Kopi-21

362 23 0
                                    

Author

Malam harinya gue sedang duduk dikursi teras rumah menggunakan hoddie hitam bergambar panda didepannya. Gue sedari tadi memainkan handphone dengan mata yang terlihat sembab.

*Tin-Tin*

Gue pun langsung beranjak dari tempat duduk dan menghampiri mobil mini itu. Gue membuka pintu sebelah kiri mobil itu dan masuk kedalam.

"Masih bete ky?" tanya Fika.

"Diem lo, cepet bawa gue ke tempat cewek itu," jawabku.

"Ga mau jalan-jalan dulu nih? Atau makan malem dulu?" tanya Fika sambil tersenyum sinis.

"Ga perlu! Cepet bawa gue ke rumah cewek itu aja," kesalku.

"Ok siap!"

Akhirnya Fika menginjak pedal gas mobil itu dan pergi meninggalkan kediamanku. Diperjalanan gue hanya terdiam sambil sesekali mengusap airmata. Fika yang menyadari itu hanya tersenyum sinis melihat kondisi gue saat itu. Bukannya pergi ke sebuah rumah, Fika malah mengajakku pergi ke sebuah taman malam-malam.

"Gue bilang kan ke tempat cewek itu! Gue bukan mau jalan-jalan ditaman!" Ucapku.

"Udah ky, lo masuk ketaman aja entar ketemu jawabannya," ucap Fika.

Fika pun pergi keluar mobil, disusul olehku. Fika hanya terdiam sambil bersandar pada mobil Aldrich. Ia melipat kedua lengannya dan melihat ke arahku yang sudah terlebih dahulu masuk kedalam taman malam itu. Saat gue sudah masuk area taman, terlihat dibawah sorot lampu taman, dua orang yang sangat Gue kenal berada disana,

Gue pun pergi mendekat ke arah mereka berdua.

"Aldrich sama Flow?" pikirku. "Jadi cewek itu ternyata Flow?!"

Terlihat tangan Aldrich menuntun wajah Flow untuk makin mendekat ke arah wajahnya. Gue hanya bisa diam terpaku saat melihat Aldrich memegang pipi Flow. Kedua wajah mereka sudah semakin dekat, dan bibir mereka berdua hampir bersentuhan. Sedangkan gue hanya menutup mulut dengan kedua lengan, airmataku mengalir dari ujung kedua mataku. Flow yang mengetahui keberadaanku langsung saja mendorong Aldrich.

"Kiky, Al!" ucap Flow.

Aldrich langsung menengok ke arahku yang diberitahu Flow. Benar saja dia melihatku ada disana, diam sambil meneteskan air mata. Aldrich pun langsung buru-buru menghampiriku.

"Ky gue bisa jelasin," ucap Aldrich.

"Ga perlu lo jelasin lagi!" Ucapku. "Kita putus, dan gue benci lo!"

Plakkk!

Gue pun menampar wajah Aldrich sekeras mungkin. Kini gue berjalan ke arah Flow yang berada dibelakang Aldrich.

"gue juga bisa jelasin, ky," ucap Flow.

"Lo ya. Sahabat macam apa lo ini!" Jawabku sambil mengangkat lengan bersiap menampar Flow, sedangkan Flow hanya menunduk dan memejamkan matanya.

Tapi tiba-tiba ada yang menahan ayunan lenganku.

"Lo!" ujarku saat menoleh kebelakang.

"Jangan tampar dia, kalau lo mau nampar, tampar gue lagi aja, jangan sakitin dia," ujar Aldrich.

Kini Aldrich berpindah didepan Flow menghadap ke arahku. Sementara Flow berada dibelakang Aldrich.

"gue bakal jelasin semuanya, gue sama Flow udah pacaran hampir satu bulan, dan gue sayang sama dia juga, jadi lo jangan sakitin dia," ucap Aldrich.

"Lo bilang jangan sakitin dia? Tapi lo udah nyakitin gue ! Dan buat lo Flow! Gue juga benci sama lo!” Jawabku sambil menunjuk ke arah wajah Flow.

"Sorry ky, gue udah selingkuhin lo, tapi gue sayang sama Flow juga," ucap Aldrich.

"ya ky, gue juga sayang sama Aldrich." Flow angkat bicara.

"Kalian berdua ini ya! Arghhh…!!!! kesalku.

Plakkkk!!!!

gue pun kembali menampar wajah Aldrich.

"Pokoknya gue benci sama kalian berdua!"

Gue pun langsung berlari pergi meninggalkan taman itu sambil sesekali membasuh air mataku yang terus keluar. Saat gue berpapasan dengan Fika, terlihat Fika hanya ternsenyum melihat kondisiku. Gue hanya mengabaikannya dan terus berlari daripada gue makin sakit hati.

"Hati-hati dijalan ky, good night," ujar Fika.

Kopi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang