

"Emang tugas lo itu?" tanyaku.

"Iya ky, kelas gue belajar nyablon tapi harus bikin designnya dulu buat diprint, nah kemaren dibantuin Aldrich buatnya,” ucap Flow.

"Kemaren?" tanyaku.

"Iya kemaren malem, gue kan ngobrol sama dia eh taunya dia mau bantuin, dan dia dateng malem-malem ke rumah gue, untung aja ada dia yang bantuin," ucap Flow.

"Kemaren? Katanya ga bisa karna ada acara keluarga?" pikirku.

"Hello Kiky? tanya Flow.

"Ehh sorry-sorry," jawabku.

"Hey kalian berdua, asik mulu diujung, jadi gimana pada jadi kan bikin film buat ikutan festival?" tanya Yoa.

"Ehh sorry gue ga merhatiin," ucapku.

"Aduh Kiky, sibuk mulu sih kalian berdua, hahaha," jawab Villa.

Saat bel masuk berbunyi, Gue masih saja memikirkan apa yang dikatakan Flow. Tentang Aldrich, Flow, dan larangan Fika tentang hubungan Aldrich dan gue.

Saat pulang sekolah tiba, Gue pun pergi ke parkiran sepeda dan segera meninggalkan sekolah. Gue mengemudikan sepeda ke arah sebuah SMP, ya SMP tempat sekolah Ita. Sesampainya disana, gue menunggu Ita sambil mendengarkan musik lewat hp. Tiba-tiba ada yang mengagetkanku.

*Dor*

"Ita kamu nih ngagetin kakak aja" ucapku kaget

"Hehehe sorry ka, yaudah yu pulang" ajak Ita

Gue dan Ita pun pulang. Saat sampai dirumah, gue mengecek kembali handphone dan pesan dari Aldrich bertambah banyak. Ada beberapa panggilan juga disana.

"Katanya acara keluarga tapi kok bareng Flow? pikirku.

"Tunggu-tunggu, kok Aldrich sampe ngebohong gitu ya? Ah Kiky, kenapa lo pikirin ini lagi, kan tadi udah janji ga akan mikirin Aldrich dulu, kan lo lagi kesel sama dia!"

"Kak Kiky” teriak Ita dari luar kamarku.

"Apa dek?"  balasku.

"Ada kak Fika, sepupunya kak Aldrich"

"Hah Fika? ngapain dia kesini?" pikirku.

"Cepet samperin kak" teriak Ita.

Gue pun dengan malas berjalan keluar kamar. Gue melihat ke ruang tamu tapi tidak ada Fika disana. Gue pun berjalan keluar rumah, dan gue melihat Fika sedang berdiri disana.

"Hai ky" sapa Fika.

"Mau apa lo kesini?" tanyaku dengan tatapan sinis.

"Sinis amat ky, gue cuma mau ngobrol aja sama lo."

"Langsung aja deh jangan basa-basi."

"Hahaha yaudah, gue cuma mau minta, lo cepet putusin Aldrich sekarang juga."

"Hah?! Apa maksud lo?"

"Ya putusin Al, kalau engga lo bakal nyesel loh.”

"Bilangin gue ga akan putusin Aldrich!"

"Oh oke oke, gue pegang kata-kata lo, tapi suatu saat lo bakal putusin Aldrich juga." Ucap Fika. "Atau..."

"atau apa?"

"Atau Aldrich yang harus putusin lo hahaha."

"Aldrich ga mungkin ngelakuin itu!"

"Yaudah, lo yang putusin Aldrich. Gue baik loh, bilang kaya gini sekarang, daripada nanti lo kecewa."

"Udah  pergi Fik! Jangan ganggu-ganggu hubungan orang lain!

"Orang lain? Hello Kiky... pacar lo tuh Aldrich yang notabenenya sepupu gue sendiri"

"Udah lo pergi!"

"Oke oke, tapi jangan nyesel loh, kalau nanti hati lo ngerasain sakit yang lebih parah, hahaha."

"Jangan sok tau, lo!"

"Hahaha coba aja deh ajakin Aldrich pergi hari sabtu, dijamin bakal ditolak."

"Maksud lo?"

"Lo sadar kan? lo sama Aldrich ga pernah jalan kalau hari Sabtu?"

"Iya tau, soalnya kita berdua lebih sering pergi kalau Weekend, hari biasa sibuk urusan sekolah jadi susah ketemu!"

"Ya udah gue pergi dulu deh daripada lo makin emosi, gue ingetin lagi Aldrich udah ga sayang sama lo, bye!"

Terlihat Fika pergi ke mobil milik Aldrich dan pergi meninggalkan rumahku. Gue pun masuk kedalam rumah dengan perasaan makin campuraduk. Saat gue kembali ke kamar, gue melihat handphone gue dan membaca satu persatu pesan dari Aldrich.

"Gue ga sebodoh itu, ga mungkin Aldrich udah ga sayang sama gue lagi," pikirku.

Gue pun akhirnya mencoba menghubungi Aldrich.

"Hallo" ucap Aldrich.

"Hai"

"Ky gue minta maaf ya soal yang kemarin."

"Iya-iya, oiya gue mau kita lusa pergi nonton ke bioskop," ucapku dengan ketusnya.

"Ehh jangan lusa deh, gimana kalau besok atau weekend aja?”

"Kok beneran ditolak?" Pikirku.

"Gimana ky? kan kita biasanya kalau nonton suka hari Minggu."

"Ga mau gue maunya lusa!"

"Hmm gue ada tugas kelompok ky, ah iya serius ada tugas kelompok."

"Bohong!"

"Beneran deh, kalau ga percaya kamu bisa tanya Mamah."

"Serius?"

"Iya serius, tanya Mamah aja nanti, eh udah dulu ya gue lagi diluar nih, entar kita lanjut lagi."

"Lo lagi dimana sih? Rame banget kedengerannya."

"Diluar kok, ini mau pulang ke rumah, udah ya, bye."

"Lah dimatiin!"

Gue pun langsung meletakan handphone dimeja kecil samping tempat tidur.

"Kok beneran ditolak? Sama kaya yang Fika bilang, tapi kan katanya ada tugas kelompok doang, apa gue tanya Mamahnya juga ya?"

"Kok gue jadi ga percaya sama cowok sendiri?"

"Ah bingung!"

Kopi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang